Last Scene

16.8K 1.1K 125
                                    


3 hari tak terasa begitu cepat berlalu.

"Hah...."
Desah Kenneth untuk kesekian kalinya.

Dia berdiri setelah membenarkan letak selimut Gael.
Mencegah udara pagi yang sangat dingin menembus kulit Gael yang telanjang.
Senyum tersungging di bibir Kenneth ketika menatap kekasaihnya yang terlelap berbalut mimpi-mimpi indahnya.

Cahaya bulan purnama tampak menembus kaca jendela kamar Gael yang sengaja di buka oleh Kenneth.
Membiaskan cahaya redup seredup jiwanya.

Di dalam hati kecil pemuda itu, dia merasa takut yang amat sangat kala berfikir dia akan berada jauh dari orang yang begitu di cintainya.
Itu bagaikan momok yang membuat nyali Kenneth menciut saat membayangkannya.

Jam di dinding berdetak sangat keras terdengar.
Ini masih pukul 4 pagi, sebenarnya terlalu dini untuk Kenneth bangun.

Tapi,rasa gelisah yang di rasakannya membuat dia tidak bisa tidur dengan nyenyak meskipun sedang dalam dekapan tubuh Gael.

Kenneth perlahan mengambil bungkus rokok di atas meja lampu.
Pemuda itu kembali berjalan ke dekat jendela, sembari menyalakan sebatang rokok yang dia selipkan kecela bibirnya.

Dia menghembuskan asap rokok yang membumbung tinggi di udara.
Rasa dingin pagi itu menembus kulitnya, akan tetapi Kenneth tampak enggan utuk pergi dari depan jendela.
Bahkan dia tak berniat memakai
t-shirtnya yang jatuh di atas lantai kamar Gael bercampur dengan pakaian kekasihnya.

Dia berdiri di sana hanya berbalut celana panjang hitam.
Sangat kontras dengan kulit putih pucatnya.

Kenneth melihat jam di tangannya,
Dia seperti menghitung setiap detik waktu yang tersisa untuknya bersama Gael.

Pukul 7 pesawat kekasihnya itu akan berangkat.
Paling tidak dia akan bisa bersama Gael 3 jam kedepan atau malah hanya 2 jam...

Kenneth mengercipkan matanya menahan agar air di pelupuk matanya tidak jatuh, dia sudah berjanji pada Gael tidak akan menangis lagi.
Bahkan Gael bilang jika dia tidak mau  diantar ke Bandara, jika sampai melihat Kenneth meneteskan air matanya.

Kenneth membuang puntung rokoknya keluar jendela.

Dia berjalan mendekati Gael, sembari mengambil t-shirt warna hitam di atas lantai dan memakainya.
Pemuda itu juga memunguti pakaian Gael yang berceceran di atas lantai dan kemudian menaruhnya ke atas meja lampu begitu saja.

"Kau sudah bangun...?"
Tanya Gael yang mengusap matanya beberapa kali dengan tangan.
Seluruh tubuhnya terasa linu, tapi senyum kepuasan tersungging di bibirnya.

"Maaf...apa aku membangunkan mu...?"
Kenneth duduk di sisi tempat tidur, dia mengelus kepala Gael yang berangsur memeluk pinggang Kenneth.

"Jam berapa ini...?"

Kenneth melihat jam tangannya.
"4.30am"

Gael melepas pelukannya dia kembali terlentang di atas tempat tidurnya sembari mendesah.

"Apa kau lelah...?"

Gael menoleh kearah Kenneth...
Pemuda itu menggeleng sembari tersenyum.

Kenneth berdiri seketika saat melihat senyum bahagia Gael, dia berusaha menyembunyikan wajah sedihnya dari kekasihnya itu.
"Akan ku buatkan sarapan untuk mu..."

Kenneth beranjak dari kamar tersebut, dia berjalan menuju ke dapur.

Mengolah beberapa porsi pasta dengan saus daging.

Pemuda itu masih terus berkutat di dapur, dia bahkan tidak memperhatikan Gael yang kini sudah mandi dan rapi berdiri di belakang tubuhnya.

Kenneth memilih menu sarapan yang sulit untuk di buat agar dia tidak ketahuan sedang menangis.
Dengan begini dia memiliki banyak waktu untuk menenangkan diri.

Secret Admirer (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang