Jaebum menyuruh Jinyoung merangkul lengannya, mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam gedung yang sudah di hias begitu apik dan mewah.
Kaki Jinyoung terasa sedikit sakit, Jaebum memaksanya memakai heels setinggi 5cm. Rasanya Jinyoung mau mati saja, ia tidak nyaman. Sangat tidak nyaman, terlebih dirinya kini menjadi sorotan semua orang.
"Kenapa mereka semua menatap kita begitu? Apa penyamaranku ketahuan?" Jinyoung berbisik khawatir.
"Rileks Ji, penampilanmu sempurna. Mereka menatapmu kagum dan iri karena kau berdampingan dengan pria paling tampan di sini."
"Eww! Ke-pede-an banget jadi orang! Sok kegantengan!" Cibir Jinyoung dengan nada jijik. Jaebum mengabaikan komentar Jinyoung, sekarang bukan saat yang tepat untuk bertengkar dengan Jinyoung, pikirnya.
"Ingat Ji, jangan sentuh makanan dan minuman disini. Tetaplah berada di jarak pandangku. Aku akan meninggalkanmu sendirian nanti, tapi tidak perlu khawatir dan tetap bersikap tenang. Mengerti?"
"Wae? Wae? Wae?" Jinyoung melempar pandanganya ke seluruh ruangan. Semua orang berpakaian mewah dan rapi dengan topeng di wajah mereka. Lalu pandangan Jinyoung jatuh ke meja panjang di tengah ruangan dan di setiap sudut ruangan yang penuh dengan makanan lezat.
Jinyoung menelan ludahnya, kue , donut dan makanan manis lainnya membuat Jinyoung hampir meneteskan air liurnya. Bagaimana tidak, Jinyoung adalah pemuja makanan manis, terutama cake.
Jaebum jengah melihat sikap Jinyoung yang banyak bertanya dan suka membangkang setiap perintah darinya.
"Ji, bisa tidak, sekali saja menurutiku tanpa bertanya banyak?"
"Hhh... bahkan hak ku sebagai manusia tidak lagi berlaku." Gumam Jinyoung dramatis.
"Jinyoung..."desis Jaebum marah, ia berharap Jinyoung tidak menguji batas kesabarannya.
"Tsk! Arraso! Aku tidak akan menyentuh apapun! Puas?!"
"Busungkan dadamu dan pasang senyum semanis mungkin."
Jinyoung dengan sengaja menyentuh kedua gundukan di dadanya, mengangkatnya dengan gerakan ke atas lalu membusungkan dadanya.
Jaebum menggertakan gigi menahan amarahnya. Park Jinyoung memang menjadi satu-satunya yang bisa mengubah moodnya dalam hitungan detik.
Tatapan tajam Jaebum tidak membuat Jinyoung takut. Ia bersikap santai dan elegan seperti yang di ajarkan guru yang di sewa Jaebum untuk mengajarinya tata krama dan keeleganan seorang wanita.
"Defsoul...aku senang bertemu denganmu disini."
Jaebum dan Jinyoung menolehkan kepala ke arah pria yang sepertinya menyapa mereka.
"Kenapa kau tidak bilang jika merubah namamu juga?" Tanya Jinyoung dengan bisikan.
"Jinyoung!" Panggil Jaebum dengan nada penuh peringatan. Jinyoung yang sebal menekan kedua bibirnya, memaksakan sebuah senyuman yang menampakan lesung pipinya.
"Aku tidak menyangka kau mengenaliku." Kata Jaebum setelah pria itu berdiri di depannya.
"Mengenali seorang Defsoul tidaklah sulit. Apalagi, kau persis seperti rumor yang bicarakan orang-orang selama ini."
Pria itu tersenyum miring lalu tatapannya jatuh ke Jinyoung. Ia memperhatikan Jinyoung dari ujung kaki sampai kepala.
Tatapan matanya membuat Jinyoung tidak nyaman, karena ia memperhatikan Jinyoung begitu intens sambil menjilat bibirnya.
Jaebum menarik pinggang ramping Jinyoung dengan satu tangannya, ia merangkul pinggang itu seduktif.
Ingatkan Jinyoung untuk bernafas, perlakuan Jaebum membuat Jinyoung berpikir bahwa Jaebum sedang cemburu. Apa Jinyoung harus mencoba keberuntungannya untuk membuktikan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Trouble (COMPLETED)
Fanfiction⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 ********* Park Jinyoung, seorang pemuda berumur 23 tahun terpaksa berhenti kuliah karena masalah keuangan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia, sekarang dia tinggal bersama Paman dan Bibinya. Jinyoung bekerja par...