***
Chapter Lima
Sisa hari itu, aku habiskan di taman, dengan pandangan kosong dan kertas semi pemecatan di tanganku. Bagaimana sekarang, Reene?Aku mengerang pelan, mengacak rambutku lantas menyandarkan tubuhku. Bahkan aku meninggalkan jaketku di sana karena terburu-buru pergi dari ruangan Robin tadi. Mona, dan Fritz yang berpapasan denganku pun nampak terkejut ketika melihat bagaimana wajahku mulai memerah dengan mata berkaca-kaca.
Ini penghinaan. Apa yang Robin pikirkan? Uang?
Aku menutup wajahku, menangis tanpa suara. Aku malu sekali. Siapapun harusnya mengerti bagaimana Tuan Carlo sangatlah maniak, dia menggoda gadis manapun yang ia pikir masih muda dan perlu dia dapatkan. Aku, sialnya, termasuk salah satunya. Aku tahu dari awal, bagaimana dia dengan percaya dirinya memintaku untuk membantunya kemudian berlanjut sampai hari ini. Bahkan ketika Rose, yang aku minta bergantian melayani Tuan Carlo yang selalu mengirimkan pakaiannya untuk dicuci disana, pria tua itu malah menanyaiku siang malam. Bahkan dia pun tak segan berbicara pada Melanie, menanyakan keadaanku.
Aku akan gila.
Seseorang menyodorkan sebuah kopi yang mengepul di sebelahku, membuatku mendongak dan mendapati mata serupa danau kelam itu tengah tersenyum padaku. Terdapat cup kopi lain di tangannya. "Minum."
Aku menerimanya dengan mengangguk. "Terimakasih."
Fritz memiringkan wajahnya. "Kenapa? Tuan Robin bertindak kelewatan lagi ya? Aku tahu, pria tua bangka itu memang senang sekali membuat masalah, dan seseorang harusnya memberi pelajaran padanya."
"Sudahlah," kataku menggerakan cup kopiku, menghirupnya dalam.
"Dia memang kelewatan, kalau istrinya tahu pasti beliau akan marah besar," kata Fritz. "Aku juga tidak tahan lagi, dia terus bilang kalau aku ini tidak normal, bahwa aku dan Scott punya hubungan, hah, dia tuh yang gila!"
Aku terkekeh pelan, balas menepuk bahu Fritz. "Tenanglah, sobat. Aku baik-baik saja."
Fritz terdiam beberapa saat.
"Aku hanya lelah ..." kataku menghembuskan napas. "Aku begitu takut dengan Tuan Carlo, tapi di sisi lain, aku pun tidak bisa kehilangan pekerjaan." Fritz ikut melihat surat 'pengisitirahatan itu' "...dan Robin sepertinya tidak mau peduli lagi."
"Astaga, ini pun keterlaluan," ia bergumam pelan.
"Ya, aku punya banyak tanggungan, Fritz," rasa kopi ini manis dengan campuran susu. "Sedangkan di zaman sekarang, sulit sekali untuk mendapatkan pekerjaan, kau tahu maksudku, jadi ... aku berharap aku punya lebih banyak kesabaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...