"Dalam setiap detik hidupku, aku berdo'a pada Tuhan semoga suatu hari nanti aku dipertemukan dengan seseorang yang mencintaiku melebihi apapun dan aku juga berdo'a pada Tuhan untuk selalu bersamanya apapun yang terjadi."
"Aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu. Kamu lihat mata aku, kamu selalu ada disana, di setiap pandanganku akan selalu ada kamu. Aku nggak tahu akan jadi apa aku jika aku harus kehilangan kamu."
"Apa kamu tahu kenapa aku cinta sama kamu? Karena aku pikir kamu juga cinta sama aku, aku pikir kamu jawaban dari do'a ku selama ini. Ternyata aku salah, semua kesimpulan yang kudapat selama ini SEMUANYA SALAH."
*******
Diam, hanya itu yang mampu ku lakukan saat ini. Semuanya hancur, hancur berkeping-keping.
Kamu pikir aku cinta sama kamu?
Kalimat itu terus menggangguku hingga membuat luka hatiku semakin lebar dan terasa perih.Disini, di tempat ini, aku berdiri mematung menatap gelapnya malam dengan hiasan tuhan menyala terang di antaranya. 1 jam, 2 jam, atau bahkan 5 jam, aku lupa sudah berapa jam aku berdiri disini tanpa sepatah kata.
Hawa dingin yang sejak tadi membelai kulit telanjangku tak menghiraukan diriku sedikitpun. Kedua buku tanganku memucat karena genggaman erat ku pada trali besi pembatas.
Rasa sakit yang dia torehkan untukku telah membuatku tak merasakan sakit apapun selain sakit di hatiku. Pintu hatiku tertutup saat itu juga, saat ia mengatakan kalimat yang membuat rasa dihatiku mati dan tertutup rapat akan namanya CINTA.Kamu itu sekedar barang bagiku yang setiap saat bisa aku buang kapan saja saat aku sudah bosan.
Aggggghhhhhhh
Kedua tanganku semakin erat menggenggam trali besi. Berbulir-bulir sudah air mataku turun sejak tadi setiap kalimat demi kalimatnya meluncur lambat di otakku dan membuat hatiku semakin perih.
Mataku melirik sedikit ke bawah dimana motor dan mobil melintas. Suasana kota dengan lampu yang begitu indah menjadi penghias di setiap pinggir jalan raya dibawah sana. Kulihat sekali lagi, mobil dan motor masih melintas ramai disana dengan satu atau dua mobil saling menyalip.
Perlahan mataku mulai menutup, angin masih membelai kulit hingga menggerakkan helai rambutku, menarik-menariknya untuk menari bersama.
Kedua tanganku terbuka dan kuarahkan untuk terbuka, perlahan ku rasakan, lagi-lagi angin membelai kulit tanganku. Tubuhku melayang bersamaan rasa sakitku. Semuanya berakhir, rasa sakit itu tidak akan membuatku menangis lagi. Aku tidak perlu mengingat setiap kalimat jahanam itu lagi.
SEMUA SUDAH BERAKHIR.
Langit tempatku bercerita dan bintang temanku yang setia, kuharap kalian menungguku di sana. Tunggu aku yang akan menyusulmu dan aku akan bercerita denganmu lebih dekat dari sebelumnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Bintang (TAMAT)
RomanceBintang di antara kegelapan malam dengan kerlap kerlipnya, yang saling menyebar di antara gelap malam. Menatapnya dengan angin yang membelai rambut dan kulit tubuh yang tak tertutup kain. Sepi, sunyi dan hampa, teman akrabku setiap kali aku berdiri...