>15

418 26 0
                                    

"Hai Bintang, cantik,"

Aku mendengus kesal saat Randy menyapaku seperti itu. Aku melirik kearahnya, ia tersenyum ke arahku, kemudian duduk disampingku. "Lagi ngapain?"

"Kamu nggak lihat aku lagi pegang apa?" Aku sedikit mengangkat buku paket Matematika kearahnya. Lagi-lagi ia hanya nyengir.

"Boleh ikut belajar?"

"Terserah," kemudian aku melanjutkan mempelajari rumus-rumus Matematika yang akan di gunakan untuk try uot besok.

Dari ekor mataku, aku merasa Randy memperhatikanku. Aku menoleh ke arahnya dan ia langsung mengalihkan matanya, "Kalau mau ngelihatin aku, mending nggak usah disini. Nganggu konsentrasi belajarku saja,"

"Habisnya kamu cantik banget,"

"Ran, please! Aku mau belajar, kamu jangan ganggu aku."

"Ya...ya...ya..."

"Bintaang,"

Harum berlari kecil kearahku sambil membawa buku paket, kemudian duduk disamping kananku. Ia membuka satu persatu halaman lalu menunjukkan halaman yang ia cari. "Ini, kamu bisa jelasin rumus ini ke aku? Aku nggak ngerti."

Randy memajukan kepalanya untuk melihat halaman yang di tunjukkan Harum padaku lalu menjentikkan jarinya di depan mukaku, aku mengerutkan kening karena tingkahnya itu, "Aku tahu rumus ini,"

"Apa?" Harum menanggapi kata Randy.

"Ini rumus untuk menghitung Phytagoraskan?"

"Terus gimana cara ngitungnya?"
Aku hanya melihat mereka satu persatu, lirik kanan saat Harum berbicara dan lirik Kiri saat Randy menjawab pertanyaan Harum.

"Yang itu lo, masak nggak tahu sih?"

"Ya apa dong, aku kesini kan karena aku nggak tahu."

"Ehmmm," Randy mengarahkan telunjuknya untuk membaca setiap angka yang ada di buku itu kemudian mengerutkan kening seakan sedang berfikir. Aku hanya mengamati tingkahnya itu. Harum terus menunggu jawaban dari penjelasan Randy yang tak kunjung mengeluarkan suaranya.

Randy memundurkan kepalanya lalu menarik nafas panjang, kemudian menatapku dan Harum, "Rumus ini sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Jadi maaf ya Harum, aku nggak bisa jelasin rumus ini ke kamu."

"Huuu, bilang aja kalau nggak bisa."
Harum memukulkan buku paketnya ke pundak Randy. Randy hanya tertawa menerima perlakuan Harum padanya.

"Makanya jadi orang jangan sok tahu."
Aku ikut memukul Randy dengan buku paketku. Anak ini benar-benar mengesalkan.

"Sini,"

Aku menarik pelan buku paket Harum lalu mulai membacanya, "Oh ini," aku mengerti tentang rumus itu. Kemudian aku menjelaskannya pada Harum dan ia manggut-manggut mengerti.

"Makasih ya Bintang,"

"Iya sama-sama Harum," Randy menjawab ucapan Harum.

Harum melotot padanya, "aku nggak lagi ngomong sama Kamu ya. Dasar Tikus Sawah."

"Apa kamu bilang? Tikus Sawah?"
Harum menjulurkan lidahnya pada Randy, Randy segera berdiri dan mengejar Harum.

Seulas senyum tercetak dibibirku, kenapa hubunganku dan Randy nggak seperti ini saja sejak dulu? Ternyata berteman lebih asik daripada harus pacaran.

******

Matahari bersinar terik siang ini hingga sampai ke ubun-ubunku.

Angkot yang sedari tadi kutunggu tak kunjung datang. Aku melirik jam tanganku, sudah jam 3 lebih. Kemana semua angkot yang sering kutumpangi.

"Bintang?"

Aku menoleh saat namaku dipanggil. Ternyata Mas Fahmi sudah berdiri di sampingku. Aku melihatnya tersenyum padaku dan aku membalas senyuman darinya.

"Mau bareng?"

"Enggak usah. Nggak searah juga kan, Mas. Nanti ngerepotin lagi."

"Memangnya rumah kamu dimana?"

"Di daerah kompleks perumahan Griya indah."

"Kebetulan, saya lewat sana. Ayo bareng saya saja,"

"Nggak ngrepotin?"

"Enggak, saya malah suka bisa membantu kamu. Ayo,"

Aku mengikuti Mas Fahmi untuk masuk ke mobilnya. Mas Fahmi mulai menyalakan mobil.

Sepanjang perjalanan, fokusku hanya tertuju kepada jalanan yang ramai dengan pedangang-pedagang yang berjejer di pinggir jalanan.

"Rachel sering menanyakan kamu. Dia kengen sama kamu, katanya."

Aku menoleh ke Mas Fahmi "Kapan-kapan kalau ada waktu, aku sempatkan main kerumah Mas Fahmi buat ketemu sama Rachel."

Mas Fahri tersenyum dengan pandangan masih fokus ke jalanan, "Silahkan. Pintu rumah saya selalu terbuka lebar untuk kehadiran kamu."

"Oh ya, ngomong-ngomong, Jam segini Mas Fahmi baru pulang kerja ya?"

"Kadang-kadang. Tapi lebih seringnya jam segini saya pulang sebentar lalu balik lagi ke kantor."

"Terus yang jaga Rachel siapa?"

"Ada si mbok di rumah."

Aku hanya ber oh ria. .

Tiba-tiba saja aku merindukan anak kecil itu. Bagaimana ya kabarnya saat ini?

"Mas Fahmi?"

Mas Fahmi menoleh ke arahku, "ya, Kenapa?"

"Boleh aku ke rumah Mas Fahmi. Aku pengen ketemu sama Rachel."

"Boleh. Memangnya kamu nggak pulang dulu? Sekedar ganti baju,"

"Boleh juga. Kalau gitu Mas Fahmi antar aku pulang dulu, ya"

Aku tersenyum ke arah Mas Fahmi, dan ia membalas senyumku.

Dibawah Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang