>24

353 30 0
                                    

Jangan lupa, bintangnya dipencen sist, 😊
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku terbangun setelah ketiduran karena mengerjakan soal latihan untuk Ujian Nasional dua hari lagi. Diluar ternyata sudah gelap. Aku memutuskan keluar dari kamar untuk mengambil minum.

Sepi sekali rumah ini. Merinding setengah mati kurasakan. Lama kelamaan rumah ini jadi horor.

Aku berjalan sangat pelan menuju kulkas yang letaknya di pojok dapur.

GROMPYANG

Aku terkejut dan langsung berlari entah kemana hingga alhasil aku menabrak orang yang sudah kuyakini itu adalah Mas Fahmi.

Spontan aku langsung memeluknya erat dan menutup mataku didadanya.

"Mas ada hantu di dapur,"

"Hantu apa? Mana ada hantu sih?"

"Itu di dapur tadi,"

"Mana sih,"

Mas Fahmi mulai berjalan dengan aku yang bersembunyi di belakangnya. Tanganku terus memegangi bajunya dan bisa dikatakan aku menarik bajunya saking takutnya.

"Mana sih Bintang. Nggak ada apa-apa kok."

"Itu tadi ada yang jatuhin barang,"

Meooong meoong

"Kucing? Ya ampun Bintang, cuma kucing kok."

Aku mengintip dan ternyata benar. Hanya kucing yang tak sengaja menyenggol panci. Astaga, jantungku hampir lepas gara gara kucing ini.

Aku melepas peganganku lalu bernafas lega.

"Untung saja cuma Kucing."

Mas Fahmi tertawa melihatku. Aku melirik ke dia, "Kenapa Mas?"

"Kamu takut beneran ya? Hahaha, padahal saya cuma bercanda."

"Jadi cerita hantu itu?"

"Nggak ada hantu disini. Aman tanpa makhluk halus."

Aku melotot marah ke Mas Fahmi dan ia hanya tertawa melihatku.

"Untung saja aku nggak pingsan. Kalau pingsan gimana coba?"

"Pingsan ya tinggal di sapu aja. Gitu aja kok susah."

"Dasar Om Om jahat,"

Aku berjalan melewatinya dengan penuh kesal. Tidak ada hari tanpa ia jahil padaku. Sepertinya aku salah menerima tawarannya untuk tinggal di rumahnya.
Aku mengambil segelas susu panas lalu membawanya untuk menonton tv.

Dan ternyata Mas Fahmi sudah duduk manis disana melihat tayangan yang menayangkan program olahraga.

Aku duduk di sampingnya karena hanya ada satu sofa panjang yang disediakan disana. Aku menaruh susuku di meja agar sedikit hangat saat ku minum nanti.

Aku melihat Mas Fahmi yang serius menonton tv lalu beralih melihat ke Tv dan beralih lagi ke remote yang ada disampingnya.

Waktunya balas dendam.
Tanganku mengendap mengambil remot yang ada disamping Mas Fahmi.

Setelah remote berhasil ku ambil. Aku langsung mengganti canelnya dan pura pura tidak tahu.

"Lo kok di ganti?" Mas Fahmi mencari remotnya lalu menatapku penuh selidik.

"Aku nggak bawa kok Mas."

"Sudah nggak usah bohong. Itu apa coba di tangan kamu yang kamu sembunyin di belakang?"

"Enggak ada apa-apa kok. Ini kalau nggak percaya," Aku menunjukkan kedua tanganku, "Nggak ada kan," padahal sih ada.

Aku menahan tawa melihat ekspresi curiganya Mas Fahmi. "Masih nggak percaya. Coba saja cek sendiri."

Mas Fahmi langsung bergerak maju ke arahku dan mencari remote yang ada di belakangku dengan aku yang berada di antara kedua tangannya.

Jarak Mas Fahmi dan aku begitu dekat dan lagi-lagi sukses membuat jantungku berdebar tak beraturan lagi.

"Nah ketemu,"

Mas Fahmi mengangkat wajahnya dan langsung berhadapan denganku.

Deg

Nafasku rasanya berhenti saat itu juga, saat wajahnya berada tepat didepanku dengan jarak yang begitu dekat. Oksigen seperti hilang entah kemana hingga membuatku sulit bernafas.

Dan mataku seperti terkunci oleh mata Mas Fahmi yang menatapku. Sekitarku terasa gelap karena hanya mata Mas Fahmi yang kulihat saat itu.

Hingga sentuhan lembut kurasakan dibibirku. Nikmat dan lembut. Aku menutup mataku seiring dengan sentuhan itu dibibirku. Semakin dalam dan manis.

Aku berusaha mengimbangi gerakan bibir Mas Fahmi saat tangan Mas Fahmi menarik tengkukku untuk memperdalam cimannya padaku.

Aku semakin terhanyut dengan bibir Mas Fahmi hingga rasanya aku terbang setinggi-tingginya.

Hingga tautan itu terlepas dengan nafas terengah-engah. Mas Fahmi menatapku dengan tatapan penuh bersalah.

"Maaf Bintang, Saya......"

"Aku mau ke kamar dulu Mas,"

Aku berdiri dan langsung berjalan cepat ke kamarku tanpa melihat Mas Fahmi dan langsung menutupnya.

Aku menyenderkan tubuhku di pintu kamar. Satu tanganku menyentuh bibirku, lalu beralih ke dadaku. Detaknya masih cepat kurasakan.

Aku langsung menutup kedua mataku dengan kedua tanganku saat bayangan ciuman dengan Mas Fahmi melintas diotakku. Malu sekali rasanya.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang