.
.
.
.
.
.
.
Malam itu, aku sengaja memilih Bus untuk tumpanganku menuju rumah. Pikiranku saat itu sedang kalut sekali. Semua beben menumpuk di pundakku.
Aku terpaksa memilih duduk di dekat anak perempuan seusia SMA yang sedang tertidur lelap dekat jendela.Aku berusaha tak menghiraukan gadis itu tapi entah kenapa wajah gadis itu mengingatkan aku pada mendiang istriku, Hana. Aku memperhatikan wajah gadis itu saat tiba-tiba kepala gadis itu jatuh kepundakku.
Aku tak tahu kenapa aku merasa nyaman seperti ini. Tidak pernah aku merasakan hal seperti ini sejak istri tercintaku meninggal.
Lalu dia terbangun dan menatapku dengan tatapan curiganya, bahkan gadis itu mengataiku tuli karena faktor usia dan dia memanggilku Om lalu setelah itu ia menginjak kakiku.Oh Tuhan, Sungguh dia sangat membuatku kesal.
Dengan sikapnya itu Aku tersadar bahwa gadis ini tidak mirip dengan Hana.
Tapi entah kenapa bayangnya selalu menghantuiku. Aku selalu memikirkannya. Hingga takdir mempertemukanku padanya lagi.
Malam itu, di salah satu tempat, aku kehilangan Rachel.Aku panik setengah mati. Aku sangat takut kehilangan anakku. Aku bersumpah jika ada seseorang yang menemukannya, aku akan selalu membantunya apapun itu bentuknya.
Dan akhirnya Tuham menjawabnya. Rachel berlari menghampiriku dan ia berkata ia bertemu seseorang yang mirip mamanya tapi mamanya memakai seragam.
Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok yang mirip deskripsi Rachel. Dan aku menemukan orang itu, ia adalah gadis yang bertemu padaku di bus malam itu. Ia berlari keluar dari tempat itu. Saat itu aku berniat mengejarnya tapi ku urungkan karena Rachel mengeluh ngantuk.
Sepertinya takdir ingin aku mengenalnya.
Tiba-tiba ia berdiri di pintu rumahku dengan Rachel di gendengannya. Sesaat aku terkejut karena kehadirannya tapi segera ku tutupi dengan ekspresi cuekku. Seperti ada magnet, aku terus mendekat ke arahnya hingga ia mundur setiap aku melangkahkan kakiku ke arahnya.Ia menghentikanku dan langsung berlari dariku. Untuk pertama kalinya aku tersenyum karenanya.
"BINTANG." Nama yang bagus.
Aku semakin penasaran dengan gadis bernama Bintang itu. Rachel yang memberi tahuku nama gadis itu.Rachel mempertemukanku dengannya lagi. Dengan kaku, aku mengucapkan terima kasih padanya karena ia sudah menjaga Rachel selama aku telat menjemputnya.
Sejak saat itu aku yakin aku memilihnya untuk mengisi hatiku. Mungkin sulit, tapi ini adalah pilihanku. Aku yakin Bintang bisa membuat hidupku berwarna kembali.
Malam itu aku menemukan dia pingsan. Panik, sudah pasti aku sangat panik. Aku langsung membawanya ke rumah sakit dan menunggunya hingga ia tersadar.Selama menunggu itu, aku menghawatirkan apa yang sebenarnya terjadi padanya?
Akhirnya Bintang tersadar. Bintangku sadar.Jelas tersorot dari matanya bahwa ia sedang sedih. Untuk pertama kalinya, ia menangis dalam pelukanku. Aku berusaha menenangkannya. Jauh di lubuk hatiku, aku ikut merasakan kesedihannya.
Aku tahu dia adalah wanita lemah namun berusaha menutupi kelemahannya itu.
Aku sangat senang saat Bintang menerima tawaranku untuk tinggal dirumahku. Bukan karena ada maksud tertentu. Bukan. Aku hanya berpikir aku akan semakin dekat dengannya dan bisa membuatnya merasakan kehadiranku. Dan usahaku terjawab.
Sejak saat itu, aku dan dia semakin dekat. Jantungku selalu berdetak kencang setiap matanya menatap mataku, senyumnya menyambut senyumku dan tawanya yang ia tujukan untukku. Aku bahagia berada didekatnya.
Bahkan hatiku tak rela melihatnya menangis walaupun hanya setetes keluar.
Akhirnya aku mengutarakan isi hatiku padanya. Tapi ia menolakku dan aku mengerti alasannya menolakku. Aku berjanji padanya untuk membantunya.
Aku yakin kamu juga menyukaiku tapi kamu terlalu takut menyadarinya. Kamu terlalu takut merasakannya lagi.
Kejadian terbesar yang menggoncang hidupmu.
Siang itu, aku berniat menjemputnya di sekolah. Tapi nihil, aku tidak menemukannya.Lalu kebetulan aku bertemu mantan kekasih Bintang yaitu Randy.
"Cari Bintang? Udah pulang. Lagian siapanya sih anda itu? Jangan jangan anda ini Om-om yang mau manfaatin Bintang ya?"
Dia mengucapkan kalimat itu terang-terangan dihadapanku. Aku meredam marahku dan membalas ucapannya, "Yang jelas saya tidak seperti kamu. Selingkuh di belakang Bintang lalu berbicara hal menyakitkan padanya. Bukankah yang lebih pantas di sebut memanfaatkan itu kamu."
Sorot matanya marah kepadaku dan aku tak menanggapi itu.
"Kalau kamu berfikir untuk mendapatkan Bintang lagi, saya sarankan kamu urungkan niat itu karena Bintang sudah jadi milik saya. Barang yang sudah dibuang tidak akan bisa kembali pada pemiliknya."
Aku pergi meninggalkan laki-laki itu dan bertemu satu temannya perempuan. Dia mengatakan kalau Bintang kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit.
Seperti ada palu besar menghantam kepalaku. Aku kalang kabut mencari di rumah sakit. Aku takut kamu kenapa-napa. Aku takut aku akan kehilanganmu.
Lega, sungguh lega rasanya saat melihatmu masih seperti sedia kala tanpa luka satu pun. Aku mendekatimu dan kamu langsung memelukku. Disana aku tahu, yang mengalami kecelakaan adalah Mama kamu.
Aku tahu kamu sangat terpukul dengan kejadiaan ini. Dan aku berjanji untuk selalu ada di dekatmu. Manghapus tangisanmu dan menguatkanmu.
Badai pasti berlalu. Semua itu sudah berlalu. Kamu kembali seperti semula dan bahkan lebih berwarna seperti sebelumnya.Aku ikut bahagia melihatmu seperti ini.
Aku sangat senang saat kamu cemburu padaku gara gara Fera. Aku yakin kamu sudah sepenuhnya menerimaku masuk kedalam hatimu. Aku tidak akan melepaskanmu.
Di atap gedung ini cintaku semakin besar untukmu. Aku akan menjadikanmu hal terpenting untukku.
Kamu adalah warna bagiku. Sumber kebahagiaanku. Karenamu aku kembali mengenal kehidupan yang sempat mati bagiku. Aku beruntung menemukanmu dan memilihmu.
Bintangku, sumber kehidupanku. Demi langit dan bumi aku berjanji akan menjagamu.Menjauhkanmu dari kesedihan dan selalu membuatku tersenyum dengan caraku, karena aku mencintaimu.
Aku mencintaimu, Bintang kehidupanku.
Sekarang, nanti dan selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Bintang (TAMAT)
RomanceBintang di antara kegelapan malam dengan kerlap kerlipnya, yang saling menyebar di antara gelap malam. Menatapnya dengan angin yang membelai rambut dan kulit tubuh yang tak tertutup kain. Sepi, sunyi dan hampa, teman akrabku setiap kali aku berdiri...