BaRana ↪ #33 : Membangun Rencana

8 4 0
                                    

Duduk di dalam Trem saat malam hari seperti menjadi pilihan yang buruk. Jika seandainya tahu kalau akan berdesakkan dengan banyak orang, mungkin Serena sudah menaiki mobilnya sendiri. Tapi karena gaya hidup Serena terlalu sederhana, gadis itu selalu saja mengabaikan barang mewah pemberian ayahnya yang seorang direktur perusahaan besar sama seperti Asvrel.

Oh ya, malam ini ia akan pergi ke rumah sakit. Ingin menjenguk temannya yang 2 hari yang lalu kecelakaan. Untung saja keadaan temannya tak cukup parah. Bahkan benturan di kepala saat ia menghantam sebuah pohon besar, tak memiliki efek yang cukup berat. Hanya saja, ada sepenggal ingatan yang ia lupakan.

Setelah menempuh sekitar 25 menitan, akhirnya ia berhenti di persimpangan jalan.

Di jalanan cukup ramai. Apalagi di jam 7 malam seperti ini seperti waktu yang tepat untuk jalan-jalan bagi kaum muda. Bahkan saat Serena sibuk menapaki jalan ke arah rumah sakit, ada banyak sekali kaum-kaum muda yang di dapati berada dalam sebuah klub malam. Tapi sudahlah, pemandangan seperti ini sudah biasa baginya.

Serena menggosok kedua telapak tangannya, ingin merasakan kehangatan tersebut sambil menempelkannya pada dua pipinya yang hangat.

Cuaca sangat dingin, kalau seandainya Rendra membawakan sebuah jaket tebal untukku, pasti itu akan sangat romantis. Batin Serena dengan hati yang menggebu-gebu.

Drrt! Drrt!

Disaat yang seperti ini, ingin rasanya bahwa yang menelpon padanya adalah Gera. Tapi harapan itu tak akan pernah menjadi nyata. Gera tak pernah menghubunginya. Bahkan yang menghubunginya justru adik Gera, Bara.

"ya Bi?"

"kak, dimana kak Rendra?"

"Rendra? Katanya mau keluar, dia gak bakalan pulang juga katanya. Aku nggak tahu dia kemana. Memangnya kenapa, Bi?"

"shit! Kapan dia keluar kak?"

"tadi sore. Emang kenapa?" tanyanya sambil celingukan karena sedang menyebrang jalan.

"bisa kakak bantu aku? Tolong cari kak Rendra ya?"

"tapi aku nggak tahu dia dimana, Bi. Memangnya ada apa sih? Ada hal yang penting ya?"

"kak Rendra udah culik teman-teman aku! Dan aku harap kakak bisa bantu aku cari dia."

Seperti ada batu besar menghantam di dada, Serena merasa hatinya sangat sakit untuk mendengar kembali kejadian yang pernah di lakukan oleh Gera beberapa tahun yang lalu.

Serena selalu berpikir, kalau dirinya bisa merubah Gera menjadi anak yang baik seperti semasa mereka kecil dulu. Tapi perubahan yang melambung tinggi ini, sudah tak bisa Serena terima lagi. Ia perlu bertindak.

"kamu tunggu aja, aku bakal suruh bawahanku untuk mencari Rendra. Kalau kamu juga sudah mendapat infonya kasih tahu aku ya?"

"baik kak."

Serena berlari kembali menaiki Trem yang kebetulan lewat. Ia ingin kembali lagi ke rumah. Membicarakan ini dengan Felisya dan meminta bantuan dari Asvrel. Tapi sebelum ia melakukan itu, ia harus menelpon papanya dulu. Memberi kabar kalau anaknya mungkin akan terlibat dalam masalah.

Kau pernah bilang kalau hal ini tak akan pernah terjadi lagi, Ren. Ternyata semua itu hanya kebohonganmu saja.

---

"aku sudah membawa Kirana. Dimana baiknya kita bertemu?" tanya Victoria pada sambungan telepon sambil memberi isyarat dengan mengedipkan mata pada bodyguard-nya, untuk menahan kedua lengan Rana biar nanti gadis itu tidak melarikan diri.

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang