>7

629 28 0
                                    

Suara gaduh yang berasal dari luar kamar berhasil membangunkanku pagi ini. Dengan sisa rasa kantuk, aku menghampiri sumber suara itu yang kuperkirakan berasal dari dapur.

Grompyaaang

Aku sedikit memundurkan kakiku saat piring seng itu jatuh tepat didepan kakiku. Aku menatap piring itu lalu berganti ke arah Mama ku yang juga terkejut.

"Mama lagi ngapain sih?"

Mama tersenyum kearahku. "Mama lagi masak buat kamu sarapan."

Aku mengerutkan keningku, Tumben Mama masak untukku.

"Kan bisa beli aja Ma." Kemudian aku mengambil piring yang jatuh dan meletakkannya di meja makan, aku menarik satu kursi lalu mendudukinya.

"Mama mau masak buat kamu. Sudah lama juga kan Mama nggak masak buat kamu,"

Aku menatap setiap gerak Mama yang sedang memotongi sayur-sayuran. Aku menghampirinya dan berdiri di samping Mama, Mama melihat sekilas kearahku. "Sini aku bantu Ma,"

"Nggak usah, Kamu mandi aja sana. Nanti Mama panggil kalau makanannya sudah siap."

Aku menuruti perkataan Mama.

Senyum terukir di bibirku saat melihat Mamaku seperti ini. Akankah dia akan seperti ini seterusnya?

Hembusan angin yang menggerakkan dedaunan lalu menjatukannya ke bumi di barengi suara burung yang mencicit di langit sambil berterbangan kian kemari, seakan memberi harapan bagiku pada perubahan Mama pagi ini. Sudut hatiku rasanya seperti lega-atau apalah itu namanya-, saat Mama menjadi Mamaku yang dulu. Semoga ini semua bukan mimpi.

"Bintang, Kemari sayang, sarapannya sudah siap."

Aku mendengar teriakan Mama dari luar. Aku segera bergegas keluar dari kamar dan langsung disambut senyuman manis dari Mama. Aku menghampirinya dan mengambil duduk di depannya.

"Aku ambilin nasinya ya Ma,"
Mama mengangguk, kulihat dari raut wajah Mama pagi ini, ia terlihat begitu bahagia. "Mama kenapa sih? Kok kelihatannya bahagia banget,"

Mama meraih satu telapak tanganku dan digenggamnya sangat erat. Mata Mama manatapku dalam. Aku membalas tatapan Mama.

"Bintang,"

Aku menunggu Mama melanjutkan kata-katanya, hatiku rasanya campur aduk tak karuan. Ekspresi Mama kali ini sulit kutebak.

Kuamati Mama yang menarik nafas perlahan lalu ia keluarkan perlahan juga, "Mama mau nikah lagi."

JEDAAARRR

Seketika tubuhku kaku, kepalaku berdenyut, dan pandanganku buyar.

Mama mau nikah lagi?

Aku melepaskan perlahan tanganku dari genggaman tangan Mama. Lidahku rasanya kelu dan tenggorokanku kering. Aku tak tahu harus bersikap seperti apa saat ini. Marah, menangis atau bahkan meraung-raung.

Aku menatap Mama, satu bulir air mataku jatuh tanpa ku perintah.

"Kenapa Mama melakukan semua ini padaku?"

Mama meraih tanganku lagi dan langsung ku tepis tangannya. "Mama sayang sama kamu, Mama ingin kamu mendapatkan hidup yang layak..,"

"Dengan menikah lagi? Apa sih yang Mama cari selama ini? Suami siapa yang Mama rebut?"

Aku sudah tak bisa mengontrol emosiku. Semua yang ada dipikaranku ku keluarkan saat ini juga.

"JAGA OMONGAN KAMU BINTANG."

Aku berdiri dan menggebrak meja, nafasku memburu menahan marah.

"Apa yang perlu dijaga. Semua sudah berubah Ma, aku bukan Bintang yang dulu. Dan semua ini.," aku menatap satu persatu hidangan yang ada di meja, "Mama melakukan semua ini supaya aku menyetujui Mama untuk menikah lagi. Semacam sogokan, Iya Ma?"

Mama manatapku. Aku menggelengkan kepalaku pelan, "Aku bukan anak kecil lagi yang bisa Mama sogok dengan makanan dan sikap manis seperti itu. Dan untuk masalah Mama mau nikah lagi, itu bukan urusanku. Aku nggak peduli,"

Aku berlari keluar rumah.

Sudah cukup semua ini. Sudah cukup aku terluka seperti ini. Hidup sungguh tak adil bagiku, kenapa semua ini harus terjadi padaku?

Apa sebenarnya salahku hingga tuhan memberiku cobaan macam begini?

Aku terus berlari tanpa arah. Satu tanganku menghapus air mataku yang masih mengalir deras dari pelupuk mataku. Hatiku benar-benar sakit saat ini melebihi rasa sakit saat melihat Mama bermesraan dengan kekasihnya di depan mataku.

Hikksss.... Hikkkssss

Aku menghentikan langkahku di depan gedung, tanpa pikir panjang, aku kembali berlari masuk dan menaiki satu persatu anak tangga.

Aku menatap langit biru yang membentang luas dengan angin yang selalu hadir bersamanya.

Aku menghampiri trali besi pembatas dan menatap jalanan dari atas. Mobil dan motor tak pernah berhenti untuk berlalu lalang dibawah sana.

Mama

Mau

Nikah

Lagi

Keempat kata itu terus terngiang di telingaku seperti kaset yang terus berputar tanpa henti. Kedua tanganku menggenggam erat trali besi hingga aku bisa melihat buku jariku memutih.

"Kenapa Mama begitu jahat padaku?"

Hikss

"Kenapa Ma?"

Kakiku rasanya lemas saat itu juga, tubuhku luruh seketika, Tangisku pecah hingga dunia pun tak mampu menenangkanku, aku menutupi mulutku dengan kedua tanganku agar rasa sakit hatiku sedikit berkurang dengan cara itu.

Wahai angin, maukah kau membawaku dalam badaimu hingga aku menghilang dan tak akan bisa merasakan sakit seperti ini lagi.

Dan wahai langit, bisakah kau menelanku dalam cahaya birumu, membawa serta diriku ke dalam gulungan putih yang indah itu.

Bisakan kalian mengurangi rasa sakit hatiku terhadap semua ini?

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang