Struggle

10.6K 1K 58
                                    


Tanpa menunda-nunda, Kenneth beranjak dari Restoran tersebut, dan bergegas menuju ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat itu.

Dia melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya beberapa waktu lalu, sama sekali tidak membuatnya gentar mengendarai mobilnya seperti itu.

Yang ada di benaknya sekarang, dia harus secepatnya menemui beberapa orang yang mungkin akan sangat membantunya dalam menghadapi ayahnya sendiri.

Tidak banyak waktu yang dia punya, sampai ayahnya datang.
Kenneth harus melakukan semua hal yang dia bisa untuk memastikan Gael mendapat perlindungan yang aman, jauh dari ancaman ayahnya.

Sesampainya dia di rumah,
pemuda ini bergegas mendi, ganti baju dan kembali barangkat mengendarai mobilnya menuju ke tempat Devon.

Kenneth memasuki Kedai Kopi yang cukup mewah milik sepupunya.
Dia tidak menyangka jika Devon benar-benar mengelola tempat itu dengan baik.

Padahal baru 1 tahun dia membangunnya, tapi yang dia dengar Devon sudah memiliki dua cabang lain yang salah satunya ada di kota sebelah.

"Kenneth..."
Panggil Devon, dia melihat sepupunya itu saat memarkirkan mobilnya di depan Kedai.

Jadi ketika Kenneth masuk, Devon sudah berjalan ke arah pintu untuk menghampiri nya.

"Ada hal penting yang perlu ku bicarakan dengan mu..."
Ujar Kenneth menatap Devon dengan mata serius.

Devon terdiam sejenak,
"Baiklah..."
Jawabnya kemudian, pemuda itu berjalan kearah tangga menuju ke lantai 2.
Diikuti Kenneth dari belakang.

Sesampainya di atas Devon membuka salah satu dari dua ruangan yang ada di lantai dua.
Di tempat itu hanya ada satu set tempat duduk.
Dan di dekat cendela di tempatkan satu meja kerja dan dua buah kursi yang saling berhadapan.

Banyak tumpukan dokumen yang tertata rapi di sana.
Rak-rak berisi kumpulan buku-buku berjajar di dekat dinding.

Devon menjatuhkan diri ke atas sofa.
Dia menyilangkan kakinya dan bersandar kebelakang.
Mata ambernya menatap Kenneth dengan tatapan penuh tanya.
"Kau kemana saja 3 hari ini...?"

Desahan nafas berat terdengar dari bibir tipis pemuda 23 tahun itu.
"Paman dan bibi akan segera pulang, apa kau tau itu...?"

Kenneth perlahan duduk di sofa, tak jauh dari tempat Devon berada sekarang.
"Aku tau..."

Devon mengambil sebatang rokok yang ada di atas meja dan menyalakannya.
Dia menikmati hisapan demi hisapan sembari memperhatikan wajah Kenneth, terlihat ada lebam di sana.
"Kenapa dengan wajah mu...?"

Kenneth menyentuh tulang pipinya.
"Tadi Ketlyn menghajar ku..."

Senyum geli terkulas di bibir Devon.
"Kau mencampakkannya...?"
Tanya Devon memastikan kabar yang beberapa hari lalu sempat dia dengar dari ibunya.

Ibu Devon dan ibu Kenneth mereka memiliki hubungan yang sangat dekat, jadi wajar saja jika mereka sering menceritakan masalah mereka masing-masing.

Anggukan Kenneth menjawab pertanyaan itu.

"Patut saja dia menghajar mu, kau memang pantas mendapatkan itu"

Kenneth tidak menyangkal ucapan sepupunya, karena semua yang di katakan nya benar.

"Lalu kemana saja kau 3 hari ini, bahkan ponsel mu juga mati.
Paman beberapa kali menelfonku menanyakan dirimu...?"

"Aku ke makam Ellora..."

Secret Admirer (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang