Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)
---
Bintang pergi lagi ke kampus tempat dia kuliah dulu. Entah kenapa, perasaan asing menyelimuti pikirannya sekali lagi. Sekarang, apa yang harus Bintang lakukan? Kemana harusnya Bintang mengarah? Haruskah Bintang kembali bertanya lagi pada Gilang? Tapi jawaban Gilang selalu sama, hanya bilang hubungannya dengan Rana, tapi tak pernah diceritakan mengapa hubungan itu bisa terjadi. Kenapa sesulit itu mengenalmu Rana?
Seorang gadis baru saja berjalan keluar kampus setelah selesai menyelesaikan urusannya di BEM. Tapi saat mata gadis itu menatap sosok yang tak asing lagi baginya, dengan cepat gadis itu menghampiri lelaki itu.
"Bara? Kamu ngapain kesini? Tumben banget."
Bintang menoleh ke arah sekitar. Yang dimaksud gadis itu...adalah dirinya? Bintang menunjuk ke dirinya sendiri, mencoba meyakinkan bahwa yang dimaksud gadis itu adalah dirinya. "maksud kamu saya?"
Gadis itu mengangguk.
"kamu siapa?"
Raut wajah gadis itu sangat datar. Yah, dia lupa apa yang terjadi pada Bintang. "Kesia Gloria Putri, sahabat Rana. Apa kamu mau juga aku nyebut siapa Rana?"
Bintang membulatkan matanya. Ternyata nama Rana lagi yang disebut. "kamu kenal Rana?"
Kesia mengangguk. "panggil aja aku Sia. Dari dulu kamu termasuk Rana manggil aku kayak gitu."
"Sia, kamu pasti tahu kan apa yang terjadi sama aku?"
"hilang ingatan, bener kan?"
Bintang tersenyum senang. "apa kamu mau ceritakan tentang apa yang terjadi dulu antara aku dan Rana?"
Kesia terdiam sesaat. Untuk apalagi kembali ke masa lalu, Bara? "kasih tahu aku apa alasan kamu mau ngingat tentang Rana lagi, Bara?"
"entah kenapa, aku seperti merasa kalau ada sesuatu yang belum terselesaikan antara aku dan dia, jadi aku mau cari tahu apa yang terjadi antara aku sama dia. Dan juga Bara itu....siapa?" panggilan yang tak biasa oleh Bintang. Tadi juga saat Kesia menyapanya, dia menyebut nama Bara. Tapi...siapa Bara?
"Bintang Adrian Revano Angkara. Disingkat jadi Bara. Kamu tahu siapa yang buat nama panggilan kamu jadi Bara?"
"Rana?"
Kesia mengangguk. "Kalau kamu mau ngingat tentang masa lalu kamu dengan Rana, mungkin kamu perlu ke dua tempat yang penting."
"dua tempat yang penting? Dimana itu?"
" Gunung Tangkuban Parahu dan juga rumah pohon yang ada di rumah Rana. Kamu tahu rumah Rana?"
Bintang mengangguk. Kalau tentang letak rumah Rana, sudah pasti Bintang tahu. Karena Gilang yang mengatakannya sewaktu dia bertanya tentang Rana.
"tapi aku juga mau ikut."
Bintang menautkan alisnya. "ikut? Kenapa?"
"ada beberapa tempat yang mungkin kamu nggak tahu, biar aku aja yang nemenin kamu."
Benar juga apa yang dikatakan Kesia. Mungkin itu keputusan yang tepat untuk saat ini. Bintang pun setuju dengan permintaan Kesia. Walaupun, agak risih juga harus membawa orang asing.

KAMU SEDANG MEMBACA
BaRana
Teen FictionSetelah bersusah payah menahan perih saat menjelajahi masa lalu, kini Rana mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai penyembuh luka. Mencoba melupakan keisengannya bermain bersama sang Bintang di bebatuan asteroid, mencoba melupaka...