>10

522 31 0
                                    

"Mau bareng?"

Aku menggeleng ke arah Harum yang menawariku pulang bersama. "Enggak, aku naik angkot aja."

"Oh gitu. Ya udah deh. Aku duluan ya Bin."

Harum berjalan mendahuluiku sambil melambaikan tangannya. Aku membalasnya dengan senyum.

Dari kejauhan, aku melihat angkot berwarna biru melaju ka arahku, aku segera memberi isyarat pada angkot itu untuk berhenti dan angkot itu berhenti tepat di didepanku.

Aku segera masuk dan memilih duduk di belakang Pak sopir.

Aku melihat sekilas keadaan yang ada diangkot, kemudian beralih ke jalanan. Sesak di angkot membuatku sedikit merasa gerah.

"Rachel,"

Aku melihat Rachel berdiri sendirian di depan sebuah toko. "Pak, Pak, berhenti."

Angkot berhenti, aku mengeluarkan beberapa uang kertas lalu ku berikan pada sopir angkot.

Kemudian aku menghampiri Rachel, "Rachel?"

Rachel menoleh ke arahku, aku tersenyum ke arahnya.

"Kaak Bintaang,"

Ia langsung berlari ke arahku dan memelukku, "Sama siapa?"

"Sendirian Kak. Ayah telat jemput hari ini."

"Oh gitu. Mau ikut Kakak dulu nggak?"

"Kemana?"

"Kita beli minum di situ yuk,"

Ia mengangguk, kemudian aku menggandeng tangannya untuk menyeberang jalan.

Aku mengajaknya masuk ke restoran dekat toko tempat Rachel menunggu.

"Ini. Kamu mau pesen apa? Kakak yang beliin." Aku menyodorkan buku menu padanya sambil tersenyum.

Ia menatapku, "Kak Bintang, Rachel belum lancar baca jadi nggak tahu mau pesen apa!"

Ya ampun Bintang, Kamu lupa kalau dia masih anak kecil.

"Maaf, Kak Bintang lupa. Kamu biasanya suka makan apa?"

"Aku suka coklat."

Aku memilihkan menu untuknya, "Kamu mau roti bakar coklat?"

Ia mengangguk, lalu aku menyebutkan pesananku pada pelayan yang sedari tadi menunggu. "Terus kalau minumnya, Rachel biasanya suka minum apa?"

"Ehmm, Rachel suka Jus Strawberry."

Aku kembali menyebutkan pesananku, setelah itu pelayan pergi. Aku melihat Rachel duduk dengan antengnya sambil matanya meneliti keadaan di restoran.

Selama menunggu pesanan datang, Rechel benar-benar cerewet dengan tanya ini itu padaku. Ia seakan sangat ingin tahu tentangku. Mulai dari tanya sekolahku di mana, aku kelas berapa, setiap berangkat sekolah naik apa dan bla bla bla.

Bahkan ia juga menanyakan aku sudah punya pacar atau belum. Anak ini benar-benar KEPO.

Tapi aku tidak terganggu dengan sikapnya itu, malah aku sangat terhibur dengan adanya dia saat ini. Anak ini memberiku sesuatu yang telah lama tidak kudapatkan. Semacam kebahagian.

Pesanan datang. Aku memberi isyarat pada Rachel untuk memakannya, ia lantas memakannya dengan lahap. Aku sangat senang saat melihatnya makan dengan lahap.

Melihat Rachel, aku seakan melihat diriku sendiri saat aku masih seusianya. Ringan tanpa beban dengan senyum yang seakan tak pernah mendapat masalah di hidupnya. Sepertinya aku mulai menyukai anak kecil ini.

"Sudah makannya Rachel?"

Ia mengangguk. "Mau Kakak antar pulang?"

"Kak Bintang nggak capek, habis pulang sekolah langsung nganter aku pulang?"

"Enggak dong, kan Kak Bintang sudah istirahat disini."

"O iya ya, aku lupa." ia tersenyum sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Anak ini lucu sekali.

"Ayo."

Aku menggandengnya keluar dari restoran setelah selesai membayar.

Baru beberapa langkah, seseorang menghentikanku dan Rachel, spontan aku dan Rachel berbalik badan untuk melihat siapa orang itu.

"Ayah," Rachel berlari lalu memeluk ayahnya.

Dia lagi.

Ternyata Om Geje yang menghentikan langkahku. Ia jongkok lalu mengangkat Rachel ke dalam gendongannya, dan aku melihat Rachel membisikkan sesuatu pada Om Geje itu.

Om Geje menghampiriku, aku dapat merasakan jantungku berdetak kencang saat mata tajam Om Geje menatapku seperti itu.

"Terima kasih." ia mengucapkan kalimat itu dengan sangat kaku.

Aku mengerutkan keningku, aneh sekali orang ini. Datang tiba-tiba dan mengucapkan kalimat Terima kasih juga tiba-tiba.

"Untuk apa?"

"sudah menjaga Rachel selama saya telat menjemput."

Kemudian ia berbalik ke arah mobilnya terparkir setelah mengucapkan kalimat itu. Orang ini benar-benar.

"Daaaa Kak Bintang. Rachel pulang dulu."

Rachel melambaikan tangannya padaku dari balik gendongan ayahnya hingga mereka masuk ke dalam mobil.

Aku membalas lambaian Rachel.
Dua sifat yang sangat bertolak belakang.

Apa benar Rachel anaknya?

Atau jangan-jangan Om Geje menculik Rachel saat baru lahir kemudian diangkatnya jadi anak?

Hanya tuhan yang tahu.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang