"hai, nama gue Kirana Audya Rayana Afarah. Karena lo orang pertama yang minjamin gue buku atlas, lo bisa manggil gue Rana."
"enak banget ya jadi Neil Armstrong. Bisa lihat luar angkasa sepuasnya. Sama kayak ngeliat lo, Bintang."
"hey! Kalo mau maen ke perpus, perbiasakan ngajak orang lain juga. Sekali-kali dapet pahala karena ngajak orang buat berjalan di jalan kebaikan. Bener gak?"
"kantin itu milik gue. Milik sekolah gue maksudnya."
"oh ya, nih buku atlasnya. Makasih udah pinjamim padahal gue sendiri udah punya."
"kalau lulus nanti, gue yakin kita pasti bakal ketemu. Karena Bintang gak bisa jauh dari Bulan. Sekalipun nanti berjauhan, gue ke dukun aja deh, nyantet lo supaya lo mau satu kampus bareng gue."
"yeeey! Akhirnya lulus juga. Semoga deh, kita bakalan satu kampus."
"ciiieee...yang katanya gak mau sekampus bareng gue akhirnya barengan juga. Kapok, akhirnya lo ngerasain yang namanya karma."
"karena udah gede, udah mulai dewasa. Penggunaan bahasanya perlu di jaga dikit. Sekarang nggak usah pake gue-lo lagi, pake aku-kamu aja biar akrab."
"mau kok...eh? Nggak! Maksudnya gak mau. Tiba-tiba ngajak pacaran. Orang kita juga belum lama kenal."
"mulai besok panggil Bara aja ya? Kalo Bintang kepanjangan!"
"kalo Rana hadir cuma sebagai tameng buat Bara, mending Rana pergi deh. Daripada hati Rana sakit karena orang yang Rana suka malah gak bisa balas perasaan Rana."
"ih jangan di ambil topinya, Rana kepanasan tau!"
"berhenti lari pagi mulai sekarang. Biar nanti ibu-ibu komplek sebelah pada bubar karena gak liat Bara lagi."
"jangan curi cinta pertama Rana, karena itu cuma buat orang yang baik aja."
"hari ini, Bintang milik Bara sudah berevolusi jadi Katai Putih. Kalau Bara jadi Katai Putih, yang nemenin Rana nanti siapa?"
"jangan tatap Nebula terlalu dalam, tatap Rana aja. Well, Nebula memang indah, enak dipandang. Tapi Rana jauh lebih enak dipandang, kan pacar sendiri."
"mungkin nanti, sandiwara ini akan berakhir Bara. Kita nggak bisa terus-terusan ada di posisi ini. Memang disini kamu yang menguntungkan, tapi Rana nggak. Rana malah rugi. Rugi rasanya sia-siain perasaan yang cuma bertepuk sebelah tangan ini."
"terlalu banyak Bintang yang hadir hari ini. Mungkin karena mereka tahu, hari ini salah satu anggota mereka melamar perempuan yang ia cintai."
"jika melihat aku cuma bikin kamu sakit. Mungkin aku akan berhenti. Berhenti mendesakmu dan memaksa untuk mengingatku lagi. Sungguh, aku tak mau menyiksamu lebih dalam lagi. Untuk saat ini, biar aku yang tersiksa. Dan bila kamu sudah ingat semuanya, maka kamu sendiri juga perlu merasakan siksaan itu, Bara."
"jadi, selamat tinggal ya Bar?"
⬇⬇⬇
"Hah?" Bara terbangun. Peluh benar-benar membasahi sekujur tubuhnya. Bahkan tangannya gemetar tanpa sebab.
Semua deretan kejadian di dalam mimpi, akhirnya membuat Bara mengingat kembali. Kepingan-kepingan memori kini makin terhubung. Sekarang, Bara tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Cklek!
"Bara?" Kesia mengintip dari balik pintu. Ingin memastikan bagaimana keadaan Bara, tapi ternyata lelaki itu sudah bangun. Syukurlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BaRana
Novela JuvenilSetelah bersusah payah menahan perih saat menjelajahi masa lalu, kini Rana mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai penyembuh luka. Mencoba melupakan keisengannya bermain bersama sang Bintang di bebatuan asteroid, mencoba melupaka...