Back to 30th years ago!
(Part 3)Lagi.
Irisla menunggu ibunya di depan pintu masuk. Untuk hari ini, ia merasa sedikit bingung karena banyak karyawan disana membungkuk hormat padanya, bahkan ada yang menyapanya dengan mengucapkan 'selamat pagi'.
Sebenarnya Irisla sudah menduga kalau hal ini akan terjadi. Karena tak mungkin bagi seluruh karyawan disitu untuk melupakan kejadian kemarin, saat dimana Asvrel menggendongnya di hadapan banyak orang. Tentu saja ia merasa malu. Dan Irisla yakin, kalau seluruh karyawan disana berpikir kalau Irisla berdiri di depan pintu masuk sambil menunggu Asvrel datang. Padahal dari awal, bukan itu maksudnya.
“selamat pagi, bu.” sapa salah satu karyawan disana, yang hanya dibalas anggukkan dengan senyum tipis di bibir.
Aaagh! Irisla lelah harus pura-pura senyum pada mereka yang menyapanya terus-menerus. Bahkan jika ia ingat kembali, gadis yang tadi menyapanya adalah gadis yang sama yang juga menyapanya saat gadis itu pertama kali masuk ke kantor. Semua itu bisa ia kenali dengan mudah karena gadis itu terlihat cantik dengan rambut pirang dan bermata dark brown.
“sejak kemarin aku lihat kau berdiri terus menerus di depan pintu masuk. Apa kau menunggu seseorang?” tanya gadis itu dengan ramah.
Irisla tak kunjung menjawab. Bibirnya terasa kelu saat membayangkan bagaimana raut wajah gadis dihadapannya ini berubah ketus bila nanti gadis itu tahu apa yang menjadi alasan mengapa dia berdiri disini, di tempat ini. Astaga, membayangkannya saja sudah bisa membuat Irisla yakin kalau ia akan benar-benar malu.
Tak mendapat respon dari Irisla, membuat gadis itu mengernyit bingung. Dia merasa seperti, ada kalimat yang salah yang keluar dari mulutnya. Tapi apa? Apakah mungkin, karena dia bertindak tidak sopan?
“anu...maaf, kau pasti berpikir kalau aku kurang sopan terhadapmu. Sebelumnya juga aku bahkan belum memperkenalkan diri, tapi langsung bertanya padamu seperti itu. Maaf karena sudah bersikap tidak sopan, nona.” gadis itu membungkuk, tapi hanya sekitar 25 cm saja. Setelah itu dia kembali berdiri tegak, seolah kepercayaan dirinya bangkit kembali.
“ah, tidak! Bukan seperti itu.”
“tidak apa-apa, aku paham.” gadis itu mengulurkan tangan kanannya. “maaf aku terlambat memperkenalkan diri, namaku Victoria Gladys Christine. Aku berumur 12 tahun. Saat ini aku sedang magang di perusahaan ini. Jika tidak keberatan, boleh ku tahu namamu?”
Irisla terkejut, tapi dia masih membalas dengan menerima uluran tangan dari Victoria. Irisla sebenarnya terkejut bukan main saat gadis itu berkata usianya 12 tahun. Tapi yah, itu sudah pasti karena tubuh gadis itu masih seperti anak smp pada umumnya. “ah tidak apa-apa kok. Namaku Irisla Amelie Isabell. Kau boleh memanggilku Iris.”
“ya, memang seperti itu harusnya.”
“eh?”
“oh ya, kemarin, aku mendengar kalau kau digendong bos sampai ke ruangannya. Apakah benar?” Victoria seperti sedang menyembunyikan sesuatu dibalik ucapannya tadi. Irisla dapat merasakannya hanya dari bagaimana cara dia menatap Irisla.
“ya, benar. Memangnya kenapa? Bukankah kalian juga sering melihat bos kalian dengan banyak wanita? Harusnya itu bukan pemandangan yang pertama untuk kalian, bukan?”
Victoria tersenyum remeh. Irisla sampai bergidik ngeri karenanya. “sudah 2 bulan aku magang disini, karena keluargaku mempunyai hutang besar pada pak Angkara sampai akhirnya keluaga kami, sampai keturunan kami, harus setia mengabdikan diri dengan menjadi orang kepercayaan bagi pak Angkara. Aku tahu, kau pasti terkejut saat mendengar umurku 12 tahun. Apalagi di usia ini aku seharusnya duduk di bangku sekolah sambil bersenda gurau bersama gadis-gadis seusiaku. Tapi karena hutang budi pada pak Angkara, aku harus menjadi sekretaris pak Angkara dan menjadi orang kepercayaannya. Dan itulah yang akan terjadi sampai pada keturunan kami.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BaRana
Teen FictionSetelah bersusah payah menahan perih saat menjelajahi masa lalu, kini Rana mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai penyembuh luka. Mencoba melupakan keisengannya bermain bersama sang Bintang di bebatuan asteroid, mencoba melupaka...