Hallo semua..
Sebenarnya waktu itu aku udah bilang nggak bakal next cerita ini karena aku udah bener-bener stuck dan mau lanjut ke cerita yang lain tapi temen-temenku dukung aku buat nglanjutin cerita ini dan entah kenapa aku tiba-tiba ada ide buat cerita ini, dan akhirnya aku update lagi..
***
Leon duduk bersandar di sofa depan TV sambil memainkan ponsel saat Lea masuk rumah hampir tengah malam. " Tidak jadi menginap di rumah temanmu ? " Leon membenarkan posisi duduknya. Lea menggeleng pelan tanpa menatap Leon dan melanjutkan langkahnya untuk masuk kamar. Lea tidak berniat untuk menjelaskan semuanya pada Leon untuk saat ini, ia hanya ingin waktu sendiri dan menenangkan pikirannya.
" Oh iya, dari mana kau dapat uang untuk membayar hutang ? " Leon bertanya dengan hati-hati.
Lea menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kakaknya. " Kau tidak perlu khawatir, uang itu kuperoleh bukan dari cara 'kotor' " Lea berbalik dan akan masuk ke kamarnya namun Leon menahannya.
" Jelaskan padaku dari mana kau mendapatkan uang itu ! Aku juga perlu tau karena ini urusanku" , Lea menghela nafas kasar dan menatap kakaknya dengan jengah, " Aku menjadi pengantin pengganti dari seorang pria malang yang ditinggalkan calon istrinya di hari pernikahannya".
Leon mengusap wajahnya kasar, " kau tidak perlu mencampuri urusanku sejauh itu... ".
Lea tersentak , " Mencampuri urusanmu ?! Kau bahkan menyeretku masuk ke dalam masalah ini ! Aku muak hidup dibawah bayang-bayang hutangmu ! Aku tidak bisa memiliki apa yang seharusnya menjadi milikku, aku harus bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhanku sendiri disaat teman-temanku bersenang-senang dan menikmati masa mudanya " Lea berapi-api saat mengatakan isi hatinya yang sudah lama ia pendam.
" Bahkan rumah ini kau gadaikan untuk membayar hutangmu, kau belum tentu bisa membayar hutang yang kau buat jika saja aku menolak kesempatan itu, pikirkan baik-baik ! ".
Lea masuk kamar diakhiri suara pintu berdebam yang cukup keras.
Bagaimana pun juga Leon-lah penyebab dari semua ini dan ia akan sangat merasa bersalah jika sesuatu yang buruk akan menimpa adiknya. Ia hanya tidak mau adiknya berkorban sejauh itu karena ikut membayar hutangnya, ia sangat merasa bersalah walaupun Lea ikut terlibat dalam masalahnya karena Leon sendiri bingung dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
***
Lea duduk bersandar di ranjangnya, genangan air mata menghiasi pelupuk matanya.
"Sialan ! Bukannya berterima kasih malah menyalahkanku. Kau pikir siapa penyebab semua ini jika bukan kebodohanmu " Lea menggerutu sendiri di dalam kamarnya.
" Lea... " Leon mengetuk pintu kamarnya pelan serta memanggilnya, sepertinya Leon ingin minta maaf. Lea mematikan lampu kamarnya kemudian beringsut masuk ke dalam selimutnya dan memejamkan mata. Lea menulikan pendengarannya walaupun kakaknya berulang kali memanggilnya sampai panggilannya terhenti.
Cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamar Lea, membuat gadis yang masih bergelung selimut itu menggeliat pelan. Ia melirik jam dinding di kamarnya, ' masih ada satu jam untuk bersiap-siap ' batinnya.
Lea harus tetap bekerja jika tidak mau gajinya dipotong. Kemarin ia sudah meninggalkan jam kerjanya karena menjadi pengantin pengganti Dean, kenapa ia jadi mengingat pria itu padahal urusannya sudah selesai.
Selesai mandi dan bersiap-siap Lea beranjak ke dapur lalu membuat segelas susu, ia melihat kakaknya masih tertidur di sofa depan TV namun tidak lama kemudian Leon mengerjap pelan dan mendudukkan dirinya, " Sudah mau berangkat ? " . Lea hanya menggangguk pelan tanpa menatap kakaknya dan bergegas pergi setelah meneguk satu gelas susu yang ia buat. Ia masih kesal dengan kakaknya.
***
" Kau lihat perempuan itu ? Dia adalah istri Dean " Salah seorang perempuan berbisik- bisik saat melihat Lea.
" Mana mungkin ? Perempuan itu hanya pelayan di kafe ini, kau pasti salah lihat. Lagi pula perempuan itu bukan seperti tipe Dean "
" Temanku diundang di pernikahan Dean waktu itu, bahkan dia juga mengirimiku foto pernikahan Dean " Perempuan itu menunjukkan temannya foto dari ponselnya.
" Bagaimana ? Benar kan apa yang aku bilang.. " Temannya masih mengamati foto dan melihat Lea bergantian.
"Memang mirip, tapi aku masih tidak yakin.. "
Lea yang tahu ada orang yang diam-diam membicarakannya masuk ke dapur.
" Tolong antarkan ini ke meja 12, aku mau membantu Siena membuat pesanan " Lea memberikan nampannya ke temannya, ia tidak mau bertemu dengan perempuan yang membicarakannya tadi. Ia tidak mau terlibat urusan lebih jauh dengan Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...