BaRana ↪ #28 : Danger?

25 4 0
                                    

Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)

---

Suasana malam yang cukup hening. Baik Bara, Rendra, maupun Asvrel sama-sama terdiam. Ketiganya duduk diam dengan tenang sambil mengunyah makanan yang siap santap di depan mereka.

Bara melirik Asvrel. Lelaki paruh baya itu masih sama seperti yang ia lihat 2 tahun yang lalu. Perawakan tinggi dengan rahang tegas, masih saja bisa membuat wanita tergila-gila padanya. Itu semua menjadi semakin meyakinkan ketika Bara melihat sekretaris yang selalu menemani kemanapun Asvrel pergi sama seperti ini, sedang berdiri di belakang sambil memperhatikan bosnya yang sedang duduk tenang sambil mengunyah.

"pah." Gera membuka percakapan.

"katakan."

"bagaimana perusahaan akhir-akhir ini?"

"masih sama, tak ada yang berubah. Bahkan akhir-akhir ini banyak investor yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita. Dengan begitu, aku bisa membuka cabang baru lagi untuk membuat perusahaan semakin maju lagi." ucap Asvrel dengan tenang, membuat sekretaris di belakangnya senyum-senyum sendiri melihat betapa keren bosnya yang satu ini. Dan tanpa sekretaris itu tahu, Bara sejak tadi menatapnya dengan pandangan tidak suka.

"kabar baik. Kalau begitu, mungkin saja perusahaan kita bisa semakin melonjak naik kalau Bara yang menjadi direktur di salah satu cabang kita, pah."

Bara tersedak dari minumnya, membuat semua orang langsung menatap ke arahnya.

"kenapa Bi? Kau tak setuju?" tebak Gera.

Ya! "tidak! Aku setuju."

Sial! Umpat Bara dalam hati.

Asvrel tersenyum senang. Akhirnya setelah membiarkan anak laki-laki satunya ini merasakan kehidupan yang bebas, Asvrel merasa senang karena Bara sudah siap dengan dunia karir yang menunggunya.

"bagus nak! Kau memang selalu bisa membuat Keluarga Angkara bangga padamu, sama seperti kakakmu. Belajarlah darinya, Bintang! Jadikan kakakmu sebagai pedoman hidupmu." saran Asvrel sebelum ia meminum segelas anggur yang disajikan oleh Victoria—sekretaris Asvrel.

"tapi aku tidak mau."

"kenapa?" Asvrel mengernyit.

"aku tidak mau menjadi manusia yang tidak berperasaan sama sepertinya." tatapan tajam Bara ia suguhkan untuk Gera. Sampai yang ditatap hanya bisa balik menatapnya tanpa ekspresi.

"jangan menghinanya seperti itu Bintang, dia kakakmu. Dia juga penerus perusahaan ANGKARA'S SKYCROPH. Kau jangan bersikap berlebihan, karena nanti kalian akan saling mendukung untuk bisa memajukan perusahaan kita." ucap Asvrel.

"lalu kenapa kau diam, Rendra? Apa kau tak ingin membantah perkataan adikmu? Atau apa yang adikmu katakan itu benar?" kini tatapan mata Asvrel tertuju pada Gera yang sedang menatap intens pada Bara. Dilihat dari gerak tubuh Gera dan juga diamnya Gera, membuat Asvrel yakin kalau ada sesuatu yang salah.

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang