6

5.2K 588 73
                                    

Bagian selatan Jinyoung sangat sakit, ia sampai harus tertatih berjalan, terseot sambil terus memegang bokongnya. Malam pertamanya begitu buruk, bukan, ia mengingat sekeping demi sekeping kejadian semalam. Jinyoung masih merasa panas di sekujur tubuhnya, sentuhan Jaebum terlalu kuat sampai ia tidak ingin melupakanya sama sekali.

Jinyoung memperhatikan tubuh polosnya di cermin kamar mandi, seluruh tubuhnya penuh hikey. Jinyoung menyentuh setiap jejak merah itu, membayangkan bagaimana Jaebum membuat tanda itu, mengklaim setiap jengkal tubuhnya. Terselip perasaan aneh di hatinya, jantungnya berdebar.

Jinyoung menggeleng kepalanya kuat, tidak - ia tidak boleh memiliki perasaan itu. Jinyoung bukan anak umur belasan tahun yang tidak mengerti dengan perasaan aneh yang menyapanya.

"Bukan aku yang harus jatuh cinta tapi dia ! Aku harus bisa membuatnya jatuh cinta dan membalas segala perlakuanya ! membeliku bukan berarti dia bisa bersikap seenaknya juga !" geram Jinyoung kesal. Jinyoung memang polos tapi bukan berarti dia kucing jinak yang bisa di perlakukan seenaknya oleh pemiliknya, dia juga bisa mencakar jika sang pemilik tidak menjaganya dengan baik!

"Tapi apa yang harus aku lakukan, bahkan dia tidak pernah mau menemuiku ! Tsk." kesal Jinyoung, ia menghentak kakinya beberapa kali dengan bibir yang ia cebikkan lucu.

"Bagaimana dengan pura-pura hamil? hemm.." Jinyoung menyentuh dagunya dengan jari telunjuk, dan tampak berpikir, lalu menggeleng cepat sedetik kemudian. "Tidak-tidak, itu terlalu klasik, aku lelaki, mana mungkin hamil. Bodoh !"

TOK TOK

"Tuan muda apa anda di dalam?"

Jinyoung terlonjak, itu suara Daniel. Kenapa selalu Daniel, tidak bisakah sekali-kali Jaebum yang mencarinya.

"Tuan muda, apa terjadi sesuatu?" BUGH BUGH ... Daniel menggedor pintu semakin kuat.

Jinyoung membuka pintu kamar mandi setelah ia berpakaian lengkap. "Tuan muda, anda baik-baik saja?" tanya Daniel khawatir.

"Ya." jawab Jinyoung singkat, ia berlalu melewati Daniel, berusaha bersikap biasa saja--mencoba berjalan normal tetapi rasanya sulit.

"ssess.." Jinyoung mendesis menahan sakit, Daniel yang memang sudah tahu apa yang terjadi hanya diam tidak berkomentar, tetapi Daniel memperhatikan Jinyoung dengan khawatir.

"Tuan besar menunggu anda di meja makan, tapi anda tampak tidak sehat, aku akan memberitahu Tuan besar kalau..."

"Jaebum menungguku? aku akan kesana." potong Jinyoung cepat.

Tanpa menunggu Daniel, Jinyoung sudah pergi lebih dulu, walau ia harus menyeret kakinya dengan berat, ia tidak peduli.

Jaebum tampak menikmati makan siangnya tanpa repot-repot menunggu Jinyoung lebih dulu.

"Duduk dan makanlah bersamaku." ucap Jaebum tanpa melihat Jinyoung sama sekali, sikap Jaebum yang dingin membuat Jinyoung mendengus sebal tetapi ia menurut dan duduk berhadapan dengan Jaebum. Setelah Jinyoung duduk, para pelayan langsung sibuk melayani Jinyoung, mengambilkan makanan untuknya.

Tidak ada pembicaraan sama sekali di antara mereka, suasana begitu canggung dan sedikit mencekam. Jinyoung ingin sekali berbicara tetapi keberaniannya menciut setiap kali melihat wajah dingin Jaebum dengan garis wajah tegas miliknya.

Jinyoung sama sekali tidak menyentuh makanannya, ia tidak merasa lapar sama sekali, yang ia inginkan adalah penjelasan.

"Kenapa tidak di makan? kau tidak suka?" Jinyoung tersentak lalu mendongak cepat, melihat Jaebum yang ternyata sedang memperhatikanya.

"Aku suruh pelayan menyiapkan makanan lain."

"Tidak usah, aku tidak lapar." sahut Jinyoung.

"Kau belum makan sejak semalam."

Love, Trouble (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang