40

2.1K 293 100
                                    

Walau aku tidak di sampingmu, bukan berarti aku berhenti mencintaimu. Justru ketidak beradaanku, adalah bukti aku sangat mencintaimu. Jika di suruh memilih, siapa yang seharusnya terluka. Aku memilih aku. Kehilanganmu akan jauh menyakitkan daripada kepergianku.

Tataplah langit sebentar, lalu pejamkan matamu. Kau akan merasakan kehadiranku, kau akan merasakan kedua tanganku yang melingkar di pinggangmu dengan pipi meronaku yang menempel di punggungmu. Kau akan mendengarkan suaraku berbisik malu-malu. "Aku mencintaimu....sangat."

*****
Mino merasa dirinya sedang berada di awang. Hubungannya dengan Jinyoung semakin hari semakin ada kemajuan. Jinyoung lebih banyak tersenyum, Jinyoung sudah mau makan bersamanya. Jinyoung bahkan tidak menolak ketika Mino memgajaknya jalan untuk membeli beberapa pakaian baru. Ia bahkan membiarkan Mino menggandeng tangannya.

Beruntung sekali dirinya bisa menggenggam tangan lembut Jinyoung.

Kesehatan Jinyoung membaik, staminanya juga tidak diragukan.

Jinyoung sungguh-sungguh soal belajar bela diri dan menembak. Kemampuan Jinyoung juga sangat di acungin jempol. Jinyoung begitu gesit dan cepat belajar. Trik-trik yang Mino ajarkan bisa ia kuasai dalam waktu tiga hari.

Jinyoung bahkan berbakat dalam menembak. Ia kini sudah ahli, dan bidikannya tidak pernah meleset.

Mino merasa bangga pada Jinyoung, tidak salah dirinya melatih Jinyoung dan mencuci otak Jinyoung. Sekarang Jinyoung menjadi miliknya seutuhnya. Setelah Mino berhasil menghabisi kerajaan Defsoul dan membunuh Defsoul sendiri. Ia akan menyatakan perasaanya pada Jinyoung. Ia akan membangun kerajaan mafianya sendiri dan berhenti terikat pada G-dragon yang tua itu.

Sudah saatnya untuk mengganti ketua mafia di Korea. Mino menyeringai miring. Ambisinya semakin besar dan ia merasa tidak pernah gagal selama ini.

"Mino hyung, kau lihat itu? Aku menembak apel itu tepat sasaran." Seru Jinyoung bahagia sambil melompat-lompat kecil.

Mino tertawa lebar dan bertepuk tangan bangga. Ia mendekati Jinyoung dan langsung memeluk Jinyoung.

"Kau hebat Jinyoung."

Jinyoung melepaskan pelukannya tetapi senyumnya belum pudar.

"Hyung, berdiri disana dan jadi targetku. Aku ingin coba membidik jeruk."

Tanpa pikir panjang, Mino menyanggupi dan berjalan ke tengah arena. Jeruk sudah di letakkan diatas kepala Mino.

"Aku percaya padamu Jinyoung. Do it!"

Mendengar itu Jinyoung tersenyum miring. Ia mengarahkan pistolnya ke kepal Mino. Bukan jeruk yang ia pidik melainkan dahi Mino.

"Mino hyung, aku tiba-tiba takut. Bagaimana jika aku salah tembak dan malah melukaimu?" Suara Jinyoung bergetar, wajahnya tampak ragu.

Namun, Mino memberi senyum hangat. "Aku tahu, kau tidak akan melukaiku. Tembak Jinyoung, kau pasti bisa membidik tepat sasaran. Arahkan ke sini—" Mino menunjuk jeruk di atas kepalanya.

DDOOR

Jinyoung memejamkan mata setelah melesatkan peluru. Suara gemuruh tepuk tangan membuatnya membuka mata cepat. Dan pelukan tiba-tiba juga membuatnya kaget.

"Aku bangga padamu."

"Huh? Sasaranku meleset, hyung." Tatapan mata Jinyoung tertuju pada jeruk yang sudah hancur disana.

"Tidak, kau tepat sasaran Jinyoung."

Tapi sasaranku bukan jeruk itu.

"Well, ayo kita pulang. Aku akan masak makan malam lezat untuk merayakan keberhasilanmu hari ini."

Love, Trouble (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang