Rogues 2 : Chapter 19

672 29 3
                                    

CHAPTER 19

Mungkin pada dasarnya, aku memang sinting. Bahkan jika suatu "sinting" punya batas-batas tersendiri, maka aku telah menerobosnya. Ini adalah Xander Alfonso dan dia sudah menahan, mengunci, mengurung seluruh nafsunya untukku dan tubuhku ... lalu aku dengan mudah membujuknya, membuatnya luluh agar monster itu dia bebaskan saja? Di mana batasnya? Kapan Xander dapat menghentikannya di saat dia sudah sampai ke titik terpuncaknya? Apakah aku sanggup menanggung itu?

Ini agak mengerikan, seperti kau berada di tepian jurang dan tetap menerka-nerka seberapa dalam, padahal kau tahu secara pasti jurang itu sangat sangat dalam, tapi kau masih ingin bermain-main di sana.

Itulah kondisi kami.

Xander terus berperang dalam hatinya, untuk menjagaku. Tetapi aku dengan kurang ajar, terus melawan kepadanya dan melemparkan tubuhku kepadanya dengan segenap jiwa.

Aku sinting?

"Mungkin akan sakit untukmu—" Xander membasahi bawah bibirnya gugup. Jika dilihat-lihat dia seperti remaja baru puber dan aku yang memaksanya untuk memuaskan kepadaku, padahal, dia yang sudah berpengalaman dan aku yang hanya kucing kecil berusaha menggoda sisi singa dalam dirinya. Lucu bukan?

Aku menggeleng. "Aku akan tahan itu."

"Aku serius, Reene.."

"Aku tidak bisa menunggu lebih lama, oke? Ini genting."

Xander merengkuh tubuhku dan menenggelamkan bibirnya, membuatku memanggutnya dengan senang hati.

*

*

Aku pikir aku telah tidur untuk berabad-abad lamanya. Sesaat aku memaksakan diri untuk bangkit, tubuhku memprotes keras dan sendi di tubuhku seperti berderak tidak suka. Aku hanya dapat meringis lesu dan bersandar pasrah di kepala ranjang. Sejenak, kutengok tubuhku. Anehnya, aku justru terpaku beberapa menit.

Masih utuh.

Masih berpakaian.

Masih seperti semalam.

"Uh?"

Butuh beberapa menit untuk mengumpulkan nyawa sekaligus energi agar aku menggapai secarik kertas di dekat nakas, bersama dengan satu gelas susu yang masih agak hangat dan beberapa potong roti bakar yang harum.

"Kau tertidur, aku harap kau baik-baik saja dan tidak memaksakan diri. Bersihkan pikiran dan tubuhmu, kita akan bertemu siang nanti. - Xander."

"Apa?"

*

*

Di lobi Rogues, tidak ada yang menyapaku dengan hangat. Mungkin karena ekspresi yang terlampau kecut atau karena tatapan tajam ini, mereka tidak berusaha untuk mengakrabkan diri denganku. Akhirnya, aku duduk dengan lesu dan kepala yang masih berputar.

"Xander pergi dari pagi ya?"

Satu bartender muda mengangguk dan membersihkan beberapa gelas kaca dengan ukuran tinggi. Tadinya, aku ingin marah-marah. Sungguh! Ada apa sih dengan Xander? Payah sekali! Dia sudah tidak berminat kepada tubuh perempuan? Atau tidak berminat dengan tubuhku? Namun, sia-sia saja toh orang yang aku cari itu benar-benar pergi dari tempat tersebut.

"Uh? Kau?" Seseorang terlonjak dan menempati satu kursi di sisiku. Dari gerak-geriknya yang mengesalkan dan aroma parfumnya (aku masih ingat dia berbau memuakkan dan agak apak), aku tidak perlu ragu siapa dia. "Kau ... tidak apa-apa? Wajahmu nampak ..."

Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang