CHAPTER SEPULUHCarlson seperti hendak menyerbuku dengan ratusan pertanyaan apalagi Xander hanya sebatas mengantarku ke dekat mobil lalu berjalan menjauhiku. Setelah aku duduk di kursi penumpang, Carlson masih bertahan menoleh kepadaku.
"Apakah kita tidak akan pergi atau bagaimana?" tanyaku dengan gemas. "Aku masih harus mengatur barang-barang ini ...."
"Jadi apa sebenarnya hubungan kalian? Aku penasaran. Kau bukan tipe gadis yang 'mudah ditaklukan', kau tahu."
Aku berdecak. "Ceritanya panjang, tapi untuk beberapa hari ini, aku bebas. Kau tidak perlu memikirkan soal Xander." Sejenak aku memakai sabuk pengamanku dan Carlson mengangguk singkat. "Aku akan memikirkannya, ke mana hubungan ini sebenarnya."
"Hubungan? Dengar, aku harap kau tidak perlu bertemu dengannya lagi. Dia tidak terlihat ... bersahabat." Carlson pun mulai melajukan mobil yang kami tumpangi. Aku memandang keluar jendela dengan berbagai pikiran berkecamuk dalam benakku. Apalagi aku sendiri belum tahu apakah aku sanggup tinggal di rumah, dan tetap waras memikirkan bagaimana jika 'waktu' yang kuminta sudah habis lantas Xander kembali mendatangiku.
Aku seperti dikejar-kejar hutang tidak berujung.
"Aish, aku seharusnya tidak datang ke sana sejak awal," gerutuku pelan, namun sempat menyita perhatian Carlson berhubung lampu merah tengah menyala. Aku menoleh dengan ragu. "Apa?"
"Datang ke mana?"
"Bukan apa-apa." Mobil kembali berjalan. Aku tidak henti mengigiti ujung kuku tanganku dengan resah. Apakah aku akan tetap bersembunyi dari Xander layaknya pecudang atau berusaha keras untuk menjauhinya lagi? Sejujurnya, di waktu tiga bulan kami tidak bertemu, aku hampir damai. Yah, terlepas dari kondisi Dad, aku tidur dengan baik tanpa perlu sakit kepala atau terus menggerutu karena tingkah 'tidak terduga' Xander.
"Jangan antarkan aku ke rumah. Aku akan tinggal di flat Melanie."
Carlson terkesiap. "Huh? Yang benar? Tidak bisa seperti itu. Aku sudah mengantarmu dan kupikir kau resmi pindah ke rumahmu. Ayolah, Reene, kau sudah dewasa, apa sulitnya kembali ke sana? Kupikir tidak ada alasan lagi!" serunya.
"Ada."
"Apa itu?"
"Marie." Aku meringis seraya mengusap lenganku. "Aku tidak suka saudarimu itu apalagi jika dia mulai menghinaku. Sebelum dia benar-benar pergi dari sana, maksudku, sebelum dia mengubah kebiasannya untuk datang dan terus mengomentari bagaimana aku hidup, aku tidak akan kembali." Carlson menekuk wajahnya dalam.
"Kalian dahulu akrab."
"Aku tidak pernah ingat," jawabku sengit. Sejujurnya, Marie bukan satu-satunya alasan, aku belum sanggup menghadapi Mom. Oh, astaga, mengapa aku hidup dengan menghindari banyak orang? "Toh kau akan tahu tempatnya, kau bisa berkunjung. Asalkan tidak mengusikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomansaDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...