Lea melangkahkan sepasang kaki kecilnya menuju dapur sambil menguap. Kerongkongannya yang terasa sangat kering membuat gadis itu memaksa tubuhnya untuk bangun dengan mata yang masih setengah terpejam. Matanya melebar seketika tatkala Leon mengejutkannya dari belakang padahal ia belum sempat meneguk segelas air putih yang ada di tangannya.
" Happy birthday my little sister " Leon tersenyum lebar seraya membawa cheesecake dengan lilin angka 18
Lea menutup mulutnya yang setengah terbuka karena terlalu terkejut dan senang, segelas air putih yang masih dibawanya ia letakkan di atas meja dan berbalik menghadap Leon.
" Make a wish " Ucap Leon yang membuat adiknya mengangguk kecil
Lea menautkan jari jemari kedua tangannya dan memejamkan mata, setelah beberapa detik matanya terpejam ia membuka mata dan meniup api kecil diatas lilin berbentuk angka 18 yang ada di atas cheesecake.
Setelah keduanya sama- sama duduk dengan cheesecake dihadapan mereka, Lea meletakkan potongan pertama cake itu ke piring kakaknya kemudian barulah ia meletakkan potongan kedua ke piringnya.
" Aku bahkan lupa jika hari ini aku berulang tahun " Ujar Lea sebelum menyuapkan potongan cheesecake ke mulutnya
" Payah sekali, kau ini masih muda tapi hari ulang tahunmu sendiri sudah lupa " Leon tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. " Jangan bilang kau lupa hari ulang tahunku "
Lea menggeleng cepat, " Tentu saja aku ingat, 2 September kan, itu kan sudah lewat ", Leon terkekeh menanggapinya
" Jika ayah dan ibu masih ada pasti mereka senang kan, kak ? Aku semakin dewasa dan bisa mengurus diriku sendiri " Lea tersenyum menatap kakaknya, namun terselip kesedihan dibalik senyumnya. Leon yang menyadari itu segera menenangkan adiknya.
" Tentu saja mereka akan senang mengetahui anak gadisnya sudah semakin dewasa dan mandiri" Leon mengusak pelan puncak kepala adiknya
" Kau sudah delapan belas tahun, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri, lakukan hal yang ingin kau lakukan asalkan itu baik dan bermanfaat untukmu, aku tidak akan melarangmu ini dan itu asalkan yang kau lakukan tidak melewati batas. Jangan sampai kau sepertiku yang terseret arus dan berada di lingkaran masalah yang merugikan diri sendiri bahkan orang lain, hindari hal-hal yang akan membuat dirimu menyesal"
Lea bertopang dagu dengan wajah serius mendengarkan nasehat kakaknya kemudian mengangguk mengerti
" Thank's, kak " Balas Lea seraya mengulum senyum
***
" Kau terlihat bersemangat hari ini, tidak biasanya " Siena berhenti sejenak membereskan barangnya dan beralih menatap Lea
" Entahlah " Lea mengendikkan bahu, " mood-ku sedang bagus hari ini. "
" Siena, maaf aku duluan, Bryan sudah diluar " Lea beranjak keluar setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku. Siena mengangguk dan membalas lambaian tangan Lea.
Bryan tentu saja sudah memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk Lea, hanya saja gadis itu sudah terlelap ketika Bryan mengirimkan pesan dan mengajaknya untuk video call.
" Happy birthday my girl " Ucap Bryan bersemangat setelah Lea menutup pintu mobil dan duduk di sebelahnya
Lea mengulum senyum seraya bersemu ketika Bryan menyebutnya ' my girl ' dan mengucapkan terima kasih untuk Bryan. " Tadi malam pasti kau sudah tidur saat aku mengirim pesan "
" Iya, bahkan aku lupa jika hari ini aku berulang tahun, jika tadi pagi kak Leon tidak memberiku kejutan mungkin sampai sekarang aku masih tidak tahu " Gadis itu terkekeh geli mengingat dirinya yang cukup pelupa, membuat Bryan tertawa kecil mendengar penuturan kekasihnya.
Bryan menepikan mobilnya di depan sebuah restauran kelas menengah atas. Gadis itu tidak tahu jika Bryan akan mengajaknya kesini. Bunyi dentingan piano yang dimainkan pianis piawai di dalam restauran tersebut membawanya ke lantai dua. Dua sejoli itu kini tengah duduk berhadapan dengan hidangan western tersaji di depannya.
" Kenapa kau membawaku ke sini ? " Lea mengerucutkan bibirnya yang membuat Bryan gemas
" Kenapa ? kau tidak suka "
" Bukan begitu... " Lea menggantungkan ucapannya
" Hey, ini kan hari ulang tahunmu. Tidak usah khawatir aku yang mentraktir "
" Ini berlebihan, kau ini mahasiswa pasti kebutuhanmu lebih banyak "
" Lain kali aku yang akan mentraktir " Lanjut Lea
" Iya.. tidak usah dipikirkan " Ucap Bryan sebelum melanjutkan makannya
***
Tidak hanya itu, sebelum Lea keluar dari mobil dan masuk ke rumah Bryan memberikannya sebuah bingkai foto besar berisi kolase dari ratusan foto Lea yang membentuk wajah kekasihnya yang sudah Bryan siapkan di kursi belakang.
" Maaf, aku hanya memberikanmu itu "
" Ini bagus Bryan, tidak usah berkata begitu. Lagi pula aku juga tidak meminta apapun.. tapi terimakasih " Lea tersenyum tulus
( *maksud fotonya kayak gitu, tapi itu bukan visualnya Lea)
" Kau membuatnya sendiri ? " Tanya Lea takjub, matanya fokus melihat kolase foto yang membentuk wajahnya
" Tentu saja, kau menyukainya ? ". Lea mengangguk antusias
Fokusnya beralih dan menatap Bryan tatkala ia mengingat sesuatu, " Jangan bilang waktu itu kau kurang tidur karena membuat ini ? "
Ini adalah pertama kalinya Bryan membuat kolase ratusan foto yang membentuk wajah sesorang. Ia sempat mengalami kesulitan karena selain ini adalah pertama kalinya, ia juga mengeditnya sendiri dan membuatnya secara otodidak. Bryan membuatnya disela-sela ia mengerjakan tugas kuliahnya yang padat sehingga membuatnya tidur lebih larut dan menjadikan kantung hitam yang terlihat cukup jelas muncul dibawah matanya, dan Lea menyadari itu beberapa waktu lalu.
" Aku kurang tidur karena tugasku memang banyak waktu itu " Bryan menyangkalnya. Lea memberikan tatapan menyelidik karena gadis itu tahu Bryan tidak mengatakan yang sebenarnya.
***
Sepertinya ini chapter terpanjang selama aku nulis cerita ini, jangan lupa vote dan comment yaa.. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...