BaRana ↪ #35 : Asvrel-Irisla (Part 1)

12 4 0
                                    

Back to 30th years ago!
(Part 1)

“aku sudah mendapat pekerjaan, bu. Besok pagi aku perlu berangkat kerja.” kata Irisla sambil menjawab pertanyaan ibunya dari sambungan telepon rumah.

“apa benar seperti itu? Ibu hanya takut kalau kau membohongi ibu dengan beralasan seperti itu karena kau ingin hidup mandiri. Kau sendiri tahu, dunia luar terlalu berbahaya untukmu, sayang.”

Astaga, Irisla bingung harus beralasan apa lagi untuk dikatakan pada ibunya. Ibunya seolah tahu kalau semua yang ia katakan hanya untuk meyakinkan hati ibunya sesaat saja. Wanita paruh baya itu seakan tahu kalau anaknya sendiri masih menempati rumah sahabatnya. Gadis mungil kesayangannya belum benar-benar mendapatkan apartemen sama seperti yang ia ucapkan beberapa hari yang lalu untuk menenangkan ibunya.

“tapi aku sungguh-sungguh sudah mendapat pekerjaan ibu. Kalau ibu tak percaya ibu pergi saja ke perusahaan ANGKARA'S SKYCROPH. Aku mulai bekerja di sana sekarang.”

Irisla mengutuk dirinya sendiri karena dengan beraninya mengatakan kebohongan seperti itu pada ibunya. Selama bertahun-tahun mengetahui sifat ibunya, tentu Irisla yakin kalau ibunya bisa nekat mendatangi perusahaan itu untuk mencari kebenarannya.

“baiklah, ibu akan datang ke sana. Tapi janji, kalau kamu benar-benar tidak bekerja disana, ibu akan menyeretmu pulang ke rumah.”

“y-ya, aku janji.”

Tut.

Ah leganya. Hampir setengah jam adu debat dengan ibunya hanya karena dia baru beberapa hari yang lalu meninggalkan rumah, kini ibunya ingin memaksanya untuk pulang.

Jika hanya akan terjadi seperti ini, mungkin Irisla memilih untuk tinggal di rumah saja.

“mungkin lebih baik aku tidur. Besok pagi aku perlu pergi ke perusahaan itu. Semoga saja orang-orang disana bisa membantuku untuk meyakinkan ibu."

Irisla beranjak dari sofa dan mematikan lampu di ruang tamu sebelum ia masuk ke dalam kamarnya.

---

Irisla sibuk merapikan jas putihnya. Bertampilan seadanya sambil memakai dandan yang tak terlalu mencolok. Rambut dibiarkan tergerai dengan jepitan rambut kecil di atas telinga kirinya. Jam tangan yang baru dibeli kemarin ia kenakan di tangan kirinya sebagai pelengkap untuk sandiwaranya kali ini. Bahkan high heels berwarna hitam membuatnya semakin terlihat seperti pegawai kantoran.

Dan yah, semua ini demi mengelabui ibunya.

Maaf ya, bu.

Kriing! Kriing!

“Halo?” sapa Irisla sambil mengenakan lipstik berwarna peach, dengan gagang telepon ditempelkan di telinga kirinya.

“hei cantik, sudah bangun?”

“tentu saja. Kalau belum bangun sekarang aku yakin ibu akan langsung menyeretku pulang ke rumah.”

“ya ampun, kasihan sekali sahabatku yang cantik ini.”

“apa kau menelponku hanya untuk mengejekku? Sudahlah aku matikan saja, aku juga harus cepat-cepat pergi ke perusahaan itu. Jika ibu lebih dulu sampai disana, mungkin akan segera selesai sandiwara ini.”

Terdengar tawa kecil dari seberang sana. Rasanya ingin ia lempar gagang telepon itu jauh-jauh supaya tidak lagi mendengar tawa ejekan yang makin lama makin terdengar nyaring.

“astaga, La. Jika aku jadi kau, mungkin aku sudah menyerah dari awal. Lagipula kau keluar dari rumah bukan karena ingin mandiri, tapi karena ingin lari dari rencana perjodohan ibumu kan? Ya ampun sayang, orang yang ibumu jodohkan itu adalah orang baik-baik. Kau mengenalnya. Begitu juga denganku. Lantas apa yang membuatmu menghindar dari perjodohan itu?”

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang