=> 28

318 25 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Gimana Ujiannya?"

"Lancar, semuanya sukses aku jawab. Dan aku yakin pasti aku lulus dengan nilai memuaskan," Ucapku antusias lalu tersenyum lebar ke Mas Fahmi.

Mas Fahmi ikut tersenyum dengan pandangan fokus kejalan.

"Kita buat perayaan kecil-kecilan, yuk."

"Perayaan? Buat apa?" aku mengerutkan kening karena bingung.

"Karena kamu sudah sukses mengerjakan Ujian Nasional,"

"Yaelah Mas, nggak perlu lah. Hasilnya aja belum keluar, masa udah dirayain."

"Ya ngga papa dong. Biar saya sama Rachel nanti yang siapin perayaannya,"

Aku mengangkat bahuku, "Terserah yang tua aja deh. Yang muda sih nurut aja,"

******

Aku keluar dari kamar mandi lalu duduk di kasur sambil melepaskan lilitan handuk di kepalaku dan mengeringkannya dengan hairdryer. Segar rasanya.

Tiba-tiba hidungku mencium bau gosong. Aku mengikuti bau itu sampai tiba didapur.
Aku menghampiri Mas Fahmi yang sedang memotong wortel.

Lalu aku melihat gorengan di wajan yang gosong dan Aku langsung mematikan kompor.

"Ini kamu goreng apa sih? Kok sampai gosong kayak gini," lalu aku melihat Mas Fahmi yang memotong wortel tak beraturan, ada yang tebal dan ada yang tipis. "Nggak kayak gitu motong wortelnya, Mas."

"Maaf..,"

Aku menatap Mas Fahmi, "untuk apa? Mas Fahmi kalau laper+nggak bisa masak, bisa minta tolong aku."

Mas Fahmi menghela nafas, "Padahal saya mau beri kamu kejutan, tapi gagal."

"Ayaaaahh., Ini bunga kolnya."

Aku dan Mas Fahmi melihat bersamaan ke arah Rachel yang berlari dengan sawi hijau di pelukannya.

Aku menatap Mas Fahmi sambil menahan tawa. Begitupun Mas Fahmi.

"Rachel dari mana?" Aku menghampiri Rachel lalu mengambil sawi dari tangannya.

"Dari mobil Kak Bintang,"

"Terus ini Rachel bawa apa?"

"Bunga kol,"

"Siapa yang suruh ambil ini?"

Rachel melihat ke Mas Fahmi lalu berkata, "Ayah yang suruh,"

Aku melirik Mas Fahmi lalu kembali melihat Rachel, "Rachel tahu nggak kalau yang Rachel ambil ini bukan bunga kol, tapi sawi,"

Rachel menatapku dengan mulut membentuk huruf O lebar.

Aku tersenyum lebar kearahnya, "Maaf Kak Bintang, Rachel kan nggak tahu."

Aku mencubit gemas pipinya lalu mengangkatnya ke kursi meja makan.

"Sudah nggak papa. Sekarang Rachel duduk disini saja, kalau nanti disuruh sama Ayah, jangan mau. Oke."

Rachel mengangguk lengkap dengan senyum manis dibibirnya.

Aku kembali menghampiri Mas Fahmi kemudian mengambil pisau dan wortel yang baru setengah di potong oleh Mas Fahmi.

Mas Fahmi mundur lalu mulai berjalan ke arah Rachel.

"Mas Fahmi mau kemana? Nggak bantuin aku masak?"

"Bantuin apa?"

"Ini tolong cuciin sawinya,"

Mas Fahmi kembali berjalan ke arahku lalu mengambil sawi yang sudah ku potong.

Dengan bahan yang telah di beli oleh Mas Fahmi, aku memasak beberapa menu antara lain capcai, bola daging, dan Ayam selimut.

Aku mempelajari resep ini saat dulu Mama selalu memaksaku les masak dan akhirnya aku setuju. Kalau aku mengingat saat itu, aku jadi rindu Mama.

Mas Fahmi setia berdiri di sampingku untuk membantuku. Seperti sekarang, aku sedang mengaduk daging yang sudah dihaluskan bersama bumbu yang sudah dihaluskan pula.

Mas Fahmi hanya berdiri sambil melihatku. Aku melirik kearahnya masih sambil mengaduk.

"Mas, tolong tepungnya masukin ke sini sedikit sedikit,"

Dengan sigap, Mas Fahmi langsung mengambil tepung dan langsung melaksanakan perintah dariku.

"Kamu nuangnya kebanyakan, nanti malah ngegumpal. Sedikit sedikit aja,"

Mas Fahmi mengurangi tuangannya, "Agak banyak Mas, malah nggak jadi-jadi nanti,"

Mas Fahmi menambah tuangannya,
"Kebanyakan itu Mas,"

Mas Fahmi menjatuhkan tepungnya dengan sengaja sehingga mengepul di depan mukaku. Aku menghentikan aktivitasku dan menatap tajam ke arahnya.

Mas Fahmi yang juga menatapku malah tertawa sambil menunjuk ke arahku.

Aku sudah sangat kesal padanya. Bukannya minta maaf, malah ketawa nggak jelas.

Kedua tanganku langsung mengambil tumpahan tepung ke genggamanku lalu melumurinya ke wajah Mas Fahmi.

Sekarang gantian Mas Fahmi yang menatap tajam diriku dan aku hanya tertawa melihat wajahnya yang sudah putih seperti petruk.

"Kamu mirip petruk kalau kayak gitu, Mas" ucapku sambil terus tertawa.

Mas Fahmi membalasku sama seperti yang kulakukan padanya tadi. Dan alhasil, kami saling lempar tepung dengan tawa puas dari mulut kami.

Mas Fahmi yang nggak mau kalah dan aku juga nggak mau menyerah begitu saja sampai bajuku tepung semua, begitupun Mas Fahmi.

"Kak Bintang. Ayah. Kalian masak atau mainan sih, Rachel sudah lapar banget ini,"

Aku dan Mas Fahmi menghentikan aktivitas menyenangkan itu, "Maaf ya Rachel," ucapku dan Mas Fahmi bersamaan.

Aku kembali mengaduk adonanku tadi yang sekarang lebih pantas disebut lautan tepung sambil meniup wajahku sendiri karena serbuk tepung yang seperti menggelitik di wajahku.

Tiba-tiba Mas Fahmi ikut meniup wajahku lalu tersenyum lebar kearahku.

Sesaat aku termenung dengan jantungku? Sudah pasti berdetak lebih cepat.

Aku kembali tersadar walaupun jantungku tak kunjung biasa dan aku membalas tiupan Mas Fahmi.

Lalu kami tersenyum satu sama lain.


=== Lanjut ke Part Selanjutnya yes 😉===

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang