"Ji ayo makan dulu, nanti buburnya keburu dingin."
Jinyoung menutup mulutnya dengan kedua tangan dan terus menggeleng. Jaebum menghela nafas, sulit sekali membujuk Jinyoung makan. Jaebum sudah seperti seorang ibu yang membujuk anaknya makan saja. Jika saja bukan Jinyoung, mungkin Jaebum sudah melempar mangkuk bubur ini ke wajah orang itu, lalu memaki atau mungkin menembak kepalanya. Hhh... lagi-lagi Jaebum hanya bisa menghela nafas pelan dan memasang senyum selembut mungkin, karena orang yang di depannya adalah Jinyoung, Sang pemilik hatinya.
"Aku tidak suka bubur hyung !"
"Sayang, kau sedang sakit, jadi hanya boleh makan bubur !" Jaebum mempertahankan kelembutannya ketika bicara. Dan itu sama sekali bukan style Jaebum, tapi mau bagaimana lagi. Jaebum sudah berjanji akan memperlakukan Jinyoung dengan baik dan penuh kasih sayang. Siapa suruh dirinya begitu lemah dan mengatakan memberikan hatinya...
"Setelah sembuh, hyung akan memasakanmu makanan paling lezat di dunia, bagaimana? Sekarang makan bubur dulu ya?" Bujuk Jaebum lagi dengan sabar.
"Hyung...shiroeee..." rengek Jinyoung manja, jangan lupa kitten eyes yang ia pasang untuk menatap Jaebum. Hati Jaebum langsung meleleh bagai es.
Jaebum meletak kembali mangkuk berisi bubur itu ke atas nampan. Ia menarik kedua tangan Jinyoung dari mulutnya lalu menggenggam keduanya.
"Katakan pada hyung, Jinyoungie ingin makan apa?"
"Pizza !" Jawab Jinyoung cepat.
"No fastfood Sayang! Pikirkan yang lain, hyung akan menyuruh Daniel menyiapkannya."
Jinyoung menggerucutkan bibirnya lucu. "Jaebum hyung, aku mau masakan hyung. Bagaimana dengan sup ayam dan kimchi juga pancake telur?"
Jaebum melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganya. Sudah hampir pukul 10.00 pagi. Ia telah menghabiskan wktu setengah jam untuk membujuk Jinyoung makan. Jika Jaebum harus memasak dan menunggui Jinyoung makan, maka ia akan terlambat ke kantor. Belum lagi ia ada meeting penting siang ini.
"Ji sayang, hyung suruh kepala koki saja yang masak ya? Lalu Mark hyung akan menemanimu makan..."
"Shiroe!!" Jinyoung memotong ucapan Jaebum cepat dan tegas.
"Aku ada meeting penting Jinyoung, setelah meeting, hyung akan langsung pulang ke rumah."
"Hyung berjanji akan menemaniku dan menjagaku ! Jangan pernah berjanji apapun jika Jaebum hyung tidak bisa menepatinya!" Jinyoung merenggut, ia sengaja memang membuat Jaebum kesal. Bukan tidak tahu diri, tapi Jinyoung ingin menguji seberapa jauh Jaebum serius dengan ucapannya.
"Iya hyung memang sudah berjanji, tapi meeting ini penting sayang, mengertilah...hmm?"
Jinyoung menarik tangannya kasar dari genggaman Jaebum, ia menghempas tubuhnya ke kasur, menelungkupkan diri membelakangi Jaebum. Dengan merajuk seperti ini, Jinyoung ingin tahu apa yang akan Jaebum lakukan.
Jaebum menggertakan gigi kesal, rahangnua menggeras, ia menutup rapat kedua matanya, menarik nafas panjang lalu membuangnya cepat. Cara Jaebum untuk mengontrol amarahnya. Sepertinya Jaebum harus memberi dirinya sendiri penghargaan, ia belum pernah melihat dirinya memiliki self control sebagus ini dalam track record hidupnya.
Knock knock
Yugyeom berdiri di depan pintu kamar Jaebum yang terbuka dan mengetuknya pelan. Jaebum mengalihkan kepalanya ke arah pintu.
"Jaebum hyung, kita harus berangkat sekarang." Kata Yugyeom sambil melirik sebentar ke arah Jinyoung yang berbaring terlungkup.
"Hikksss...hikksss... lebih baik aku mati keracunan kemarin...hiksss...aku sudah tidak punya siapa-siapa yang peduli denganku juga!!" Isak Jinyoung, dia menangis sesegukkan. Setidaknya Jaebum harus membujuknya dulu kan? Bukan pergi begitu saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Trouble (COMPLETED)
Fanfiction⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 ********* Park Jinyoung, seorang pemuda berumur 23 tahun terpaksa berhenti kuliah karena masalah keuangan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia, sekarang dia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Jinyoung bekerja par...