> 30

338 23 0
                                    

"Kamu mau lanjutin kemana setelah lulus?"

Aku menoleh ke arah Harum sambil mengangkat pundakku lalu menurunkannya. "Enggak tau. Belum aku pikirkan."

"Bukannya kamu mau nikah sama aku ya,"

Aku dan Harum menoleh ke arah Randy yang juga duduk disampingku.

"Sampai bumi terbelah jadi dua pun, nggak akan mau aku nikah sama kamu."

"Kenapa,"

"Kamu lupa sama apa yang kamu lakuin ke aku?"
Randy nyengir kuda, "itukan masa lalu, aku sekarang udah berubah,"

"Tapi maaf, aku udah nggak tertarik lagi sama kamu."

Aku berdiri dan meninggalkan mereka berdua.
Hari ini aku sengaja ke sekolah untuk mengurus beberapa formalitas untuk kelulusan. Dan tidak sengaja, tadi ketemu sama dua makhluk ghaib.

Aku memasuki ruangan tata usaha dan hampir satu jam aku disana. Mengisi banyak biodata tentang diriku dan keluargaku lalu setelah itu dilanjutkan dengan tanda tangan yang aku sendiri nggak tahu itu tanda tangan buat apa.

Aku keluar dari ruang Tata usaha setelah semua urusanku selesai. Aku sengaja tidak meminta Mas Fahmi menjemputku karena aku sudah terlalu banyak merepotkan Mas Fahmi.

Aku berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu bus atau angkot lewat. Jalanan didepan sekolahku ini tidak pernah sepi pengendara. Setiap hari selalu ramai kendaraan dengan kecepatan tinggi.

"Bintaaaaanng,"

Aku melihat Mamaku melambaikan tangannya kearahku. Ia berdiri jauh di seberang jalan. Aku hanya menatapnya bingung, tumben sekali Mama datang kesekolahku.

Mama mulai menyeberang jalan dengan tangannya sebagai isyarat ia akan menyeberang.

BRRUUUUAAAKKKKK

CIIITTT

Semua terjadi begitu cepat. Semua terjadi di depan mataku saat mobil berkecepatan tinggi itu menabrak Mama hingga terlempar beberapa meter dari tempat itu.

Aku langsung berlari menghampiri Mama yang tergeletak dengan darah mengucur dari kepalanya. Seketika aku menangis melihat keadaan Mama.

Semua terjadi persis dengan mimpiku. Mimpiku menjadi kenyataan. Mimpiku menjadi monster jahat bagiku.

Ambulance datang dan membawa Mama ke rumah sakit begitupun aku ikut bersama Mama. Setibanya di rumah sakit, Mama langsung dimasukkan ke dalam UGD.

Aku ingin masuk menemani Mama tetapi perawat melarangku.

Tangisku tak mau berhenti. Aku terus berdo'a pada tuhan untuk tidak mengulangi kejadian saat ayah ku diambil olehnya.

Aku menekuk lututku dan membenamkan wajahku diantaranya. Entah sudah berapa lama Mama didalam sana dan aku disini hanya bisa menangis, menunggu dan berdo'a.

"Bintang,"

Aku mengangkat wajahku dan melihat Mas Fahmi berlari kearahku.

Aku langsung menumpahkan semua tangisanku kedalam pelukan Mas Fahmi. Hanya Mas Fahmi yang kubutuhkan saat ini.

"Semua akan baik-baik saja. Saya disini untuk kamu,"

Aku mengangguk dan masih memeluk Mas Fahmi sangat erat. "Aku takut Mama pergi ninggalin aku Mas, Aku takut.,".

"Ssstttt,"

Mas Fahmi mengelus punggungku lalu menuntunku duduk di kursi tunggu. Pandanganku terasa buram, bahkan untuk melihat Mas Fahmi pun tak jelas.
Dokter keluar dari UGD dengan raut wajah tak tergambarkan. Aku menghampirinya dan berharap ia memberi kabar baik untukku.

"Pasien mengalami pendarahan hebat di otaknya sehingga otaknya terpenuhi oleh darah dan tulang kepala bagian belakang pecah. Kecil kemungkinan untuk pasien sadar, hanya keajaiban dan do'a dari keluarganya yang bisa membantu."

Aku menutup mulutku mendengar penjelasan dari Dokter tadi. Kakiku lemas tak karuan, kepalaku rasanya dihantam palu besar yang membuat semuanya hancur.

Mas Fahmi menopang tubuhku agat tak luruh saat itu juga, ia mendekapku dan terus memberiku semangat.

Menangis dan berdo'a, hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Aku akan lakukan apapun itu demi Mamaku meskipun harus menukar nyawaku untuknya.

Hanya Mamaku yang ku inginkan. Hanya itu, hanya MAMAKU.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang