Back to 30th years ago!
(Part 4)"nak, katakan saja. Apakah Asvrel yang memaksamu untuk menikah dengannya?" kini, Michella-ibu Asvrel-merasa yakin kalau putranya itu pasti memaksa Irisla untuk menikah dengannya.
Oh ya, semenjak makan malam itu, 2 hari kemudian Asvrel mengajak kedua orang tuanya ke rumah Irisla. Berbicara mengenai lamaran karena Asvrel sudah merengek pada orang tuanya agar menemui orang tua Irisla secepatnya. Dan sekarang, inilah yang terjadi.
"i-itu..."
"bu, kenapa kau bertanya begitu? Dia malu kan menjawab."
"bukan malu, tapi takut bila jawabannya salah. Apalagi kau sudah membawa kami padahal Iris sendiri belum siap dengan keputusannya."
"tapi bu--"
"a-aku akan berusaha. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Asvrel."
Sungguh, ini adalah jawaban yang belum bisa ia percayai hingga detik ini.
"apa kau yakin Iris? Apa kau tahu bagaimana dia memainkan hati wanita? Aku hanya takut kalau kau juga akan mengalami hal seperti itu."
"maaf, maksudnya apa ya?" Shaina tak paham? Tentu saja. Ia tak tahu mengapa Chella berbicara seperti itu mengenai putranya sendiri.
"apa ibu belum tahu? Anak saya ini hobinya mempermainkan wanita saja. Saya hanya takut--"
"ibu."
Semua orang menoleh. Ya tentu saja, aura di sekitar Asvrel berubah dingin. Jadi mau tak mau semua orang menatap ke arahnya.
"apa?"
"kalau aku hanya bermain-main pada Iris, mana mungkin aku mengajak kalian untuk menemaniku melamar Iris di depan ibunya. Aku bersungguh-sungguh ingin menikah dengannya. Memangnya itu sebuah kesalahan?"
"aku memang pernah melakukan kesalahan di masa lalu, tapi sekarang berbeda, bu. Aku benar-benar mencintai Iris! Aku ingin menjalani sisa hidupku dengannya. Memangnya itu salah?"
Chella bungkam. Menoleh ke samping kanan untuk menanyakan jawaban dari perkataan anaknya pada suaminya karena memang ini adalah hal yang penting. Terlebih keluarga Angkara adalah keluarga terpandang sehingga untuk hal seperti ini perlu dipertimbangkan baik-baik.
"bagaimana menurutmu, Bryan? Apa kau setuju dengan ucapan anakmu?"
"sudah ku bilang padamu dari awal, kalau itu adalah kemauannya, maka biarkan saja! Dia sudah memilih calon istri yang tepat untuknya, lantas apa kita harus menolak keinginannya? Kalau dia merasa keputusannya itu tepat, kita sebagai orang tua hanya perlu mendukungnya. Apalagi dia bukan anak kecil lagi sehingga kita harus terus mencemaskannya." kata Bryan sambil memberikan acungan jempol atas keberanian anaknya.
Chella mengangguk pasrah. Jika keputusan suaminya sudah matang, mengapa ia perlu bersikeras untuk memikirkannya lagi? Lagipula anaknya dan gadis itu sudah saling mencintai. Dan yang perlu ia lakukan sebagai orang tua, adalah mendukung keputusan anaknya bukan?
"tapi, apa benar dulu kau sering mempermainkan wanita?" kini, Shaina yang bertanya. Pertanyaan yang tak bisa ia elakkan dari pikirannya ini, perlu ditanya langsung pada orangnya. Jika tidak, maka ia tak bisa berhenti mencemaskan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BaRana
Teen FictionSetelah bersusah payah menahan perih saat menjelajahi masa lalu, kini Rana mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai penyembuh luka. Mencoba melupakan keisengannya bermain bersama sang Bintang di bebatuan asteroid, mencoba melupaka...