=>21

363 32 0
                                    

Update lagi nih gaess 😀
Jangan lupa yang ada di pojok bawah bentuk 💫 dipencet ya 😊😘

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Samar-samar Aku mendengar isakan dari tangisan seorang anak kecil dan aku juga merasa tanganku ada yang mengenggam.

Aku membuka mata perlahan, "Racheel?"

Aku mengarahkan tanganku untuk mengelus kepala anak kecil itu. Rachel mendongakkan kepalanya untuk menatapku.

"Kamu kenapa sayang, kenapa menangis?"

Rachel mengelap air matanya dengan kedua tangannya.

"Rachel takut kalau Kak Bintang pergi ninggalin Rachel kayak Mama Rachel yang pergi ninggalin Rachel... Hiks hiks hiks. ..."

Aku memposisikan tubuhku untuk duduk, "Rachel sini,"

Aku menuntun Rachel untuk duduk disampingku. Aku menangkup kedua pipi gembul anak itu, "Kak Bintang nggak pergi kemana-mana kok. Jadi Rachel nggak perlu takut, Oke."

Aku mencubit pelan pipinya lalu memeluk tubuh kecil Rachel.

"Rachel sayang sama Kak Bintang. Kak Bintang jangan pergi ninggalin Rachel ya Kak,"

Aku menganggukkan kepalaku.

"Kak Bintang nggak akan kemana-mana, Rachel,"

Tiba-tiba suara Mas Fahmi menyaut dari arah pintu dengan senyum manis terukir di bibirnya. Ia berjalan menghampiri ranjangku sambil membawa dua kantong plastik.

"Bagaimana keadaan kamu Bintang?"

"Semakin baik." aku tersenyum kearahnya.

"Oh ya, saya bawa makan buat kamu. Saya yakin kamu pasti tidak suka dengan makanan rumah sakit,"

Aku terkekeh mendengar kata-kata Mas Fahmi, "Sok tahu!"

"Jadi kamu suka dengan masakan rumah sakit? Baiklah kalau begitu, Rachel ayo kita makan makanan enak ini berdua saja."

Aku menghentikan lengan Mas Fahmi. Mas Fahmi menatapku, "Cuma bercanda Mas, gitu aja ngambek."

Mas Fahmi tertawa sambil kembali menyodorkan plastik padaku.

"Saya juga bercanda kok. Jadi kita 1 sama,"

Aku mengerucutkan bibirku.

"Bintang?"

"Iya, kenapa?"

"Setelah ini kamu mau kemana?"
Aku mengangkat kedua pundakku.

"Kak Bintang tinggal di rumah Rachel aja, nemenin Rachel main."

Mas Fahmi melirik dan aku hanya melihatnya lalu tersenyum ke arah Rachel.

"Oh ya, Rachel sudah makan?"

"Sudah kak,"

"Ini," Mas Fahmi menyodorkan semangkuk bubur ayam padaku.

"Terima kasih, Mas,"

Aku mulai menyendok bubur itu lalu memasukkannya ke mulutku.

"Rachel mau?"

Rachel menggeleng. "Buat Kak Bintang aja. Rachel nggak suka bubur ayam,"

"Enak lo padahal. Kenapa nggak suka?"

"Rasanya aneh,"

Aku tertawa kecil mendengar perkataan Rachel, lalu mencubit gemas pipinya.

"Aduuhh, sakit Kak Bintang."

"Maaf.. Maaf, habisnya kamu gemesin banget,"

"Kalau ayah jadi kamu, ayah pasti bales Kak Bintang seperti ini,"

Mas Fahmi kemudian mencubit keras pipiku, "Aduuhh, Sakit Mas,"

"Jadi impas kan Rachel," ucap Mas Fahmi sambil tersenyum mengejek ke arahku lalu mengarahkan satu tangannya ke arah Rachel dan langsung disambut oleh Rachel.

"Mas, kayaknya di pipi kamu ada semut deh,"

Mas Fahmi melihat kearahku lalu berusaha membersihkan kedua pipinya.

"Itu semutnya pindah ke hidung kamu,"
Mas Fahmi berusaha membersihkannya lagi.

"Itu pindah lagi ke pipi," Ucapku sambil menunjuk ke arah pipi Mas Fahmi.

"Mana sih, nggak ada,"

"Sini aku bantu,"

Mas Fahmi memajukan kepalanya mendekat ke arahku. Aku mengarahkan kedua tanganku ke pipinya, dan 1 2 3,
"Aduuuhhhh,"

Sukses. Aku tertawa lebar melihat ekspresi lucu Mas Fahmi saat kedua pipinya aku cubit.

"Ini baru namanya impas, iya kan!"
Rachel ikut tertawa bersamaku. "Ayah pipinya merah kayak udang,"

Mas Fahmi melotot ke arahku dan Rachel bergantian, "Awas ya kalian,"
Mas Fahmi langsung menggelitik perutku lalu berganti ke Rachel.

Tawaku semakin pecah begitupun Rachel dan Mas Fahmi. Tak mau kalah, aku dan Rachel berbalik menyerang Mas Fahmi dengan menggelitikinya.

Semua beban hilang kurasa saat itu. Saat tawa mereka memudarkan semua kesedihanku.

Entah kesekian kali aku berkata dalam hati, bahwa aku sangat beruntung bertemu mereka.

****

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang