>23

347 28 0
                                    

Selalu seperti biasanya, Bintang di bawah jangan lupa ya temen-temen 👇
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suasana sarapan pagi ini selalu sama seperti pagi-pagi kemarin.

Setelah hampir satu mingguan aku tinggal di rumah Mas Fahmi, keadaan hatiku mulai membaik.

Dan selama itu juga aku dan Mama tidak berhubungan sama sekali. Mungkin dia sibuk memikirkan pernikahan sialan itu dan benar-benar sudah tidak menganggapku anaknya lagi.

Aku tidak masalah dengan itu semua, aku hanya miris saja.

Sangat menyedihkan sekali hidupmu Bintang.

Aku merasa selama aku tinggal disini, aku dan Mas Fahmi menjadi semakin dekat. Kadang kita bertiga, aku, Rachel dan Mas Fahmi, bercanda bersama sambil menonton tv atau hanya bermain bersama di taman belakang rumah Mas Fahmi. Simpel sih, tapi itu cukup membuatku melupakan semuanya dan aku senang menjalaninya.

Mas Fahmi selalu mengantarku ke sekolah lalu setelah itu dia mengantar Rachel juga.

Seperti pagi ini. Setelah sarapan, Mas Fahmi mengantarku ke sekolah.

Aku berjalan melewati lorong sekolah yang menghubungkan dengan kelasku. Suasana kelas sudah ramai. Aku langsung menaruh tasku dan duduk di samping Harum.

"Hai Bin,"

Aku membalas sapaan Harum hanya dengan senyuman saja. Karena pagi ini, aku malas.

Harum menyenggol sikuku. Aku menoleh dan memberi isyarat, ada apa?

"Dua hari lagi kan Ujian Nasional, tapi aku belum menguasai soal-soalnya. Kamu mau bantu aku kan Bin?"

"Sepertinya jawaban aku masih sama seperti waktu itu."

"Kalau aku minta kamu jelasin lagi sekarang, kamu mau nggak?"

Aku berpikir sejenak. "Hmmm, males ah Rum. Lagi nggak mood ngulek masalah Ujian Nasioanal."

Harum mengerucutkan mulutnya. "Yah Bintang. Kalau nanti pas istirahat, gimana?"

"Tapi aku nggak bisa janji ya,"

"Oke,"

****

"Bintang, tunggu,"

Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke sumber suara. Randy berlari kecil kearahku.

"Pulang bareng yok."

"Jangan bilang kamu mau deketin aku lagi?"

Randy mengulum senyumnya, "Kamu masih nggak percaya ya sama aku."

"Siapa tahu kan. Waspada itu kan penting, apalagi sama cowok yang modelnya kayak kamu ini."

"Hahaha.., jadi gimana? Mau bareng nggak?"

Aku menggeleng, "nggak usah."

"Kenapa?"

Aku memutar bola mataku malas, "udah deh Ran, nggak usah kepo."

Randy mengangkat kedua pundaknya.

"Baiklah kalau begitu. See you manis."

Dari kejauhan, aku melihat mobil Mas Fahmi melaju pelan kearahku lalu berhenti tepat didepanku.

"Masuk Bin,"

Aku menurutinya dan duduk di samping Mas Fahmi. Mobil kembali melaju.

"Mas Fahmi nanti balik lagi ke kantor?"

"Kayaknya enggak deh. Pengen istirahat dirumah, capek banget soalnya."

Poin satu lagi untuk Mas Fahmi yang baru aku tahu beberapa hari ini yaitu lebih banyak bicara. Selain jahil, ia ternyata juga sedikit cerewet.

Aku mengangguk mengerti lalu kembali melihat jalanan yang ramai dan berdebu itu.

Mobil berhenti di pekarangan rumah Mas Fahmi.

Aku segera turun dan masuk ke dalam rumah begitupun Mas Fahmi.
Tumben rumah sepi, kemana Rachel ya, biasanya dia langsung berlari untuk menyambutku pulang. Mas Fahmi berjalan melewatiku menuju dapur, Aku mengikutinya.

"Tumben sepi Mas? Rachel kemana?"

"Dia lagi nginep di rumah neneknya. Besok sama lusakan dia libur, kangen katanya."
Aku manggut-manggut, "Mas Fahmi nggak ikut?"

Ia menggeleng.

"Kenapa?"

"Masa kamu mau saya tinggal disini sendirian."

"Aku sih nggak papa sendirian disini,"

"Memangnya nggak takut? Katanya si mbok sih, dia pernah di kasih lihat sama penunggu rumah ini. Cewek bajunya penuh darah dan mukanya rata."

Aku membayangkannya membuat bulu kudukku merinding. "Pasti bohong. Mas Fahmi cuma pengen nakutin aku aja kan?"

Mas Fahmi mengangkat kedua pundaknya lalu meninggalkanku sendirian di dapur.

Aku menatap sekeliling dan kembali merasakan merinding. Aku langsung berlari ke kamarku dan mengunci pintu.

Ihhh serem juga kalau muncul didepanku.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang