Matahari pagi menyapa kedua insan yang sedang tidur nyenyak itu melalui celah jendela. Jinyoung menggeliatkan tubuhnya kecil, perutnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menimpanya. Mata Jinyoung terlalu berat untuk di buka. Ia memilih membalikkan tubuh, mengulurkan tangan untuk merasakan benda apa itu. Sesosok manusia. Dan Jinyoung yakin, itu pasti Jaebum. Hanya Jaebum yang berani masuk ke kamar-nya, tidur seranjang, bahkan memeluknya kan?
Jadi, pria itu sudah tidak marah? Batin Jinyoung. Haruskah Jinyoung berpura-pura manis, untuk menebus kesalahan fatal yang ia buat kemarin. Eh, tapi Jaebum membentakku sampai menangis! Aku juga marah!
Sudahlah, daripada dia menyuruhku mengganti kerugian ratusan triliun karna meeting gagal itu. Sekali-kali bersikap manis pada dinding es kan gakpapa. Pikir Jinyoung lagi.
Jinyoung memutuskan memeluk pinggang Jaebum, mendekatkan tubuhnya dan mengusel di dada bidang Jaebum yang sangat nyaman itu. Jaebum tersenyum dalam tidur dan mengeratkan pelukannya. Nyaman, pelukannya selalu terasa nyaman. Aku benci mengakuinya, huh, aku tidak boleh meleleh oleh pesonanya. Jaebum tidak mungkin serius ketika mengatakan, memberikan hati dan apapun untuknya kan?
Jinyoung membuka matanya perlahan, mengangkat kepala sedikit untuk melihat wajah tidur Jaebum. Namun, seketika emosinya terpancing, matanya membulat lebar.
Jinyoung menggeser kepala Jaebum ke samping dengan paksa, untuk memperjelas penglihatannya. Gerakan Jinyoung yang terkesan kasar, membangunkan tidur nyenyak Jaebum.
"Ji, biarkan aku tidu—" suara serak Jaebum langsung di sela cepat oleh Jinyoung.
"Meeting penting yang kau maksud itu ternyata tidur dengan jalang!" Jinyoung melepaskan diri dengan paksa, lalu mendorong tubuh Jaebum menjauh.
Jaebum mengernyit binggung, ia mengucek pelan matanya sebelum benar-benar terbangun.
"Demi Tuhan Ji, ini masih pagi dan kau sudah melengking. Apa maksudmu?!"
Jinyoung menatap Jaebum nyalang, hatinya entah kenapa sakit. Jaebum mempermainkan dirinya, menipunya. Padahal di luar sana, Jaebum tidur dengan orang lain.
Jinyoung terdiam, lidahnya mendadak kelu. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Punya hak apa dia marah kepada Jaebum? Dirinya hanya budak sex yang Jaebum beli di bar dan berharap mempermainkan seorang Im Jaebum. Siapa Jinyoung sebenarnya? Kenapa dirinya begitu angkuh dengan mengatakan ingin membuat Jaebum bertekuk lutut padanya dengan meminta hati Jaebum. Betapa bodoh dirinya, berpikir Jaebum menyukainya. Padahal di luar sana, Jaebum memiliki kelasih yang lain atau jalang yang lain.
Hanya dengan memikirkan itu semua, air mata Jinyoung sudah jatuh bergulir tanpa henti. Kesadaran Jaebum tertampar, ia bangun dan duduk dengan cepat.
"Hei, what's wrong?" Tanya Jaebum khawatir.
Jinyoung menepis tangan Jaebum yang hendak merengkuhnya. Ia menyadarinya dirinya begitu lemah dan tidak berharga. Ada hak apa dirinya cemburu, melihat hikey di leher Jaebum?
"Jinyoung ada apa? Jangan membuatku khawatir?!"
"H-hyung...jangan pernah menyentuhku, jika kau habis menyentuh orang lain...aku tahu, aku hanya budak sex-mu—"
"Apa yang kau katakan?!" Tanya Jaebum marah.
Jinyoung mengangkat tangan, menyuruh Jaebum berhenti bicara. Lalu Jinyoung menyambung kalimatnya. "A-atau jangan pernah tunjukan jika kau habis tidur dengan orang lain! H-hatiku...tidak sekuat itu!"
Jaebum terasa bodoh, ia mencerna setiap kata dari Jinyoung. Jaebum menggerang frustasi, dan rahangnya menggeras.
"Siapa yang tidur dengan siapa? Apa yang kau bicarakan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Trouble (COMPLETED)
Fanfiction⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 ********* Park Jinyoung, seorang pemuda berumur 23 tahun terpaksa berhenti kuliah karena masalah keuangan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia, sekarang dia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Jinyoung bekerja par...