Lea duduk bersandar di kepala ranjang dan meminum obat yang diberikan Dean, setelah menenggaknya Dean memberikan segelas air putih yang ia pegang kepada Lea. Akhir-akhir ini Dean jauh lebih perhatian kepada Lea berbeda dengan apa yang Lea bayangkan.
Mereka berdua menoleh mendengar derap langkah kaki yang berhenti di depan pintu, ketukan pelan terdengar sebelum Dean mempersilakan seseorang untuk masuk, yaitu bibi Alice.
" Ada apa, bi ? " Tanya Dean
" Ada yang ingin bertemu dengan Tuan "
' Bertemu ? Pagi-pagi seperti ini ? ' Batin Dean seraya menautkan alisnya.
" Siapa, bi ? "
Belum sempat bibi Alice menjawab, seorang wanita sudah terlebih dahulu melangkah di depan bibi Alice dan muncul dihadapan Dean.
Dean mendengus malas. Lea memperhatikan wanita itu yang setelah ia ingat-ingat ia pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wanita yang hampir menjadi istri Dean namun perannya digantikan dirinya. Selia.
" Untuk apa kemari ? " Tanya Dean tanpa berbasa-basi dan wanita itu tersenyum sinis sebagai tanggapan.
" Calm down. Aku hanya ingin menjenguk istrimu " Tukasnya seraya menekankan kata 'istri'
Lea hanya memperhatikan dua orang itu tanpa mau tahu lebih dalam.
Dean memperhatikan Selia dengan tatapan tidak suka yang kini sedang berjalan mendekati Lea.
" Aku Selia " Selia mengulurkan tangan kanannya yang kemudian dibalas oleh Lea
" Oh, hai " Senyum yang dipaksakan terlihat jelas diwajah Lea, namun ia tidak peduli. Drama apa lagi yang akan terjadi diantara mereka berduaa, batin Lea.
" Kita perlu bicara " Dean beranjak dan menarik lengan Selia kasar, mereka berdiri didepan pintu kamar Lea yang tidak tertutup rapat.
Lea menghela napas pelan melihat dua orang yang dulu pernah saling cinta itu.
' Sepertinya aku benar-benar harus pergi '. Lagi, pemikiran itu terlintas dibenaknya.
Lea menyibak selimutnya kemudian berdiri berniat ke kamar mandi. Ia melangkah pelan menuju kamar mandi dan percakapan Dean dengan Selia tidak sengaja terdengar olehnya.
" Kau yang seharusnya pergi ! Lea adalah istriku. " Selia berdecih mendengar pengakuan Dean.
Kaki Lea sontak terhenti ketika kalimat itu terlontar dari mulut Dean. Namun, ia berusaha untuk mengabaikannya dan melanjutkan langkahnya. Mungkin itu alasan Dean agar Selia segera pergi, pikirnya.
***
" Sudah merasa lebih baik ? " Tanya Dean yang diangguki Lea.
" Maaf untuk kejadian tadi pagi, kau pasti tidak nyaman "
Lea mengernyit, " Maaf ? Kau tidak berbuat salah. "
Dean menghela napas pelan dan memperhatikan Lea yang sedang membenahi letak selimutnya dan hendak berbaring.
" Jangan berpikir untuk pergi "
Lea diam sejenak, mengambil jeda untuk mengutarakan hal yang sudah beberapa hari ini ia pendam.
" Bukankah alasan kita untuk bertahan sudah tidak ada ? " Lea menatap Dean yang sedang duduk menghadapnya di sisi ranjang.
Dean terdiam.
" Jangan pikirkan hal itu. " Tukas Dean.
" Sudahlah. Aku juga ingin tidur, ini sudah larut "
" Aku sedang ingin sendiri, kau bisa kembali ke kamarmu " Tambah Lea kemudian ia berbalik memunggungi Dean dan dengan langkah berat Dean keluar dari kamar Lea.
Bukan bermaksud mengusir, tetapi Lea tidak ingin Dean melihat air matanya yang sudah menggenang di kelopak matanya, sebelum Dean melihatnya dan mendengar suaranya yang bergetar ia segera menyuruh Dean untuk pergi.
.
Sudah menjadi kebiasaan Dean beberapa hari ini untuk membangunkan Lea lalu mengajaknya sarapan atau membawakan nampan berisi makanan beserta obat yang harus diminum Lea ketika matahari sudah mulai naik namun Lea belum keluar dari kamarnya.
Karena ini masih cukup pagi sehingga Dean menuju kamar Lea tanpa membawakan sarapan dan juga obat.
Dean tertergun tidak mendapati Lea di kamar, ia mencoba berpikir positif mungkin saja Lea sedang di kamar mandi. Ia bergegas menuju kamar mandi yang ada dikamar Lea lalu mengetuknya dan juga memanggil nama Lea namun tidak ada jawaban, Dean memutar kenop pintunya yang ternyata tidak dikunci. Namun nihil, Lea tidak ada didalam.
Dengah langkah gusar Dean berjalan keluar kamar dan menyuruh beberapa orang pelayan dirumahnya untuk mencari keberadaan Lea dirumah besarnya.
Dean mempunyai firasat buruk dan beberapa menit setelahnya, bibi Alice datang dengan raut muka yang tampak panik mengatakan jika Lea tidak ada dirumah ini. Dean mengela napas kasar dan mengusap wajahnya frustasi.
" Sial ! aku tidak pernah sekhawatir ini sebelumnya " Dean meraih kunci mobil dan bergegas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
Storie d'amoreBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...