Missing

9.6K 940 24
                                    


Sejak Kenneth bertengkar dengan Gael.
Kedua pasangan kekasih itu sudah 7 hari tidak pernah berkomunikasi.
Gael sendiri tidak memiliki nyali untuk menghubungi Kenneth lebih dulu.

Sejak awal, Kenneth yang lebih aktif mendekatinya, melimpahi dirinya dengan kasih sayang dan perhatian.
Sehingga membuat Gael kikuk jika harus melakukan hal yang sama pada Kenneth.

Sekarang dia tau seberapa berat hari-harinya tanpa mendengar suara lembut kekasihnya, yang selalu mengganggu dirinya setiap waktu lewat telfon.
Meski hanya bertanya soal hal yang tidak penting.

Akan tetapi kini Gael sangat merindukan saat-saat yang membuatnya kesal itu.

Lelucon yang di ceritakan Kenneth padanya yang selalu membuatnya tertawa.
Kejahilannya yang membuatnya marah, perhatiannya dan kekhawatiran Kenneth padanya yang berlebihan.

Ataupun belaian dan ciuman tak terduga yang sering di lakukan Kenneth padanya.

Gael tidak tau sampai kapan hal ini akan terus berlanjut.
Kenneth sangat marah, itu pertama kalinya terjadi.
Dia tau Kenneth akan sangat sulit untuk memaafkannya.

Gael mendesah dengan nafas putus asa.
Mengingat sebentar lagi dia akan berangkat keluar negeri.
Dia tidak ingin hubungannya dengan Kenneth berakhir begitu saja.

"Aku harus segera menemuinya...
tapi bagaimana caranya.
Jika kami bertemu apa dia mau memaafkan ku...
Atau dia akan meminta berpisah dari ku...
Ketidak pastian itu membuat ku takut jika harus bertemu dengannya sekarang?"

Mikas menepuk bahu Gael hingga membuat pemuda itu melonjak kaget.
Gael menoleh kebelakang, Mikas berhasil membuyarkan lamunannya.

"Belakangan ini kau sepertinya banyak pikiran"
Ucap Mikas dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Iya...maaf..."

Mikas menarik Gael menjauh dari meja kasir.
Saat itu sudah hampir pukul 10 malam.
Jadi pembeli juga sedang sepi tidak seperti 3 jam lalu.
Gael hampir tidak bisa bergerak dari meja kasir itu.

"Gael...aku mengatakan ini karena sudah menganggap mu seperti adik lelaki ku sendiri, sebaiknya kau segera menemui Kenneth.
Jika kau hanya diam dan menerka-nerka apa yang akan terjadi pada kalian berdua.
Akan lebih baik jika kau memastikannya saja.
Dia kekasih mu, orang yang paling menyayangi mu.
Dia sekarang pasti juga sedang merasakan seperti yang kau rasakan.
Jangan menjadi api untuk melawan api.
Kau mengerti maksud ku...?"
Tanya Mikas sembari memegang bahu Gael.

"Jika kau mendiamkannya, Kenneth akan semakin larut dalam kemarahannya.
Kau harus meredam amarah Kenneth.
Ajak dia bicara baik-baik...
Katakan apa yang ingin kau katakan, dan dengarkan apa yang dia ingin kau lakukan.
Carilah jalan tengah untuk kebaikan kalian berdua.
Jangan bersikap keras kepala dengan memaksakan kehendak mu padanya"
Tambah Mikas

"Aku tidak tau harus bagai mana,
aku tidak berani menemuinya...
Aku bahkan belum menelfonnya,
aku sangat takut jika dia menolak ku..."

Mikas menghela nafas.
Pemuda itu mengeluarkan amplop coklat dari dalam saku celananya.
"Ini gaji terakhir mu...senang bisa mekerja sama dengan mu 3 tahun ini.."

Gael menerima amplop pemberian Mikas.
Ini adalah hari terakhir dia bekerja di Toserba itu sebelum dia berangkat kuliah keluar negeri 5 hari lagi.
"Terima kasih..."

Mikas tersenyum,
"Aku menembahkan beberapa lembar uang, semoga itu bisa berguna untuk membeli kebutuhan mu untuk kau bawa ke sana..."

Gael terhenyak, dia buru-buru membuka amplop di tangannya.
"Ini terlalu banyak, aku tidak bisa menerimanya"
Gael menarik uang itu dari dalam tempatnya, namun Mikas mencegahnya dengan mata melotot kearah Gael.

Secret Admirer (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang