=> 36

278 17 0
                                    


Tanggal pernikahan Mama sudah ditentukan. Dua bulan lagi akan menjadi hari paling bahagia bagi Mama dan Om Martin. Banyak persiapan yang harus disiapkan mulai gaun pernikahan, gedung, cathering, dan lain lain.

Dan aku yang akan mengambil alih tanggung jawab semua itu. Aku ingin pernikahan Mama kali ini akan menjadi pernikahan yang tak terlupakan untuk Mama.

Sekarang aku berada di salah satu perusahaan WO, rekomendasi dari Mas Fahmi.

"Hai Fahmi, apa kabar?" wanita yang nggak aku kenal itu mengulurkan tangannya ke arah Mas Fahmi.


Aku mengamati penampilan wanita itu. Cantik.

Mas Fahmi menyambut uluran tangan wanita itu, "Baik. Kabar kamu sendiri gimana?"

"Baik Baik. Oh ya, ada apa tumben kesini?"

Aku mengamati dua orang di depanku ini. Mereka akrab banget.

"Aku mau sewa jasa WO kamu,"

Wanita itu membulatkan kedua matanya,"Siapa yang mau nikah? Kamu? Sama siapa?"

Mas Fahmi tertawa, "Bukan, Bukan aku yang mau nikah. Oh ya, kenalin ini Bintang,"

Aku memaksakan senyumanku sambil mengulurkan tangan pada wanita dewasa itu. "Bintang"

"Fera"

"Jadi gini Fer, kamu bisakan bantu aku siapin semuanya yang diperlukan untuk pernikahan?"

"Bisa dong. Bisa banget malah, apa sih yang nggak buat kamu,"

Sumpah ni cewek genit banget sih.


Mas Fahmi melirik sekilas kearahku dan aku langsung mengalihkan tatapanku pura-pura melihat sekeliling. Rasanya hatiku panas nggak karu-karuan.

"Jadi mulai kapan kita bisa memulai rundingan menentukan tema dan lain-lainnya?"

Aku langsung menyela saat Mas Fahmi akan mengeluarkan kalimat.

"Kalau sekarang nggak bisa. Kita mau ada urusan penting. Kita pamit dulu,"

Aku langsung menggandeng tangan Mas Fahmi keluar dari ruangan wanita yang bernama siapa itu. Aku lupa.

"Mas Fahmi udah lama kenal sama wanita tadi? Siapa tadi namanya, Fara?"

"Fera. Iya, lumayan juga kenalnya.".

"Pantesan akrab banget."

"Kenal dimana?"

"Ehmm, dulu waktu masih SMA. Dia teman satu kelas."

"Mas Fahmi sempat suka sama dia?"


Mas Fahmi sekilas menatapku lalu tertawa, "kamu cemburu ya?"

"Enggak. Aku nggak cemburu, cuma nggak suka aja lihat cewek genit kayak gitu."

"Masak sih nggak cemburu. Terus itu bibir kenapa kok manyun kayak gitu,"

"Udah deh Mas, nggak lucu."

Tangan Mas Fahmi menggenggam tanganku, "udah, nggak usah cemburu. Fera itu memang kayak gitu orangnya. Dan aku nggak mungkin berpaling dari kamu,"

Kalimat Mas Fahmi sukses membuat hatiku kembali dingin.

"Mas Fahmi bisa janji sama aku?"

"Janji."

"Aku pegang janji Mas Fahmi,"

Mas Fahmi hanya tersenyum lebar sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Awas kalau ingkar,"


****


Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang