BaRana ↪ #23 : Sebagai Pluto Atau Sebagai Putri Aurora?

9 5 0
                                    

Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)

---

Bara berlarian di tengah-tengah pasar. Ia mencari sosok perempuan yang kini memenuhi ruang otaknya. Sudah sejak 15 menit ia berlari kesana-kemari mencari gadis itu. Bahkan ia sudah berlarian ke tempat penjual daging, rempah-rempah, sayur dan buah-buahan, bahkan sudah melewati toko yang menjual bahan pokok yang biasa dipakai sehari-hari. Ia bahkan sudah berlari ke tengah-tengah pasar. Sudah tak menghiraukan lagi teriakan-teriakan penjual yang mengobral bahan-bahan jualannya dengan harga yang murah. Sudah tak ia hiraukan makian kasar yang ia dapat ketika ia menyambar seorang laki-laki yang sedikit lebih tua darinya. Untung saja masalah langsung terselesaikan saat itu juga. Walau Bara tetap saja mendapat makian dari orang itu. Tapi kini, semua yang terjadi sudah tak ia hiraukan. Manik matanya berkelana mencari gadis yang ia cintai itu.

"nggak bisa kurang pak?" tanya Rana pada Pak penjual rempah-rempah.

"nggak bisa, neng. Udah murah ini mah. Cuma 35 rebu."

Rana pura-pura mengalah. "ya udah deh, pak. Maaf nggak jadi."

Rana menarik lengan Yoga. "ayo ke warung sebelah. Disana lebih murah." kata Rana sengaja ia kuatkan biar pak penjual mendengarnya.

"eh, mau kemana atuh neng? Beli disini aja. Saya kurangin deh 30 rebu." tawar si bapak penjual.

Yes! Rencana berhasil!

"25 ribu aja deh pak. 30 mah masih kemahalan."

Si bapak tampak berpikir. Tapi ia memikirkan hal itu tak lama. Hanya semenit saja. Ia mengangguk setuju. Toh daripada pelanggannya pada nggak mau beli yakan?

Akhirnya transaksi jual beli itu sudah selesai untuk hari ini. Sudah banyak bahan makanan yang Rana beli dengan harga yang ia tawarkan pada penjual-penjual tersebut. Yoga sampai tak bisa menahan tawanya setelah mereka keluar dari pasar. Ia sampai kesulitan menghentikan tawanya karena memang Rana terlihat lucu baginya. Dan hari ini, Yoga melihat sisi baru dari Rana.

TUKANG TAWAR MENAWAR!

"Rana, sumpah! Ini lucu! Ak-aku...nggak bisa berhenti...ketawa sumpah!" ucap Yoga terpotong-potong sambil mengatur nafasnya yang kewalahan karena tertawa kayak kesetanan.

Rana juga ikut tertawa. Ia merasa bangga karena dirinya begitu berani melakukan hal itu. Ia sampai bingung dengan dirinya sendiri.

"aku sendiri nggak tahu kalau ternyata aku pandai beginian. Kalau tahu gitu mah, udah dari dulu aku nemenin bapak ke pasar." Rana tersenyum penuh arti saat menyebut bapaknya.

Yoga tahu Rana sedih. Terlihat dari raut wajah Rana yang kembali serius. Tapi Yoga tak mau senyum yang tadi hilang. Setidaknya. Walau hanya hari ini. Yoga ingin membuat Rana tersenyum sepuas-puasnya.

"jangan sedih gitu. Aku lebih suka liat Rana senyum kayak tadi."

"aku juga pengennya gitu. Tapi aku jadi keinget bapak, Ga. Aku kurang perhatian sama dia. Padahal aku sendiri tahu, mama udah nggak ada. Jadi harusnya aku yang nemenin bapak. Kasih perhatian ke bapak. Bukannya malah selalu bikin ulah di sekolah." ujar Rana ketika pikirannya teringat kembali cerita 9 tahun silam.

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang