19

3.7K 452 172
                                    

Jaebum masuk ke ruang meeting, semua anak buahnya nunduk, memberi hormat. Jackson dan Yugyeom juga sudah berada di dalam ruangan.

Jaebum duduk di kursi singah sananya, para anak buahnya masih setia berdiri dengan kepala terntunduk. Tidak ada satupun dari mereka yang berani mengeluarkan suara.

Aura Jaebum begitu gelap dan menggerikan, tatapan tajam menusuk, seperti seekor elang yang sedang mengawasi mangsa.

"Maafkan aku Jaebum hyung. Aku tidak berguna dan siap menerima hukuman." Kata Jackson.

"Siapa yang memberikan tender itu pada Brian?"

"Mr Louise Cambrige. Dia mengatakan bahwa Defsoul lalai untuk menghadiri meeting sepenting ini maka ia tidak akan mendukung Def.Corp. Dan Mr Louise Cambrige menjual heroin sebanyak 100kg kepada Brian." Jelas Yugyeom.

Brak!!

Jaebum menggebrak meja kerjanya kuat, sampai anak buahnya terlonjak takut. Wajah mereka sudah pucat pasi. Ketika Jaebum marah maka di pastikan semua orang tidak akan merasa tenang.

"Gagalkan transaksi itu! Rebut heroin itu dari mereka, dan aku ingin melihat mayat Louise Cambrige!!" Jaebum memberi perintah tegas.

"Siap, laksanakan Boss." Jawab semua anak buahnya serempak.

"Jackson bakar gudang kokain milik Brian yang berada di dekat Hangang. Jangan mengecewakanku lagi!"

"Baik Hyung!" Jawab Jackson cepat. Ia mengisyaratkan kepada anak buahnya untuk bergerak.

Tinggalah Yugyeom dengan Jaebum di ruangan itu.

Jaebum memejamkan mata dan menyandarkan punggung ke kursi. Hembusan nafas berat yang terdengar lelah itu membuat Yugyeom menggernyit.

"Jangan salahkan Jackson hyung, Mr Louise memang sengaja dan mengambil kesempatan ketidak hadiranmu hyung." Kata Yugyeom.

"Aku tidak menyalahkan Jackson. Aku menyalahkan diriku sendiri Gyeom." Sahut Jaebum dengan kembali menghela nafas lelah.

Pikiran Jaebum bercabang, ia pergi dari rumah dalam keadaan emosi. Ia meninggalkan Jinyoung yang sedang menangis karna ia bentak. Jinyoung memang menyebalkan tetapi tidak seharusnya Jaebum membentak Jinyoung. Dan membuat Si manis menangis.

Jinyoung-nya sedang sakit dan hanya bersikap manja padanya. Tapi tender bisnis barunya juga sangat penting. Jaebum hanya sedang mengalami dilema, ia tidak pernah berada di posisi ini. "Hhhh..."

"Jaebum hyung, bagaimana jika kita pergi minum. Kau butuh sesuatu untuk melepaskan beban beratmu. Ayo, aku traktir."

Jaebum memijit pelipisnya, ia membuka mata dan mengangguk. "Sepertinya bukan ide buruk."

"Kita ke tempat biasa saja."

****
Mark mengetuk pintu kamar Jaebum, ia membawa makanan untuk Jinyoung. Jaebum sebelum pergi berpesan pada Mark untuk menjaga Jinyoung. Jadi mau tidak mau, Mark juga harus melakukannya. Memangnya dia siapa sampai berani menolak perintah Im Jaebum?

Cukup lama mengetuk, namun, tidak ada sahutan sama sekali.

"Jinyoung, aku masuk ya." Kata Mark yang suda memutar knop pintu dan masuk ke dalam.

Kamar Jaebum sudah rapi seperti sedia kala, Daniel sudah menyuruh pelayan untuk membersihkannya.

Jinyoung masih tidur terlungkup, dengan wajah yang ia tenggelamkan di bantal. Tangisnya belum reda sejak kepergian Jaebum. Daniel sudah mencoba membujuk Jinyoung, namun, hasilnya nihil. Yang ada Daniel mendapat lemparan bantal bertubi dari Jinyoung.

Love, Trouble (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang