Satu jam setelah Dean berangkat ke kantor, Sarah berniat melihat kondisi Lea yang masih berada di dalam kamarnya. Sarah membuka pintu kamar Lea perlahan dan tidak mendapati siapapun disana, mungkin sedang di kamar mandi, pikir Sarah. Ia pun duduk di sofa yang ada disudut kamar Lea sembari menunggu menantunya itu keluar.
Sudah beberapa menit berlalu namun Lea tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Sarah mulai khawatir, terlebih ia tidak mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
" Lea, apa kau baik-baik saja ? " Sarah berdiri dan mendekat pada pintu kamar mandi dan tidak ada jawaban sama sekali.
" Lea " Sarah memanggilnya lagi, kini suaranya meninggi dan disertai ketukan dipintu.
Kekhawatiran Sarah semakin menjadi-jadi namun ia berusaha menepis rasa itu. Ia memutar daun pintu yang ternyata tidak terkunci.
Sarah melotot dan menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan. Ia bergegas menghampiri Lea yang sudah terkulai tidak sadarkan diri dan ia semakin panik ketika melihat darah yang sangat banyak mengenai lantai dan ada dibawah tubuh Lea.
Sarah sangat panik dan tanpa sadar ia menangis tetapi ia berusaha agar tetap tenang. Paham akan situasi yang terjadi, Sarah sedikit berlari ketika keluar dari kamar Lea untuk meminta bantuan dan segera menghubungi Dean dan juga meminta bibi Alice untuk menghubungi saudara Lea.
***
Dean berjalan cepat menuju ruangan dimana Lea dirawat. Ia segera meninggalkan kantor dan bahkan membatalkan jadwalnya untuk pertemuan penting dua jam lagi setelah ibunya menelfonnya dan memberitahu apa yang terjadi.
" Bagaimana keadaan Lea ? " Tanya Dean pada ibunya seraya mengatur napasnya, ia baru saja sampai didepan ruangan Lea dirawat.
" Kita belum tahu, dia masih dirawat. Semoga baik-baik saja "
Dean melirik seseorang yang duduk di seberang ibunya, laki-laki itu adalah Leon yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Belum sempat Dean duduk, Leon sudah berdiri dan menghampirinya, " Aku perlu bicara. "
Dean memutar matanya jengah, ia bisa menduga kemana arah pembicaraan Leon. Dengan malas ia mengikuti Leon.
" Kau lihat kan apa yang terjadi pada Lea ? Kau berjanji untuk tidak menyakitinya tapi bahkan kau juga tidak bisa menjaganya "
Dean mendecih, benar dugaannya jika Leon akan membahas hal ini, " Hei ini bukan saatnya untuk membicarakan hal seperti ini "
" Aku tidak peduli, tapi kau tidak bisa memegang janjimu sendiri "
Dean menghela napas kasar, " Aku tahu sebagai seorang kakak dan juga keluarga satu-satunya kau membela adikmu, tapi ayolah, kita sudah sama-sama dewasa dan paham bahwa memperdebatkan hal seperti ini tidak akan merubah apapun"
Leon diam.
" Baiklah, aku mengakui salah karena tidak bisa menjaga adikmu jika itu yang kau inginkan. " Dean pergi meninggalkan Leon yang masih tidak bergeming.
***
Malamnya, Lea sudah sadar. Ketika Lea membuka mata, ia tidak mendapati siapapun dan ketika ia menoleh kesamping, Lea mendapati Dean yang tertidur dikursi samping ranjang Lea dengan kepalanya yang diletakkan disebelah tangan Lea.
Dean sedikit terusik ketika merasakan pergerakan didekat kepalanya yang ternyata adalah tangan Lea. Dean mendongak dan melihat Lea yang sudah membuka matanya.
Dean sudah tahu apa yang terjadi pada Lea. Ia benar-benar terpukul atas kenyataan yang menimpa bayi dalam kandungan Lea.
Melihat Lea yang terkulai lemah terlebih ia tahu apa yang sebenarnya terjadi membuat Dean iba dan hatinya seperti tercubit.
Tangan Lea yang bebas bergelak perlahan menuju perutnya yang masih sedikit nyeri.
" Apakah dia baik-baik saja ? " Nada kekhawatiran terdengar jelas dari pertanyaan Lea.
Dean tidak tahu harus menjawab apa.
" Anakku baik-baik saja, kan ? "
" Kenapa kau diam ? Kenapa tidak menjawab ? " Suara Lea mulai bergetar
" Apa yang sebenarnya terjadi ? " Dean masih tidak bergeming, ia menggenggam tangan Lea erat.
" Apapun yang terjadi, kau pasti bisa melaluinya. " Jawaban Dean terdengar janggal dan bermakna ganda yang membuat Lea dihampiri rasa takut.
Tidak lama berselang dokter datang untuk memeriksa keadaan Lea.
" Dok, anak saya baik-baik saja, kan ? "
Dokter menarik napasnya perlahan kemudian melirik Dean sebelum menjawab Lea.
" Jadi begini, saat nona terjatuh perut anda menghantam benda yang keras dan itu kencang sehingga itu berakibat pada janin anda, dan kandungan anda tergolong lemah, dengan kata lain- " Dokter menjeda ucapannya
" Anda mengalami keguguran nona "
Lea mencelos, rasanya bagai tersambar petir. Lea diam membeku, kepalanya sontak menunduk. Dean yang ada disampingnya dengan sigap meraih bahu Lea dan mendekapnya dari samping.
" Saya tahu bagaimana perasaan anda dan tuan Dean, Sedih itu wajar tetapi jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Di dunia ini yang hamil dan keguguran itu banyak, berusaha dan berdoa lagi semoga Tuhan menggantinya dengan yang lebih baik. Harus tetap maju kedepan ya tuan, nona " Dokter mengakhiri nasehatnya seraya melihat Dean dan Lea.
Sementara itu, Dean memperhatikan Lea yang masih berada didekapannya yang terlihat memandang kedepan dengan tatapan kosong dan satu tangannya yang masih memegangi perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...