Sebelum membaca part ini, harap membaca kembali cerita 'BaRana' dari awal, sebab cerita ini di remake dari 'Livina' menjadi 'BaRana'. Dan buat teman-teman yang udah support cerita 'Livina', maaf udah mengecewakan. Tapi alur cerita 'Livina' terlalu acak, jadi saya menggantinya dengan cerita lain dulu. Sekali lagi maaf ya, karena 'Livina' dihapus dan diganti menjadi 'BaRana'. Lagipula'Livina' pasti bakalan kembali kok dengan alur cerita yang lebih menarik tentunya. So, enjoy this story:)
---
Rana berjalan menelusuri vila yang akan dia tinggali sementara ini. Walaupun dia bersikukuh untuk menolak permintaan Yoga. Tapi Yoga tetap memaksa. Sampai Yoga menelfon mamanya untuk meminta Rana tinggal di vila itu, membuat Rana tak enak hati menolak ajakan mama Yoga.
"gimana? Rana suka?" Yoga berjalan mengikuti Rana dari belakang. Memerhatikan gadis itu yang masih celingukan menatap seisi rumah.
"disini terlalu besar, Ga. Aku cari tempat lain aja." tolak Rana sambil berbalik menatap Yoga.
"terus Rana mau tinggal dimana?"
"Ga, saya gak mau nyusahin kamu terus."
"aku mau kok dinyusahin Rana, yang penting Rana ada disamping aku." ujar Yoga sambil mengusap lembut puncak kepala Rana.
"Ga, jangan terlalu mencintai saya. Saya takut perasaan kamu tak bisa terbalas."
"gak papa kok. Rasa ini biar aku yang tanggung sendiri. Rana gak perlu terlalu khawatir. Aku sendiri yang memulai, jadi aku sendiri juga yang menyelesaikannya."
Rana menundukkan kepalanya. Matanya tak berani menatap manik mata yang sendu itu. "maaf, saya masih belum terbiasa dengan keadaan ini. Saya masih takut untuk mempercayai orang lain. Termasuk kamu."
Yoga mencubit pipi Rana dengan pelan. Membuat wajah mungil itu sejajar dengan wajah Yoga. "pelan-pelan, Ran. Jangan terburu-buru."
Sekilas, Rana melihat kelembutan di mata Yoga. Membuat Rana terpesona lagi dengan lelaki satu ini. Membuat Rana lemah lagi saat dia bersikap lembut seperti itu lagi. "makasih."
Raja berdehem pelan. Pemandangan ini benar-benar menyiksa. Kalau saja saat ini dia tak melajang, sudah dia bawa pacarnya untuk di pamerkan pada kedua orang itu. Teman perempuan saja tak ada, apalagi calon pacar. Sangat menyiksa batin.
"maaf, kak."
"gak papa kok, Ga. Gue paham. Tapi jangan terlalu dekat dengan Rana, apalagi kalo lo nyakitin dia. Gue gak bakalan maafin lo."
Yoga mengangguk. Walau bagaimanapun dia tahu batasan. Dia menghargai Rana. Sangat. Jika Rana tidak suka, dia juga tidak akan memaksa.
"Rana, Yoga, kalian mau ikut aku berkunjung ke makam papa dan mama?"
---
Serena tengah menunggu selama sejam di bandara. Sebentar lagi, calon suaminya akan sampai ke Paris. Serena sengaja datang lebih cepat ke bandara. Merasa tak sabar melihat sosok yang sangat ia rindukan.
Tak butuh waktu lama, pria yang ingin ditemuinya keluar dari kerumunan orang-orang. Berjalan dengan santainya sambil membawa 1 koper besar ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BaRana
Teen FictionSetelah bersusah payah menahan perih saat menjelajahi masa lalu, kini Rana mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai penyembuh luka. Mencoba melupakan keisengannya bermain bersama sang Bintang di bebatuan asteroid, mencoba melupaka...