21

3.7K 452 90
                                    

Semua berubah, kehidupan Jinyoung berubah total. Jaebum melimpahinya dengan cinta, bahkan kekayaan...Tetapi, hatinya masih terasa terbebani. Ia masih merasa terkurung di dalam sangkar emas, ruang geraknya berkurang.

Ketika semua orang di rumah besar ini bisa sesuka hati keluar masuk, tidak berlaku untuknya. Jaebum mengekangnya, sejak hari pertama ia disini, tak pernah sekalipun Jaebum membiarkannya keluar sendirian. Dan Jaebum sendiri jarang membawanya keluar rumah.

Jinyoung berdiri di balkon kamarnya yang luas, tubuhnya hanya terlapisi oleh selimut sutra. Kegiatan panasnya dengan Jaebum semalam masih meninggalkan jejak panas di seluruh tubuhnya.

Jinyoung seperti terbiasa bangun di pagi hari dalam keadaan telanjang dan sendirian. Kekosongan hatinya semakin membuat tubuhnya dingin tanpa Jaebum. Entahlah, setelah beberapa bulan tinggal bersama dan berhubungan layaknya sepasang kekasih bahkan lebih dari itu, mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun.

Hanya sebuah hubungan saling membutuhkan dan memuaskan hasrat masing-masing. Seberapa banyakpun Jaebum meyakinkan Jinyoung bahwa Jinyoung memiliki hati Jaebum, tetapi kenyataan yang ia rasakan tidak seperti itu.

Pikiran yang membebani Jinyoung adalah, seakan semua orang disini mengenal Jaebum dengan baik, termasuk Mark, tapi, Jinyoung tidak. Sungguh, Jinyoung bahkan hanya tahu nama penuh Jaebum yaitu Im Jaebum. Lainnya? Jinyoung tidak tahu apapun.

Makanan kesukaan Jaebum, Jinyoung tahu juga dari Daniel. Hanya makanan kesukaan, hobi Membaca Jaebum, dan Jaebum yang suka mendengar musik sebelum tidur. Tidak ada yang spesial sama sekali...Jaebum tidak pernah membahas apapun dengannya kecuali buku-buku yang Jaebum rekomendasi untuk di baca oleh Jinyoung. Pertemuan mereka lebih banyak di habiskan ranjang, bukannya Jinyoung tidak menyukai kegiatan intim mereka. Namun, semakin hari Jinyoung merasa hanya robot pemuas nafsu seorang Im Jaebum.

Tanpa ia sadari, sejak tadi air matanya sudah bergulir membasahi pipinya. Kenapa rasanya sesakit ini? Apa Jinyoung sudah kalah dalam taruhan hidupnya sendiri? Bukankah dia ingin menundukan Jaebum tapi kenapa terasa dirinya malah terbuai oleh dunia yang Jaebum ciptakan.

Jinyoung menutup korden balkoni dan berjalan masuk ke dalam kamar, ia membiarkan selimut sutra itu jatuh ke lantai lalu dirinya melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Mungkin dengan mandi air dingin, kepalanya jauh lebih bisa berpikir jernih. Im Jaebum terlalu meracuni isi kepalanya.

Jinyoung membuka kran air shower, berdiri di bawahnya, membiarkan air dingin menguyur tubuhnya yang terasa panas. Tangis kecil lolos dari bibirnya, rasa sesak di hatinya membuatnya sulit bernafas.
Jinyoung teringat terakhir kali Jaebum mengajaknya keluar makan eskrim, Jaebum marah besar karena dirinya kembali bertemu dengan Mino dan mengobrol dengannya, saat itu Jaebum sedang menerima telepon yang katanya sangat penting. Jinyoung tidak mengerti kenapa Jaebum marah, lalu sejak saat itu juga Jaebum tidak pernah membawa Jinyoung keluar rumah lagi.

"Hi Jinyoung, kita bertemu lagi. Kau sendirian disini?"

Jinyoung melihat kesekitar mencari keberadaan Jaebum, Jaebum tampak sibuk menerima telepon, jarak mereka sangat jauh saat itu. Jinyoung dengan kasual menunjuk ke arah punggung Jaebum.

"Mino-ssi, datang untuk makan eskrim juga?"

"Iya, aku tadinya makan eskrim dengan temanku tapi dia sudah pergi duluan lalu aku melihatmu dan rasanya tidak baik jika tidak menyapa." Jinyoung tersenyum manis.

Mino duduk di depan Jinyoung. "Apa Jaebum kekasihmu, Jinyoung?"

"Huh?" Entah kenapa Jinyoung salah tingkah dan ia merasa pipinya memanas. Namun, ia menggeleng pelan dan tersenyum.

Love, Trouble (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang