BaRana ↪ 2 #Bintang Yang Hilang

110 21 6
                                    

Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)

---

Seorang lelaki duduk termangu menatap anak-anak kecil yang tengah asik bermain di taman. Ketika melihat anak-anak kecil itu, rasanya dia ingin sekali merasakan betapa bahagianya dia saat tersenyum riang sama seperti mereka. Lelaki itu ingin sekali merasakan kembali perasaan itu, tapi semenjak kecelakaan beberapa tahun yang lalu, memori masa lalunya hilang tanpa tersisa.

"Bintang, kamu dari tadi disini? Aku nyariin kamu loh dari tadi." ujar seorang lelaki yang berumur 4 tahun lebih tua dari Bintang, sebelum akhirnya dia memilih untuk duduk di sebelah Bintang. "Gimana rasanya Bi? Udah mulai terbiasa dengan hal-hal yang asing buat kamu?" tanya Rendra mencoba memecahkan suasana yang canggung itu.

"sedikit."

Rendra tersenyum. Rasanya Bintang tak sepenuhnya berubah. Sikapnya yang irit bicara masih saja tak lepas darinya.

"kak Ren, please bantu aku."

Rendra menautkan alisnya. " bantu apa?"

"bantu aku ngingat masa lalu."

Rendra menghela nafas panjang. Haruskah dia melakukannya? "tapi buat apa Bi?"

"rasanya masih ada satu hal yang belum terselesaikan. Aku ngerasa agak khawatir dengan sesuatu yang aku sendiri aja gak tahu itu apa." Bintang berterus terang. Semenjak dia sadar dari koma, wajah yang pertama kali dilihat adalah seorang gadis. Tapi siapa? "kak masih inget dengan perempuan yang sewaktu aku siuman dari koma, dia datang ngejenguk aku. Kak inget dia siapa?"

"perempuan yang jenguk kamu kan ada banyak Bi. Ada Kesia, Nathala, Serena, terus siapa lagi ya yang temenan sama kamu?"

"kak! Bukan itu maksud aku. Perempuan yang pernah jenguk aku saat pertama kali aku sadar dari koma. Kakak pasti tahu kan siapa dia?"

Rendra mengacak rambutnya dengan kasar. Rendra sebenarnya tahu siapa dia tapi Rendra tak mau mengucapkan sepatah kata apapun perihal gadis itu. Rendra tak mau kejadian yang sama terulang lagi. "Bi, kayaknya kamu butuh istirahat deh. Kita balik aja yuk."

"alihkan pembicaraan ya? Berarti dia orang yang penting dalam hidup aku kan?"

"Bi!"

"kak, aku cuma mau ngetes kakak soal dia. Dan ternyata reaksi kakak lebih dari cukup. Makasih udah kasih aku petunjuk kak." Bintang memilih pergi dari tempat itu. Jika mereka tak mau membantu, toh Bintang bisa cari tahu sendiri kebenarannya.

---

"Raaaan! Raanaaa! Udah bangun belooom?" Teriak Yoga sambil mengetuk pintu apartemen Rana dengan ritme cepat.

Rana berlari ke arah pintu dengan sikat gigi masih ada di mulutnya. Rana membuka pintu dengan cepat, dan berdiri mematung di depan pintu. "ngapain kesini?"

"mau bertamu, boleh kan?" tanya Yoga sambil menunjukkan senyum tengilnya.

Pagi-pagi buta datang ke rumah tetangga buat bertamu? Shit! Ini masih terlalu pagi. "gak boleh." Rana ingin menutup pintu dengan cepat sebelum akhirnya Yoga menahan pintu itu dengan kakinya.

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang