Tanpa sadar Jaebum masih menggengam tangan Jinyoung, walau mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Jaebum memiliki supir jadi ia tidak perlu repot-repot menyetir.
"Jangan pernah berbicara dengan orang asing!" perintah Jaebum tegas.
Jinyoung menatap Jaebum dengan wajah datar. "Kau juga orang asing bagiku."
Ucapan Jinyoung langsung menohok ke ulu hati Jaebum, ia menolehkan kepalanya ke samping, melihat langsung ke dwimanik coklat milik Jinyoung. Jinyoung melepaskan genggaman tangan Jaebum di pergelangan tanganya dengan paksa.
"Aku tuanmu!"
"Jadi aku harus memanggilmu tuan?"
"Jinyoung ! jangan melawanku !" suara tegas Jaebum mengingatkan tapi bagi Jinyoung, Jaebum membentaknya.
Jinyoung membuang muka ke samping, menggeser duduknya--membuat jarak. Otak Jinyoung sudah penuh umpatan yang ia tujukan pada Jaebum.
Kenapa Jaebum selalu membuatnya kesal, kenapa Jaebum tidak memperlakukannya manis. Apa bagi Jaebum, Jinyoung hanya budak rendahan yang ia beli. Lalu kenapa Jaebum membiarkan seisi rumahnya memperlakukan Jinyoung seperti pangeran. Tuan muda ini, tuan muda itu, di larang melakukan ini dan itu. Bahkan Jinyoung harus menggoda Jaebum dulu, baru dia mau menyentuhnya.
Jaebum menghela nafas lelah, ia menekan-nekan kepalanya yang terasa pusing. Ia semakin tidak mengerti dirinya sendiri lagi. Buat apa dia semarah itu ketika ada pria lain yang berdekatan dengan Jinyoung.
***
Sesampainya dirumah, Jinyoung langsung turun dari mobil dan sedikit membanting pintu mobil sampai Jaebum terhentak. Jinyoung berjalan dengan menghentak-hentakan kakinya kesal. Ia bahkan sudah tidak peduli dengan barang belanjaanya lagi, dan Jaebum menyuruh pelayan membawa semua belanjaan ke kamar Jinyoung.
Seumur hidup belum pernah ada satupun orang yang berani membanting pintu pada Jaebum. Ia merasa harga dirinya sedikit terluka dengan sikap kekanak-an Jinyoung.
Jaebum melangkah lebar, mengejar Jinyoung dan menarik lengannya kasar. "Kau marah padaku atas dasar apa?! belum pernah seorangpun yang berani bersikap kurang ajar di depanku!" bentak Jaebum marah tanpa peduli dengan para pelayan yang terkejut takut.
Jinyoung berusaha melepaskan cengkraman Jaebum, tapi sepertinya Jaebum menggunakan seluruh kekuatannya untuk mencengkram Jinyoung.
"Dengarkan aku Park Jinyoung, disini aku yang berkuasa! semua ucapanku adalah perintah! kau hanya jalang kecil yang aku beli jadi bersikaplah semestinya ! itik buruk rupa jangan pernah berharap menjadi angsa putih yang cantik!!" bentak Jaebum.
Tes
Tes
Cairan bening meleleh dari manik mata bening milik Jinyoung. Kali ini hatinya benar-benar terluka, perkataan Jaebum seperti sebilah pisau bermata dua yang langsung menghujam hatinya.
Jaebum tertegun, melihat langsung mata bening Jinyoung meneteskan air mata membuat pikirannya kosong. Ia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi orang yang menangis, terlebih orangitu menangis karena dirinya. Biasanya jerit tangis dan air mata yang ia lihat adalah ketika ia memotong jari orang itu atau membakar rumah mereka.
"A-aku me-mengerti Sir..." jawab Jinyoung terbata dengan suara sesegukan.
Sir? Sir? Jaebum benci mendengar Jinyoung memanggilnya Sir!
Tatapan mata Jaebum melembut, ia melepaskan cengkramannya dan tanganya berganti menangkup kedua pipi chubby Jinyoung yang basah. Jaebum menghapus jejak air mata itu dengan jempol jarinya. "Jangan menangis Ji, maaf aku membentakmu...panggil aku hyung, aku tidak suka kau memanggilku Sir." ucap Jaebum lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Trouble (COMPLETED)
Fanfiction⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 ********* Park Jinyoung, seorang pemuda berumur 23 tahun terpaksa berhenti kuliah karena masalah keuangan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia, sekarang dia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Jinyoung bekerja par...