BaRana ↪ #18 : Believe And Protec Her

12 5 0
                                    

Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)

---

Rana berjalan menyusuri toko-toko buku saat baru selesai kembali dari lari paginya. Kali ini dia hanya pergi sendiri. Karena sewaktu mengajak Raja untuk lari pagi bersama, Raja menolak dengan alasan masih mengantuk. Sedangkan Yoga? Rana tak berani membangunkan Yoga. Rana tahu Yoga pasti masih lelah dengan perjalanannya dari Paris ke Jakarta. Karena itu, Rana tak berani membangunkan lelaki itu. Biarkan Yoga beristirahat dulu.

Berjalan di rak-rak yang dipenuhi buku-buku Atlas, membuat Rana teringat kembali buku Atlas yang pernah Bara berikan padanya.

"kamu masih saja suka astronomi ya?" tanya Bara sambil menyandarkan tubuhnya di rak buku.

Rana tersenyum sinis. "tahu darimana?" tanyanya sambil mengambil salah satu buku Atlas karya Mahyuzar yang sejak dulu sampai sekarang masih saja menarik perhatiannya.

"ya...tau aja. Mereka selalu ngomong kayak gitu tentang kamu ataupun aku. Katanya kita berdua sama-sama suka astronomi. Dan walaupun aku hilang ingatan, aku masih bisa ngerasain kok kecintaanku terhadap astronomi."

"tapi tetap saja, Bar." Rana membalikkan badannya sambil menatap lekat-lekat lelaki tegap itu yang hanya berjarak 3 langkah kaki saja. "kamu tahu kecintaanmu terhadap astronomi itu karena ucapan dari orang lain, bukan dari pikiran atau perasaan kamu sendiri."

"kenapa kamu berpikir seolah aku adalah orang yang berbeda? Aku masih sama, hanya ingatanku saja yang hilang. Jadi aku mohon, jangan pernah berpikir bahwa aku adalah orang jahat yang udah ninggalin kamu. Semua hanya karena ingatan yang hilang, selebihnya kita bisa membuat kenangan baru lagi. Benar kan?"

"berhenti, Bar. Jika kamu hilang ingatan, maka tak usah mengingat masa lalu diantara kita. Itu hanya akan membuat orang lain sengsara pada akhirnya. Cukup berhenti sampai disini saja. Aku tak mau lagi ada seseorang yang terluka karena kamu."

"maksud kamu apa? Apa yang udah aku perbuat, Rana?"

"Bar, please, jangan buat aku bimbang sekali lagi. Tak ada yang perlu kita bicarakan. Anggaplah pertemuan kita tak pernah ada." Rana kembali meletakkan buku atlas itu ketempat ia mengambilnya tadi. Sebenarnya Rana ingin berlama-lama di tempat itu. Menjelajahi buku-buku atlas dari karya orang yang berbeda-beda. Ingin melihat teori yang dibuat orang-orang perihal astronomi. Tapi kehadiran Bara mengacaukan niatnya. Rana tak mau berada di dekat lelaki satu itu. Lebih tepatnya tak mau lagi goyah hanya karena sebuah keadaan dimana mereka harus saling bertemu.

"kenapa, Rana? Kenapa bisa sesulit ini merindukanmu?" Bara meraih Rana dalam dekapannya. Membuat gadis itu tersontak kaget dengan sikap tiba-tibanya.

"Ba-Bara! Lepasin!" Rana meronta. Mencoba melepas diri dari dekapan erat Bara. Walau ada kehangatan disana, tapi tetap saja Rana tak mau berada di dekat Bara lagi. Tak mau tekadnya hancur lagi.

"Bara bakal lepasin, asalkan Rana dengar dulu ucapan Bara."

Gaya berbicara ini, membuat Rana teringat lagi dengan sosok Bara yang dulu. Sama persis. Bahkan saat Rana menatap manik mata sendu itu, membuat Rana yakin dengan pemikirannya.

"ka-kamu--"

"aku mau berusaha mengingat Rana, apapun caranya. Asalkan Rana izinkan."

Ah, jangan berpikiran berlebihan Rana. Dia tak mungkin Bara yang sama.

"jangan, Bar. Walau kamu memaksaku, aku masih tidak mengizinkan."

---

"kak, Rana pulang kapan ya?" tanya Yoga sambil merebahkan dirinya di tempat tidur Raja.

Tak terasa, sudah 2 jam Rana keluar tanpa kabar sama sekali. Padahal setiap kali ingin keluar, Rana pasti akan kasih kabar terlebih dahulu. Nyatanya tidak. Ah, apa mungkin karena dirinya dan Raja sibuk bermain game android, sampai tak sadar kalau Rana sudah memberitahukan pada mereka kalau dia akan keluar dan mereka tidak dengar mungkin?

"tenang aja, Ga. Ini Jakarta. Kota kelahiran Rana. Setiap seluk beluk yang ada udah dia hafalin dari kecil. Anaknya tuh bandel banget dulu. Maunya maen terus ama anak tetangga sebelah sampai sering pulang malem. Padahal orang tuanya selalu ngekhawatirin dia, tapi dia malah cengir-cengiran pas ditanya habis darimana. Orang tuanya cuma bisa geleng-geleng kepala waktu itu. Kasian juga. Jadi kangen orang tua Rana." tutur Raja tanpa mengalihkan matanya dari ponselnya.

Yoga menautkan alisnya. Dalam hati ia penasaran dengan sosok orang tua Rana. Sejak awal ia ketemu Rana, tak pernah ada pembahasan mengenai masa lalu Rana. Semua ia sembunyikan dalam hatinya.

"bukannya kita udah ke makam orang tua Rana kemarin? Masih aja rindu ya?"

Raja menatap Yoga lekat-lekat. Ucapan Yoga rasanya aneh. Seperti ada suatu hal yang belum diketahui. "menurut lo kita ke makamnya siapa kemarin?"

Yoga bingung. Bukannya sudah jelas ya? "kemarin kita ke makam orang tua Rana kan?"

"orang tua apa?"

"maksudnya?" Yoga semakin bingung.

"orang tua kandung atau orang tua angkat yang kita datangi kemarin?"

"orang tua...kandung?"

Raja menggeleng cepat. "kayaknya Rana gak cerita apa-apa ya? Padahal ini hal penting yang harus lo tahu sebelum lo ngelamar Rana nantinya."

"Rana udah aku lamar kak, tapi ditolak. Dan juga...hal apa yang harus aku ketahui kak?"

Raja meletakkan ponselnya di sembarang tempat. Ia memilih duduk di balkon kamarnya diikuti Yoga dari belakang. Raja memilih duduk di sofa panjang, berniat untuk mengajak Yoga duduk di sampingnya dengan memberi kode pada Yoga melalui tepukan pelan di samping ia duduk. Karena sudah diajak, mau tak mau Yoga mengiyakan.

"lo pengen tahu rahasia Rana?" tanya Raja sambil mengeluarkan satu batang rokok dari pembukusnya, kemudian menyalakan pematik dan ia letakkan di bibirnya.

"aku ragu kak. Aku pengen tahu semua hal yang berkaitan dengan Rana. Tapi aku gak mau nanti Rana menjauh karena aku tahu rahasianya padahal tidak Rana izinkan." tuturnya sambil menunduk dan menggeleng kepala karena Raja menyodorkan pembungkus rokok padanya.

"masa lalu Rana gak sebaik yang lo kira. Gue pengen ngomong semuanya ke lo. Karena gue berasa aman kalo lo lindungi Rana karena apa yang udah terjadi di masa lalunya. Kalaupun Rana marah nantinya, gue yang bertanggung jawab. Gue yang akan bilang semuanya kalau gue kasih tahu semuanya ke lo. Lo tenang aja, Ga."

Yoga menyandarkan tubuhnya. Matanya terpejam. Ucapan Raja ada benarnya. Tapi...

"maaf kak, aku mau menjaga kepercayaan Rana. Dan lagi, tanpa harus tahu masa lalu Rana pun, aku tetap ingin melindunginya."

BaRanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang