Langit mulai menghitam setelah semburat oranye mulai memudar serta matahari terbenam ditempatnya ketika Bryan dan Lea memasuki Mal yang belum lama diresmikan dan menjadi Mal terbesar di negara ini. Gadis itu menggenggam tali tas selempangnya yang tersampir di pundak kirinya, sedangkan tangan kanannya yang menganggur digandeng dengan tiba-tiba oleh laki-laki disebelahnya. Bryan menautkan jemari tangan kirinya dengan jari lentik Lea yang kukunya bercat merah muda.
Kemarin malam Bryan mengajak Lea untuk menonton film bersama dan gadis itu menyanggupi. Lea tidak tahu jika Bryan mengajak teman-teman kuliahnya, namun ia sudah terlambat untuk menolak dan tidak enak hati untuk membatalkan.
" temanmu sudah sampai ? " Tanya Lea datar
Bryan menggeleng pelan, " Mereka bilang sepuluh menit lagi " Lea mengangguk samar
Bryan dan Lea berjalan dengan tangan yang masih bertautan satu sama lain hingga suara seseorang menyapa indra pendengarannya.
" Hey girl, lama tidak bertemu " Sontak Lea menoleh, ia mendapati seorang pria dengan setelan formal warna hitam tersenyum tipis di hadapannya. Pria yang ia ketahui bernama Dean. Seketika ucapan kakaknya yang menyatakan untuk tidak bertemu dengan pria itu terngiang di kepalanya.Lea mengangkat sebelah alisnya menatap Dean tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
" Dia siapa ? " Belum sempat Lea menjawab pertanyaan Bryan seorang pria paruh baya dengan pakaian yang juga formal berjalan cepat menghampiri Dean.
" Maaf Tuan, dua puluh menit lagi anda harus menghadiri rapat penting " Ucap pria paruh baya itu setelah melirik arloji di tangan kirinya
" Ya, aku tahu " Jawab Dean santai sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana
" Sampai bertemu lagi " Dean melenggang pergi dengan senyuman yang sulit diartikan
" Kau mengenalnya ? " Tanya Bryan setelah melihat interaksi keduanya
Lea melepaskan tautan tangan Bryan perlahan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, " Dia teman kakakku " Jawabnya cepat
Namun Bryan tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari ada sesuatu di antara Lea dan pria itu. Lea menjadi tidak banyak bicara dan hanya memandang lurus ke depan, Bryan yang menyadari itu menatap Lea dari samping dengan penuh tanda tanya.
***
Selesai menonton film, Lea, Bryan, dan ketiga temannya beranjak untuk membeli makan dan mereka memilih fastfood sebagai santapan. Awalnya Lea cukup sungkan untuk memulai percakapan dengan tiga orang teman Bryan yang notabene adalah laki-laki. Tapi ternyata mereka orang yang menyenangkan, begitulah tanggapan Lea.
" Apa perempuan dari jurusan psikologi itu masih mendekatimu ? " Paulo berkata dengan polosnya. Lea menghentikan kunyahannya dan melirik Bryan dari sudut matanya
" Kau bicara apa ? " Jawab Bryan setelah melihat reaksi Lea yang duduk disebelahnya
" Lea, apa kau tahu jika banyak perempuan yang menyukai Bryan ? "
Lea mengedikkan bahunya dan mencoba menjawabnya dengan santai, " Dia tidak pernah cerita tentang hal itu "
" Lalu bagaimana dengan Riona ? gadis populer dari jurusan manajemen " Steve ikut berceloteh
Bryan hanya tertawa kecil seolah yang dikatakan temannya adalah omong kosong, ia tidak menyangkalnya yang membuat Lea merasa jengah dan kesal namun gadis itu tetap bersikap seakan-akan ia baik-baik saja. Lea tidak mau teman-teman Bryan menilainya over-protective jika ia menanyakan langsung pada Bryan di depan teman-temannya.
Lea berdeham kecil saat ponselnya berdering dan nama Leon tertera di layar ponselnya, membuat Bryan dan teman-temannya menjeda pembicaraannya menatap Lea.
" Sebentar ya, kakakku menelfon " Ucap Lea kemudian mengalihkan pandangannya
" Hey, tidak seharusnya kalian membicarakan itu didepan pacar Bryan " Ujar Gio pelan. Di antara ketiga temannya memang Gio-lah yang paling bijak
" Aku keceplosan tadi " Paulo menepuk jidatnya
" Semoga saja dia tidak marah, aku tadi juga tidak menyadarinya " Sahut Bryan yang tampak sedikit gusar
" Maaf, kakakku menyuruhku segera pulang " Lea memandang mereka bergantian setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas
" Ayo, kuantar sekarang " Bryan akan beranjak dari tempat duduk, namun Lea menahannya
" Tidak usah " Lea merasa kesal dengan Bryan, selama ini Bryan tidak pernah mengatakan yang sebenarnya tentang gadis-gadis yang mendekatinya
Bryan memperhatikan Lea dengan kening berkerut samar seolah bertanya ' ada apa ? '
" Kak Leon sudah menunggu di depan " Gadis itu tersenyum meyakinkan
" Benarkah ? " Tanya Bryan, dan Lea mengangguk cepat sebagai jawaban
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...