"PAAPAAAA!!!" Ashley berlari menghambur pelukan pada ayahnya begitu ia sampai di Paris.
Setelah menyelesaikan studynya di Univercity California di Los Angeles. Putri tertua di keluarga Angkara ini akhirnya bisa menginjakkan kaki di kota kelahirannya di Paris.
Setelah bertahun-tahun lamanya menjauh dari keluarga, akhirnya Ashley bisa mengingat kembali bagaimana sosok ayah yang wajahnya saja hampir ia lupakan.
Apalagi tubuh tegap Asvrel yang memunggunginya terlihat gagah sampai ia merasa yakin kalau hal ini yang bisa membuat ibunya luluh pada sosok ayahnya.
Ashley menyudahi acara peluk-pelukan pada ayahnya dari belakang dan memilih untuk menatap bagaimana raut wajah Asverl saat ini. Gadis itu sangat yakin, kalau ayahnya pasti akan tersenyum bahagia begitu melihat anak perempuannya sudah tumbuh besar dan tak lagi sama seperti bocah cilik yang suka sekali menghamburkan mainan boneka dan masak-masakan ke setiap sudut ruangan yang ada di rumah mereka.
Ashley memutar tubuh Asvrel. Dengan harapan kalau ia bisa melihat kembali senyum teduh ayahnya. Tapi ternyata, semua itu tak akan terjadi. Asvrel berdiri tegang dengan muka pucat pasi.
"pa? Papa kenapa?" Ashley panik. Sedikit mengguncangkan bahu Asvrel biar lelaki paruh baya itu bisa menghentikan lamunannya.
"maaf menyela nona." kata James yang juga salah satu tangan kanan Asvrel dalam hal pekerjaan. "sepertinya pak Asvrel sedikit shock saat menerima telepon dari nona Victoria."
"Victoria? Bukannya dia sekretaris papa ya? Memangnya apa yang dia bilang?"
"tentang Rendra..." lirih Asvrel dengan mata memandang lurus tak berani menatap Ashley yang sedang ada di hadapannya.
"Rendra? Kenapa lagi dia? Apa dia buat sesuatu yang buruk?"
"ya. Victoria tadi menelpon, dia bilang kalau Rendra menyuruhnya menculik teman-temannya. Bintang juga menelpon dengan kalimat yang sama. Begitu juga dengan Serena." Asvrel menyandarkan kepalanya di bahu Ashley. Merasa sangat nyaman untuk menenangkan pikirannya yang terasa kalut.
"lagi? Apa dia nggak bosan-bosan melakukan semua itu? Sebenarnya apa sih yang dia mau?"
"Kirana.." sahut Serena sambil mengatur napasnya kembali sebab habis lari-larian di bandara yang sangat luas demi mencari dua orang yang kini telah berdiri di hadapannya.
Ashley menatap sekilas pada Asvrel yang juga tengah menatapnya, kemudian beralih menatap Serena. "Kirana? Siapa dia, Ren?"
"kakak masih ingat pacar Bintang yang dulu kan?"
"hah? Bintang pernah pacaran?" tanya Ashley dengan sedikit melongo.
"pernah, Ash. Makanya ingat pulang biar tahu apa aja yang terjadi." timpal Asvrel sambil memperhatikan Ashley yang memandang tak percaya ke arahnya.
"apa om pernah ketemu Rana?" tanya Serena sekali lagi.
"belum. Memangnya ada apa?"
Serena menunjukkan selembar foto Rana yang tersenyum sambil memeluk beberapa tangkai bunga mawar di kebun bunga yang nampak cukup luas, pada Asvrel dan juga Ashley.
Setelah foto itu sampai pada Asvrel dan Ashley, Serena kembali bercerita. "namanya Kirana Audya Rayana Afarah. Dia anak tante Irisla. Om masih ingatkan tentang kejadian yang ngebuat tante Irisla keluar dari rumah? Tante Irisla pergi sambil mengandung seorang anak. Dan anak itu Kirana. Itu bisa dipastikan kalau om lihat dari bentuk wajah Kirana yang sama persis seperti tante Irisla."
Sangat mirip.
Asvrel menggeleng tak percaya. Kenyataan pahit yang hampir ia lupakan selama bertahun-tahun lamanya akhirnya terkuak kembali. Hal yang tak pernah ingin ia cari tahu, kini menjadi bumerang bagi keluarganya yang sudah ia jaga selama perginya Irisla dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BaRana
Fiksi RemajaSetelah bersusah payah menahan perih saat menjelajahi masa lalu, kini Rana mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai penyembuh luka. Mencoba melupakan keisengannya bermain bersama sang Bintang di bebatuan asteroid, mencoba melupaka...