BaRana ↪ Prolog

370 28 8
                                    

Aku mulai terbiasa tanpamu. Setelah bersusah payah menahan rindu yang tak kunjung sembuh, ku coba untuk berpisah dengan menjauhkan jarak diantara kita.

Sudah 2 tahun kejadian itu berlalu. Rasanya seperti mimpi buruk yang tak pernah hilang. Aku ingin bangun dari mimpi buruk ini. Tapi setiap kali ku buka mata, rasanya mimpi dan kenyataan hanya berbeda tipis.

Hey, apa kabar?

Bagaimana keadaanmu disana?

Apakah kamu telah terbiasa dengan keadaan yang sekarang ini, atau kamu mencoba untuk mengembalikkan keadaan seperti dulu?

Hey, bolehkan aku merindukanmu untuk hari ini saja?

Sudah lama kubiarkan gejolak rindu ini tertahan oleh ego, dan hari ini aku ingin melampiaskannya.

Kamu tahu, sesusah ini merindukanmu, sampai-sampai aku berpikir bahwa kamu tercipta hanya dalam imajinasiku saja.

Rasanya disetiap pertemuan kita hanyalah halusinasi. Seperti menatap melalui teleskop untuk mencari keberadaanmu di luar angkasa sana. Seperti yang kau bilang, luar angkasa sangatlah indah. Aku cemburu pada Neil Armstrong yang berhasil meluncur ke luar angkasa sana. Bisa melihat bintang dan juga planet-planet dari dekat. Aku juga ingin menatapmu dari jarak dekat seperti Neil Armstrong. Setidaknya, rasa rindu ini bisa terlampiaskan.

Kau tahu, dalam setiap kata yang kutulis, bahkan penaku sudah letih menulis segala hal tentangmu, segala hal tentang duniamu, dan segala hal tentang perasaanmu. Bukuku telah menjadi usang dan lapuk sebab menyimpannya terlalu lama. Aku bukannya tak mau membuangnya, hanya saja kisah diantara aku dan kamu tertulis rapi di dalam buku itu.

Tapi tetap saja....

Hatiku lelah...

Aku butuh istirahat...

Kata "gapapa" yang selalu kuucapkan, bahkan sudah tak mau lagi keluar dari mulutku.

Hatiku letih akan dirimu..

Dari banyaknya kisaran waktu, semuanya habis percuma karenamu...

Hey, apakah mulai sekarang aku boleh berhenti?

Dan jika aku berhenti sekarang, bisakah jangan kembali lagi?

Aku tak mau lagi, tekadku goyah hanya dengan menatapmu sekali saja.

Aku tak mau lagi...

Aku akan berhenti...

Selamat tinggal, Bara.

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang