=> 38

427 25 0
                                    

Aku menekuk lututku sambil memeluknya. Siang telah berganti malam. Matahari berganti Bintang.

Aku memilih berdiam diri di atas gedung ini sendirian. Meratapi apa yang aku alami sekarang ini. Aku kembali menangis mengingat kejadian siang tadi. Rasanya aku ingin amnesia saja.

"Keluarkan semua air matamu jika itu bisa membuatmu tenang."

Aku terlonjak kaget mendengar suara Mas Fahmi yang ternyata sudah duduk manis disampingku sambil bertopang dagu menatapku.

"Sejak kapan Mas Fahmi disini?"

"Sejak kamu melamun sambil menatap bawah sana."

Aku memalingkan wajahku takut jika nanti aku melemah karena Mas Fahmi.

"Ngapain ngikutin aku sampai sini?"
Aku langsung berdiri dan hendak meninggalkan Mas Fahmi. Mas Fahmi langsung menahan tanganku dan spontan aku melepaskan tanganku darinya.

"Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu."

Aku berbalik ke arahnya, "Jelasin apa lagi sih Mas. Semua sudah jelas. Apa yang aku dengar itu semuanya sudah jelas. Jadi nggak ada yang harus di jelaskan lagi."

Air mataku lagi lagi keluar dengan sendirinya. Nafasku naik turun menahan sesaknya dadaku dan amarah dariku.
"Aku sadar aku mulai jatuh cinta sama kamu. Apa kamu tahu kenapa aku cinta sama kamu? Karena aku pikir kamu juga cinta sama aku, aku pikir kamu jawaban dari do'a ku selama ini. Ternyata aku salah, semua kesimpulan yang kudapat selama ini SEMUANYA SALAH."

Tubuhku bergetar merespon tangisanku.

Perlahan Mas Fahmi memelukku dari belakang dan aku tak mampu menolaknya.

"Kamu nggak salah Bintang. Aku cinta sama kamu. Semua yang kamu dengar siang tadi adalah salah. Aku nggak punya perasaan apapun sama Fera. Dia itu cuma masa lalu aku. Aku mohon sama kamu jangan seperti ini.
Aku nggak mau kamu pergi dariku,"

"Apa yang bisa membuat aku percaya sama semua omongan Mas Fahmi ini?"

Mas Fahmi memutar tubuhku untuk menghadap kearahnya. "Kamu bisa lihat apa ada kebohongan dimataku? Atau kamu bisa langsung bertanya ke Fera untuk menjelaskan semuanya padamu."

Aku menatap bola mata hitam itu dan hanya kejujuran yang kudapatkan.

Aku langsung memeluk Mas Fahmi dan menangis di dalam pelukannya.
Aku sebenarnya takut kehilangan kamu Mas. Aku takut aku nggak bisa hidup tanpa kamu.

"Jadi seperti itu."

Aku meletakkan kepalaku ke pundak Mas Fahmi sambil tanganku memeluk tubuhnya. Aku menatap sekilas wajah Mas Fahmi yang menatap ribuan bintang diatas sana.

"Maaf karena aku sudah salah paham sama Mas Fahmi dan Aku nggak percaya sama Mas Fahmi,"

Mas Fahmi mengelus kepalaku, "Aku paham sama apa yang kamu rasakan dan disini kamu nggak salah apa-apa jadi nggak perlu minta maaf, Sayang."

Aku mempererat pelukanku dan membenamkan wajahku di dadanya, "Mas Fahmi sukses membuatku jatuh cinta dengan cara sederhana seperti ini."

Mas Fahmi memiringkan tubuhnya untuk memelukku, "Karena itu adalah tujuanku, selalu berada disamping kamu untuk memiliki kamu seutuhnya."

"Aku cinta sama Mas Fahmi."

"Aku juga cinta sama kamu, Bintang kehidupanku."

Mas Fahmi mengecup keningku lama sebelum kami larut dalam lukisan tuhan di atas sana.

Di bawah Bintang cintaku bersemi untuknya. Aku akan mencintai Mas Fahmi sampai kapanpun. Hanya maut yang berhak memisahkanku dengannya.

Karena dia adalah penerangku saat aku kehilangan arah, dia adalah penopangku saat aku rapuh menghadapi takdir ini, dia adalah penyelamatku dari keputus asaan jiwaku, dan Dia adalah kehidupanku. Dia adalah sumber nyawaku.

Aku bersumpah demi langit dan bumi untuk selamanya mencintai kamu, Mas Fahmiku, Om Geje kesayanganku.

Sekarang, nanti dan selamanya.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang