BaRana ↪ #30 : Titik Awal

13 4 0
                                    

Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)

---

"kemana Ran?" tanya Raja saat ia tengah duduk manis sambil menonton tv di ruang tamu, namun saat matanya melihat Rana turun dari tangga memakai sweeter merah yang di dalamnya dilapisi baju putih dan juga celana pendek diatas lutut berwarna hitam menarik perhatiannya.

"ada acara pensi di sekolah kita dulu. Abang mau ikut?"

Raja tampak berpikir. Tapi tak lama juga ia memikirkan hal itu. "nggak deh, hari ini gue ada pertemuan dengan klien yang mau mendesain rumahnya. Dan pertemuannya nggak bisa di batalin. Soalnya klien gue yang satu ini orang kaya banget kata mereka. Bahkan bos gue mau gue mesti hadir disana. Katanya jarang dapet klien seperti mereka." kata Raja.

"ternyata gini-gini banget ya jadi anak arsi, desain inilah! Desain itulah! Semua di desain gitu aja. Padahal kemampuan menggambar gue nggak sehebat Bara." lanjut Raja dengan raut wajah yang berubah kesal saat menyebut laki-laki yang selalu bisa mengalahkannya dalam bidang apapun.

Rana tertawa geli sambil duduk di samping Raja. Menonton kartun upin dan ipin yang selalu saja diputar berulang-ulang bahkan Rana sendiri saja sampai bosan menontonnya. "salah sendiri dong! Udah dibilang masuk jurusan Akuntansi, maunya masuk Arsitektur. Alasannya biar banyak menggambar ketimbang belajarnya. Jiah, akhirnya nyesel kan?"

"nggak juga." Raja tersenyum penuh arti. "malahan gue seneng masuk situ. Biar setiap hari bisa ngeliat Serena duduk di meja paling depan supaya cepat pintar, katanya."

"cieee...yang masih aja kebayang masa lalu?" ledek Rana sambil mencubit pipi Raja dengan gemas.

"emang situ nggak?"

Rana mengerucutkan bibirnya. "iya iya, gak perlu diingetin juga Rana udah tahu."

Raja tersenyum geli. "kayaknya masalah lo kali ini udah selesai ya Ran?"

Rana mengernyit. "maksudnya?"

"urusan lo sama Bara udah selesai. Selain nggak ada lagi perasaan bersalah di masa lalu, sekarang lo udah punya perasaan pada seseorang yang baru. Bahkan bukan cuma itu, sekarang ini lo udah berubah sama seperti dulu. Sudah bukan pemurung lagi. Sudah bukan cengeng lagi." ujar Raja.

"mungkin, tapi tetep aja aku masih takut pada kak Gera." ah Raja bahkan hampir melupakan nama itu kalau tidak Rana sebut namanya. "beberapa hari yang lalu, dia ngancam Rana. Katanya bagaimanapun caranya, buat Bara behenti untuk mengingat masa lalu. Kak Gera tahu kalau Bara pura-pura bohong padanya dengan bilang kalau dia tidak hilang ingatan. Padahal dokumen medis sudah menyatakan kalau Bara benar-benar hilang ingatan, jadi dia tahu kalau Bara mengatakan itu padanya biar nanti Bara bisa leluasa mengingat masa lalunya tanpa dicegah kak Gera. Dan karena itu, kak Gera mau aku menyuruh Bara untuk berhenti berhubungan dengan masa lalu, dengan jaminan tidak akan menyakiti Rana, abang, Sheil, Chris, sama Nessa."

"tapi kan urusan Bara sama lo udah selesai, apa masih ada yang lo takuti?"

"bukan gitu bang. Emang sih hubungan aku sama Bara udah selesai. Tapi masalahnya bukan cuma di Rana aja. Tapi di yang lain juga."

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang