CHAPTER 17
*
*
Perubahan rambutku menyita perhatian banyak orang. Tidak hanya itu, aku baru menyadari ada luka goresan di dekat dahiku yang kian memerah karena setelah aku mengusapnya, sial, ini cukup dalam. Melanie pasti begitu marah hingga mengeluarkan tenaganya dan melukaiku. Aku pikir, kami tidak akan pernah berdamai setelah ini.
Xander menyodorkan minum ketika kami tiba di lantai bawah Rogues. Hari mulai menggelap tanpa aku sadari, mungkin karena aku pikir hari ini tidak akan lebih buruk. Padahal nyatanya, ini memang seburuk itu. Aku bahkan tidak dapat menyaring apa yang perlu aku katakan karena aku memang sekacau ini. "Tenangkan dirimu dahulu baru kita bicara."
Aku mengangkat wajahku. "Aku keterlaluan?"
"Kau pikir bagaimana?" Xander mendesah pelan seraya menyeruput minumnya. Aku tidak dapat menolerir alkohol dan Xander menyadarinya jadi di tengah kami, hanya ada air mineral dan jus biasa. Aku menyeruputnya masam di hadapan Xander. Bibirku mengerucut kesal. "Kau tahu? Kau semakin bertingkah seperti anak kecil. Lupakan soal perkataanmu sebelumnya ..." ujar Xander sembari mengatupkan rahangnya. "Mari bicara soal Melanie."
"Aku tidak berminat."
"Hei!"
"Nah, kau bersikap seperti ayahku!" Aku mengerutu pelan kemudian menaruh gelasku. "Dengar, aku baik-baik saja, hanya ... kau pernah berjanji kepada seseorang bahwa kalian akan menghadapi banyak hal bersama? Bahwa apapun yang terjadi kalian tidak akan terpisahkan? Aku dan Melanie membuat janji itu, sejak kami kecil. Kau tahu betapa aku sakit sekarang? Dia mengkhianatiku. Uh." Aku kembali menghela napas karena Xander tidak menyahut apapun. "Dan aku patah hati sekarang." Aku enggan menatap Xander, justru mengaduk jusku dengan gusar.
"Lalu kau berencana membuatnya susah sekarang?" tanya Xander, membuatku kembali mendongak. "Apakah dengan itu dia akan kembali denganmu? Kau tidak perlu mengorbankan dirimu terlalu jauh. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Aku mulai menyadarinya sekarang, bahwa antara kita dan pihak Melanie, sebenarnya dia menang banyak. Dia punya kuasa, dia punya segalanya dan kurasa menghindarinya itu cara terbaik. Kau tidak akan pernah membayangkan apa yang bisa Melanie baru itu lakukan kepadamu."
"Kau mencoba mengatakan bahwa aku akan mendapatkan lebih banyak tonjokan di wajah?" Wah! Aku mungkin akan pergi ke klinik kecantikan jika itu terus terjadi. Bukannya aku merasa wajahku memburuk atau bagaimana, tapi, sialan, luka di wajah ini cukup sakit hingga aku meringis terus menerus ketika mandi dan mencuci wajahku tadi.
Xander mengangguk. "Bahkan akan lebih buruk dari apapun."
*
*
Kami tidak tidur dengan nyaman. Di sisa hari ini, aku hanya bergumul dalam selimut, berguling, bercermin seraya mengingat kembali apa yang salah dariku atau di mana bagian perkataan Melanie yang cukup masuk akal untukku. Tapi, sayangnya, aku benar-benar tidak paham. Segalanya mendadak seolah baru saja terjadi goncangan besar dalam diri Melanie hingga ia berubah haluan mengikuti cara Mom—cara yang kubenci.
Maksudku, baiklah, semua orang terus mengoceh bahwa uang segalanya. Bahwa segala di dunia ini memerlukan uang dan kekuasaan. Tapi apakah itu tujuan aku dilahirkan? Untuk bertingkah seperti lintah serta robot? Untuk tampil di hadapan publik dengan segala kebohongan dan topeng di wajahku? Aku bisa saja mengambil alih segala kekuasaan dari Dad. Aku bahkan bisa menghubungi Thomas dalam kedipan mata. Aku bahkan dapat mengatakan kepada Mom bahwa aku akhirnya menyerah. Tapi di mana letak kebahagiaannya? Di mana letak kewarasanku? Sekarang, aku mengigil di dalam selimut meskipun Xander sudah menyuruhku untuk menyalakan pemanas, tapi aku begitu lemah di tempatku. Energiku terkuras, seharian tadi, padahal aku tidak membuat banyak kegiatan dalam jadwalku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...