***
Chapter Empat
Paviliun ini begitu sepi, maksudku hanya karena kita berdua, segala perabotannya pun begitu kosong, sepi, datar, dan tidak ada yang membuatku harus berdecak kagum dan sebagainya. Rumah yang begitu hampa. Aku bahkan ragu Xander sempat pulang kemari. "Yah, sayang, hidup ini kejam dan tiap orang pasti akan meninggalkanmu," itu katanya sesaat kami tengah duduk sehabis sarapan, menonton televisi dengan acara berita Spanyol. Bahkan dia pun tidak mau repot menjelaskan lagi.
"Jadi, kau benar-benar sendirian?" Rumah ini pastinya diperuntukkan untuk satu keluarga penuh, bahkan aku perhatikan banyak sekali kamar di sini. "Apa kau pernah pulang?"
Xander menatap lurus. "Ini adalah kehidupanku, ini adalah rumahku, kemana aku harus pergi lagi?" Ia coba meraih remot, lalu mengganti salurannya. "Apa kau juga punya keluarga?"
Aku hanya menghembuskan napas. "Ada. Aku punya Ayah dan Ibu tapi ... hubungan kami ..." Aku bahkan masih mengingat bagaimana Ayah meneriakiku sebagai 'Anak Tidak Tahu Diuntung' atau ibu yang hanya bisa bilang 'Sudah, sebaiknya kau pergi.' Aku hanya bisa memainkan bantal yang ada di pangkuanku. "Aku tidak pernah pulang."
"Begitulah diriku juga," katanya. "Ini yang aku dapatkan, dan aku harus menerima semuanya," ia tersenyum singkat. "Hidup ini mudah untuk dijalani."
"Kau pasti kesepian bukan?"
Xander tergelak. "Aku punya segalanya, aku punya kehidupan yang mewah, aku punya teman yang loyal padaku, aku punya Rogues, aku punya rumah ini, aku bahkan punya kau .." yang terakhir itu, ia mengedipkan mata padaku. "Aku pasti memilikimu."
"Serius, kau pasti kesepian kan? Aku tahu."
Dia tidak menjawab, atau bahkan mengubris.
"Orang-orang kesepian itu yang banyak berulah. Mereka butuh perhatian orang lain, mereka membuat masalah, mereka membuat onar, namun sebenarnya mereka kesepian dan membutuhkan teman," gumamku dan pandangan kami bertemu. "Aku bisa menjadi temanmu."
"Kau bercanda."
Aku menepuk pahanya perlahan. "Tidak perlu malu mengakuinya. Aku kenal beberapa orang sepertimu, yang selalu membuat perhatian, dan dibicarakan orang lain seolah krinimal. Dan aku tahu sebenarnya mereka orang kesepian."
Xander menggenggam tanganku."Aku tidak kespian. Ini yang aku pilih."
"Kau keras kepala."
"Apa senangnya dipanggil kesepian?" Ia pun mengarahkan tubuhku agar kami begitu dekat. "Apa kalau aku kesepian kau bahkan mau peduli menemaniku terus? Ini hidupku, Reene. Aku bukan si kesepian yang begitu menyedihkan lalu hidup seperti ini. Ini lah jalan yang aku pilih, dan kalau pun aku kesepian, aku tidak pernah merasakannya. Hidupku, penuh dengan segala kejutannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...