>2

960 42 3
                                    

Aku terdiam melamun di dalam kelas, sorak tawa dari seluruh isi kelas seakan tak mampu membuatku tertarik sedikitpun untuk ikut tertawa.

"Bin, kamu kenapa? Ada masalah ya?" gerakan halus di pundakku membuatku sedikit terlonjak kaget. Aku menatap sekeliling, "Kamu kenapa sih?"

Aku menggeleng, Harum masih menatapku penuh curiga. Aku mengibaskan tanganku di depan wajahnya, "Sudah nggak usah mikir yang aneh-aneh, aku nggak papa kok. Oh ya Rum, kamu bawa novel yang aku pesen kemarin nggak?"

"Bawa dong." Harum membuka resleting tasnya lalu mengeluarkan buku pesananku yang masih rapat dengan segelannya. "Ini, aku pilihin yang paling cocok sama kamu."

"Makasih," Aku mengambil buku itu lalu membukanya.

PERJALANAN KE IMPIAN

Aku membuka halaman pertama novel,

Semua orang pasti punya mimpi. Mimpi yang sangat indah untuk diwujudkan.

Aku membaca bait pertama, aku mulai tertarik dengan kelanjutannya. Lalu aku kembali membaca bait selanjutnya.

"Kamu nggak pulang? Mau bareng aku?" gerakan halus dari Harum membuatku tertarik dari alam khayalanku. Aku menoleh ke arahnya lalu beralih ke jam dinding di tembok belakang.

"Enggak, kamu pulang dulu saja. Aku masih ada urusan."

"Oh gitu, ya udah. Aku pulang dulu,"
Aku mengangguk sambil melihatnya berjalan keluar kelas.

Tanpa sadar, aku hanyut dalam cerita yang sedang kubaca hingga aku tak mendengar suara bel pulang telah berbunyi.

Aku mulai mengemasi buku bukuku dari meja dan memasukkannya ke dalam tas. Aku sekali lagi melirik jam dinding, masih jam 4. Aku beranjak melangkah ke luar kelas. Lorong jalan penghubung kelasku dengan taman sekolah masih di penuhi siswa cowok yang bergerombol sambil ngobrol satu sama lain. Di antara mereka, aku melihat Randy yang saat itu juga melihat ku. Spontan aku langsung berbalik arah.

"Bintang, tunggu!."

Aku menghentikan langkahku saat sebuah tangan menggenggam erat pergelangan tanganku.

"Kenapa?"

"Ada yang mau aku omongin sama kamu,"

"Aku nggak mau ngomong apa apa lagi sama kamu."

"Please!"

Aku menatap kesal pada Randy. "5 menit."

Randy mengangguk lalu menggandeng tanganku melewati gerombolan cowok yang tadi kulihat. Aku mengikutinya yang terus berjalan, mau dibawa kemana aku?.

Gudang sekolahan?

Aku menatap Randy, "Mau ngomong apa? Aku nggak ada waktu buat ngeladenin kamu."

"Aku mau minta maaf soal yang kemarin. Jujur aku memang selingkuh sama Gea, tapi semua itu aku lakukan karena Gea terus menggodaku."

"Jadi kemarin itu kamu khilaf ngelakuinnya?"

Randy mengangguk.

PLAK

Aku menampar keras wajahnya hingga terpelanting ke samping, ia menatapku sambil memegangi pipinya yang kutampar.

"Kamu pikir aku cewek bodoh yang bisa kamu bohongin kayak gitu. Nggak ada kata khilaf kalau kamu nahan nafsu kamu,"

"Kamu yang buat aku bisa selingkuh, kamu selalu nolak setiap kali aku minta sama kamu. Kamu sok jual mahal. Semua ini bukan salah aku."

Aku, dia bilang aku yang sudah buat dia selingkuh.

Mataku mulai panas rasanya, nafasku naik turun menahan amarah. Aku menatapnya, "Aku nolak karena yang kamu minta ENGGAK seharusnya apa yang kamu minta. Tunggu, jangan bilang kamu sama Gea sudah.,."

Randy mengangguk.

PLAK

Aku kembali menamparnya lebih keras. "Sudah cukup pembicaraan kita. Kamu sudah ngomong apa yang ingin kamu omongin. Dan mulai hari ini, detik ini, kita nggak ada hubungan."
Randy menatapku untuk memohon. Aku langsung memalingkan wajahku dan berlari keluar.

Apa semua hubungan di ukur hanya dengan hubungan seksual?

Pertama ibuku, yang melakukan hubungan seperti itu demi uang, uang yang di gunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mewah dan menggunakan aku sebagai alasannya.

Kedua, Pacarku, yang selingkuh hanya karena aku tidak mau diajak melakukan hal terlarang seperti itu. Entah siapa lagi orang di sekitarku yang akan melakukan hubungan semacam itu.

"Ayah, apa ayah tahu kenapa Mama berubah menjadi seperti ini? Apa Ayah juga tahu kalau Randy selingkuh di belakangku?"

Aku mengelus nisan bertuliskan nama Ayahku, Aryo Tantowi.

"Ayah tahu, rasanya sakiiit banget Yah, saat orang yang kita cintai berubah hanya karena nafsu mereka dan mereka perlahan jauh dari kita."

Mataku terasa panas hingga pandangan ku sedikit buram karena berkaca-kaca. Tanganku masih mengelus nama Ayahku.

"Aku merasa Mama semakin hari semakin jauh dari Aku. Dulu waktu Ayah masih ada, Aku dan Mama sering banget ngobrol berdua, semua yang kurasakan selalu Aku ceritain ke Mama, kami sering bercanda kemudian tertawa bersama. Dulu kita bahagia banget. Tapi sekarang, Mama sibuk dengan pacar-pacarnya. Ketemunya jarang, ngobrol bareng berdua juga jarang. Kadang aku ngerasa Mama bukan Mamaku lagi."

Air mataku kembali menetes, aku memajukan tubuhku hingga memeluk nisan Ayahku, "Aku Rindu keluarga kita yang dulu, Yah. Aku pengen balik ke masa lalu saat kita bertiga bersama. Aku rindu Ayah, Aku rindu Mama yang dulu. Kenapa Ayah harus pergi secepat ini,"

Hiks

Aku menarik nafas panjang di sela-sela tangisku.

Benar kata orang, "Waktu yang telah berlalu tidak akan pernah bisa di ulang kembali, sekalipun kamu bertaruh nyawa untuknya." dan aku sadar, sudah banyak waktu yang berlalu di kehidupanku. Dan aku ingin waktu memutarnya kembali seperti yang ku inginkan, meski aku tahu itu mustahil.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang