CHAPTER 16
Mom berhasil melerai kami meskipun luka sudah menghiasi sisi pipi dan bibirku yang dicakar olehnya sementara Melanie pun tidak kalah kacau. Rambutnya kusut masai dan rontok secara ekstrem dengan luka di pipinya karena cakaran kuku tanganku pula.
"Kalian. Memalukan," kata Mom dengan napas tertahan. "Aku tidak pernah merasa membesarkan monster!"
Aku menendang udara kosong seraya memalingkan wajahku. "Sialan." Thomas hendak menarikku menjauh namun aku sudah berjalan terlebih dahulu menuju pintu. Sebelum pergi, aku kembal menoleh. "Dengarkan ini baik-baik; aku tidak akan pernah kembali! Kau boleh mendapatkan semua harta ini tapi aku tidak akan kembali! Screw you!" Akhirnya aku membanting pintu dengan keras dan berjalan bagaikan seluruh lantai sudah terbakar api.
Thomas sepertinya mengekoriku namun aku berjalan lebih cepat menuju lift kemudian buru-buru menekan tombolnya secara brutal. Apa yang sudah aku lakukan? Mengapa aku membuang waktuku di sini? Pintu lift pun terbuka. Aku cepat melangkah namun Thomas gagal mengejarku untuk masuk ke dalam lift. Semua orang mendelik memperhatikanku.
"Apa yang kalian lihat, huh?" tegurku spontan. Mereka cepat-cepat menunduk dan bergerak kikuk ke dinding lift sementara yang lainnya mendadak mengecek ponsel dari saku mereka.
*
*
Setengah meringis, aku memegangi sudut bibirku yang robek dan pipiku yang kemerahan, memar parah. Ternyata Melanie punya tenaga sekuat tadi, aku pikir dia setidaknya menahan emosinya karena tahu aku adiknya. Tetapi tidak, kupikir kami hampir serupa—sama-sama keras kepala dan serampahan.
"You!"
Aku mengangkat wajah mendapati Xander sudah bergerak mendekatiku. Wajahnya berubah panik. "Apa yang terjadi? Hell, Reene." Ia cepat menarik tanganku namun aku menepisnya cepat. "Apa yang kau lakukan?! Kau habis bertengkar?"
"Bukan urusanmu."
Xander mencebik. "Oh, kekasihku pergi dari sisiku pagi hari, aku mencarinya hampir gila dan di siang ini aku mendapati dia babak belur. Kau ... kau bertengkar dengan siapa?" Aku meringis mendekati mobil, memandang pantulanku sekilas di jendela.
Wah, aku kacau.
"Kau punya obat merah atau semacamnya? Aku tidak sakit, hanya saja..." Aku mengerang kesal kemudian masuk terduduk di kursi penumpang. Xander bergegas duduk di balik kemudi dan menoleh dengan rahang terkatup. "Aku dan Melanie, hanya pertengkaran kecil."
"Yang ini kecil?"
Aku mendengus. "Tidak seharusnya seperti ini. Aku hanya, kau tahu, aku sudah bilang aku ingin menonjok wajahnya yang bodoh itu. Lalu ini yang terjadi." Aku malu sekali. Aku menghela napas perlahan. "Bisakita pergi sekarang, Xander?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...