Bintangnya say jangan lupa 😉
..
....
.
..
.
.
.
.Kata orang, Keluarga itu adalah tempat terindah saat kita terjatuh. Tempat dimana kita mendapat kasih sayang yang kita inginkan.
Kebahagiaan adalah gambaran sederhana dari sebuah keluarga.
Keluarga? Seperti itukah definisi sebuah "Keluarga?".Aku membuka perlahan mataku untuk menyesuaikan cahaya terang yang menusuk masuk ke mataku. Putih dan terang.
"Bintang?"
Aku mengernyitkan keningku saat suara laki-laki yang sepertinya aku mengenalnya masuk ke telingaku.
Aku mengedarkan pandanganku. Tirai hijau mengelilingiku dengan bau khas obat masuk ke hidungku.
"Kamu di rumah sakit. Tadi saya tidak sengaja menemukan kamu tergeletak pingsan di pinggir jalan dekat rumah saya."
Aku menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan sambil memejamkan mataku lalu kembali membukanya.
"Terima kasih, Mas,"
Aku berusaha tersenyum ke arah Mas Fahmi.
"Kamu lagi ada masalah?"
Aku mengangkat bahu. Mas Fahmi menggenggam tanganku. "Saya bisa menjadi pendengar yang baik untuk kamu dan mungkin dengan cara itu, beban yang ada di kamu bisa sedikit berkurang,"
Aku memandang ragu ke arah Mas Fahmi. Mas Fahmi tersenyum hangat ke arahku lalu menganggukkan samar kepalanya.
Aku mulai mengalirkan cerita kepada Mas Fahmi. Tentang ayahku, tentang Mamaku hingga puncaknya aku meninggalkan rumah. Setetes air turun. Aku menghentikan ceritaku.
Mas Fahmi mendekat ke arahku dan merengkuhku ke dalam pelukannya. Satu tangannya mengelus halus punggungku, berusaha membuatku sedikit tenang. Aku menangis di dalam pelukan Mas Fahmi.
"Setiap orang mempunyai takdir masing-masing. Tuhan memberimu takdir seperti ini karena Tuhan tahu kamu mampu menerimanya dan menghadapinya."
Aku mendengarkannya masih dalam isakan. Mas Fahmi melepaskan pelukannya, Satu tangannya menyentuh daguku lalu mendongakkan kepalaku ke arah wajahnya. Kemudian tangannya beralih ke pipiku untuk menghapus air mata di pipiku.
"Saya yakin kamu pasti bisa menghadapinya."
Aku mengangguk pelan, "Terima Kasih," aku berusaha menampakkan senyumku. Mas Fahmi membalas senyumku.
"Kamu lapar?"
Aku menggeleng. "Aku mau istirahat."
"Baiklah kalau begitu. Saya mau keluar sebentar, nanti saya kembali."
Aku mengangguk kemudian Mas Fahmi berjalan keluar.
Aku menatap nyalang atap rumah sakit. Keputusanku untuk pergi dari rumah adalah keputusan terbaik "bagiku". Aku lelah menghadapi semuanya. Mungkin ini adalah bentuk pelarianku.
Aku ingin menjauh dari masalah ini. Menjauh sejauh yang kubisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Bintang (TAMAT)
RomansaBintang di antara kegelapan malam dengan kerlap kerlipnya, yang saling menyebar di antara gelap malam. Menatapnya dengan angin yang membelai rambut dan kulit tubuh yang tak tertutup kain. Sepi, sunyi dan hampa, teman akrabku setiap kali aku berdiri...